"Memangnya kamu DPR, pakai cek kekayaan," celetuk Sofi.
Mereka semua tertawa nyaring. Tetapi, seperti melodi sayatan di telinga Matteo. Hatinya teriris bagai disayat sembilu. Sakit, teramat sakit.
Perkataan-perkataan itu seakan sedang menjelaskan padanya, kalau dirinya tak pantas untuk gadis seperti Claretta. Tak tahan menahan nyeri di dadanya. Matteo pun pamit.
"Aku pulang duluan, ya," ucap Matteo pada mereka semua.
"Kenapa? Jangan bilang mau itung harta kekayaan?" tanya Mela dengan nada bercanda.
"Enggak, keringetan emak di rumah, mau bantu dagang mumpung libur," jawab Matteo dengan menyembunyikan kesedihan hatinya.
"Oh, ya sudah. Salam buat emak lu," celetuk Santi dengan santainya.
Matteo pun berlalu dari hadapan mereka. Ia memilih pergi daripada terus merasa disakiti. Walaupun ia sadar, kalau teman-temanya tak ada yang bermaksud seperti itu. Mereka hanya bercanda dan menghibur diri mereka sendiri.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com