webnovel

Elena Kembali Muncul! (Setelah 10+ BAB tidak memiliki jam tayang)

Naruto, Eriza, May, August, dan Shin sedang bercakap-cakap mengenai beberapa hal setelah suasana menjadi lebih kondusif. Mereka tidak pergi terlalu jauh dan masih berada di kedai makan tadi sebagai tempat bercakap-cakap. Namun sayangnya, August menanyakan beberapa hal yang membuat situasi Naruto menjadi sulit, dia sendiri juga bingung untuk menjawab bagaimana.

"Jadi, Naruto, biasakan kamu memberitahu di mana keberadaan dari desamu?" tanya Shin.

"Wah, jadi kamu ada di sini, ya, Naruto. Aku tidak menyangka kamu akan berteman dengan Pangeran, Pahlawan, dan seorang Putri. Benar-benar pilihan yang luar biasa, ya."

Naruto dan Eriza menengok ke asal suara itu yang ada di belakang Naruto. Di sana, Elena sedang berdiri dengan tangan disilangkan dan wajah tersenyum senang melihat mereka bertiga. Entah apa motifnya di balik senyuman itu, tapi Naruto merasa lebih tenang dan senang karena Elena bisa mengambil alih topik pembicaraan ini.

'Nee-san! Baguslah kau di sini, aku merasa kesulitan untuk membohongi mereka berdua tentang tempat asal kita.'

'Tidak apa-apa, Naruto. Aku sudah tahu apa yang kamu pikirkan. Lagi pula, buruk dalam berbohong bukan sesuatu yang buruk. Ini memberitahu jika kamu bukan seseorang yang suka berbohong. Yah, tapi kamu tetap tidak akan bisa berbohong pada Nee-san-mu ini bahkan jika kau merupakan seorang ahli berbohong.' Elena mengangguk ketika dia memahami maksud dari kontak mata Naruto dan membaca pikirannya.

*Brk!*

Tanah mulai naik dalam area yang kecil, dan akhirnya membentuk sebuah kursi berbentuk tabung tanpa hiasan apapun. Ini adalah sihir yang dilakukan Elena yang tidak mau terus-menerus berdiri walau bisa melakukannya sepanjang hari.

Elena duduk di kursi batu tersebut dan bertanya, "Jadi, bisakah kalian mengulangi apa yang kalian katakan? Aku juga ingin tahu topik apa yang sedang kalian bahas."

Pandangan Elena mengembara dari Shin, lalu lanjut pada August, dan berakhir pada May. Selesai itu, dia kembali mengarahkan matanya pada Shin dan menunggu apa yang akan dia katakan.

'Pangeran ini sangat lemah, dia bukan ancaman. Putri tidak memiliki keterampilan bertarung. Dan terakhir untuk si Pahlawan, dia lumayan untuk menjadi lawan bertarung, tapi masih belum cukup kuat untuk bisa melukaiku. Aku tidak perlu membaca pikiran mereka, aku bisa menilai semua ini dari penampilan fisik mereka bertiga.'

'Apa penilaianmu ini akurat? Kamu menilai mereka bertiga dari sampulnya saja, lho,' kata Kurama.

'Tenang saja, Kyuu-chan. Aku yakin penilaianku akurat 86% jika hanya dari penampilan fisik seperti ini. Tapi memang benar, sih, pengalaman yang telah dilakukan seseorang akan terlukis di tubuh mereka kadang-kadang. Yah, jika kamu tidak yakin, lebih baik tetap memasang waspada.'

"Aku tadi melihat jika Naruto memiliki sebuah sihir unik yang menarik perhatianku. Tapi sayangnya, dia bilang jika sihir itu merupakan sihir unik dari desanya dan dia tidak bisa memberitahukannya kepada orang asing begitu saja. Jadi, aku ingin tahu, apakah aku bisa pergi ke desa yang dimaksud oleh Naruto?" Shin membuat kisah ringkasan tentang apa yang terjadi sebelumnya.

"Fumu, fumu, jadi seperti itu, ya. Baiklah, aku paham. Intinya, kamu ingin tahu lokasi desa yang dikatakan Naruto, 'kan?" Elena mengangguk-anggukkan kepalanya pada penjelasan Shin.

"Um!" Shin mengangguk.

"Baiklah, jika itu adalah apa yang kamu inginkan," kata Elena menyetujuinya.

*Zzrrtt!*

Elena membuat bayangannya menjalar ke atas meja. Mereka semua kecuali Naruto merasa heran melihat bayangan yang bergerak ini karena belum pernah melihatnya sebelumnya. Bahkan, Shin yang merupakan penyihir terhebat saat ini merasa heran dengan teknik yang dilakukan Elena.

*Sss!*

Elena melanjutkan dengan memasukkan tangannya ke dalam bayangan, lalu kembali keluar sambil membawa sebuah perkamen yang tergulung.

Perkamen tersebut tampak seperti peta. Penampilannya lusuh dan kuno, seakan memiliki sebuah kekuatan magis dan istimewa yang menyelimutinya. Mereka semua termasuk Naruto merasa heran pada apa yang akan dilakukan Elena selanjutnya.

"Ini! Itu adalah peta untuk pergi ke desa yang kami maksud." Elena memberikan perkamen tersebut pada Shin.

"Hmm?" Shin membuka gulungan perkamen tersebut dan terheran-heran ketika melihat isinya. Pasalnya, perkamen tersebut kosong dan tidak ada coretan peta apapun di sana. Ini membuat dia bertanya dalam hati, apakah Elena salah dalam memberikan gulungan.

August ikut mendongak ke pada perkamen yang dipegang Shin sebelum dia bertanya, "Apakah kamu melakukan sebuah kesalahan? Tidak ada apapun dalam peta ini, hanya sebuah perkamen kosong."

"Tidak, tidak, tidak, itu sudah benar, kok." Elena menggelengkan kepalanya sebelum menunjukkan senyumannya pada mereka semua. "Hanya saja, di dalam perkamen tersebut terdapat sebuah sihir kuno dan misterius."

"Sihir kuno dan misterius?" Mereka semua mengulangi kata-kata ini.

"Benar! Peta tersebut hanya akan menunjukkan isi di dalamnya pada orang-orang terpilih saja, peta itu tidak akan menunjukkan dirinya pada sembarangan orang. Dan karena itu merupakan sihir kuno dan misterius, penyihir biasa tidak akan bisa menemukan mekanisme tersembunyi dalam peta itu. Aku yakin kamu tidak bisa menemukan apa-apa, 'kan, Shin?" Elena mengarahkan wajahnya yang terdapat senyuman pada Shin.

Shin menyipitkan matanya dan membuktikan kebenaran tentang kata-kata Elena. Namun setelah dia tidak dapat menemukan sihir apapun di sana, dia memutuskan untuk berhenti dan mengakui kehebatan dari perkamen yang telah diberikan Elena.

Dia merupakan penyihir yang hebat dalam mantra, pedang, maupun sihir enchantment. Dengan kemampuannya saat ini, dia bisa mengamati apakah suatu benda merupakan benda magis atau tidak dengan sedikit usaha.

"Oh, benar. Aku tidak bisa menemukan sihir enchantment apapun dalam perkamen ini. Mungkin ini benar-benar sesuatu yang sangat asing." Shin memegangi dagunya, memikirkan tentang peta tersebut.

'Benarkah? Apa kamu yakin itu bukan perkamen biasa yang kamu dapatkan dari Noctis?' tanya Kurama.

'Tidak, kok, Kyuu-chan. Aku sangat yakin jika aku tidak salah mengambil kertas. Dari awal, aku memang hanya memberikan perkamen biasa pada Shin.'

'Wah, benar-benar wanita yang sangat lihai dalam berbohong. Tidak kusangka kamu bisa membuat perkamen biasa menjadi seolah-olah adalah benda yang sangat luar biasa, khukhukhu." Kurama terkekeh pada cara Elena mengatakan itu.

Hanya dengan menggunakan kemampuan berbicara Elena, dia berhasil membodohi mereka semua dengan mengubah pandangan mereka atas lembaran biasa menjadi sebuah benda yang sangat sakral. Ini tentunya menjadi sesuatu yang cukup hebat bagi Elena karena jarang-jarang dia tidak memakai kekuatan cenayangnya dalam menyelesaikan masalah seperti ini.

Naruto telah menyadari beberapa keanehan sebenarnya, tapi dia memutuskan untuk tutup mulut dan mengikuti rencana kakak perempuannya itu. Lagi pula, dia tahu jika Elena melakukan ini untuk kebaikannya sendiri yang beberapa saat lalu kesulitan untuk mencari alasan.

"Bye the way, aku masih belum mengenalkan diriku dengan benar sebelumnya. Jadi jika kalian mengizinkan, aku adalah Elena Uzumaki, panggil saja Elena. Aku sudah mengenal kalian bertiga karena terkenal, tapi aku akan lebih suka jika kalian memberitahukan nama panggilan padaku." Elena menunjukkan senyuman ramah pada mereka bertiga.

Chapitre suivant