webnovel

Liburan dan Awal Penentuan

Benar ternyata jika wilayah di sekitar penginapan Puncak benar-benar menyegarkan dan memanjakan suasana untuk semua anggota keluarga Natawijaya yang barusaja keluar dari dalam penginapan tersebut.

Tidak menyesal mereka semua pergi jalan-jalan ke daerah sekitar vila ini. Apa yang mereka dapati sekarang ketika mereka berjalan keluar beberapa meter saja adalah pemandangan sawah terasiring dari kejauhan yang alami dan terlihat layaknya lukisan.

Karena mereka semua berkeputusan agar tidak menyia-nyiakan banyak kesempatan di sana, salah satu dari sepupu tua. Mbak Ghina mengatakan jika dia memperoleh brosur berisi informasi tentang akomodasi liburan di sekitar penginapan yang diinapi keluarga Natawijaya.

Ternyata di vila itu ada beberapa paket yang bisa diambil untuk melewatkan liburan pada daerah penginapan di Puncak. Dan mereka sudah memutuskan dengan mengambil sejenis paket dengan dua aktifitas yang menarik.

Diantaranya adalah wisata ke perkebunan apel serta stroberry dan perjalanan untuk foto-foto di sebuah tempat di mana adalah dataran yang paling tinggi yang berada di wilayah penginapan Puncak itu. Dengan perjalanan ke sana menggunakan transportasi golf car.

Dalam beberapa waktu yang bergulir lebih dari satu jam lamanya, seluruh sepupu keluarga

Natawijaya masih berada di kebun apel dan stroberry yang ada di dekat penginapan.

Untungnya saja di sana terdapat pemandu wisata. Sehingga kegiatan di perkebunan pun tertata dan juga terlihat rapi. Karena kegiatan mereka di kebun berjarak sekitar 1 hektar itu sudah selesai.

Dengan acara memetik buah dan juga melihat peragaan menanam bibit tanaman apel serta stroberry. Mereka sekarang sedang asik pergi ke sebuah gazebo di area perkebunan tersebut.

Ternyata di sana, mereka bisa memesan makanan yang khas dari olahan apel dan stroberry. Kebanyakan dari para sepupu memesan minuman susu segar rasa stroberry dan juga apple struddle yang lezat.

Semua tampak merasa senang dengan liburan mengawali tahun baru ini. Mereka semua juga menikmati semua akomodasi jalan-jalan ke perkebunan apel dan stroberry ini. Tapi salah satu orang lain ada yang tidak fokus dengan kegiatan jalan-jalan ke sekeliling penginapan ini. Dia adalah Lisya.

Setelah beberapa jam yang lalu dia mengetahui jika banyak para tetua keluarga besarnya sedang berada di pendopo utama untuk membicarakan hal yang dia ketahui adalah pembahasan mengenai masalah antara dia dan Vanka.

Lisya sudah bisa menebak jika dalam waktu beberapa hari, dia sudah tidak bisa tenang. Karena dia tau pertanda awal itu menunjukkan jika dia akan dimintai keterangan oleh para tetua. Akan bagaimana dia ingin membawa masalahnya itu untuk kedepannya. Dan itu cukup susah bagi Lisya.

Hanya karena dia tau yang harus dilakukannya adalah membuat keputusan.

Antara dia akan membiarkan masalahnya dengan Vanka tidak dikonfirmasi bersama dan membuatnya harus menunggu lama agar suatu waktu adiknya itu sendiri yang akan mengambil tindakan. Atau keputusan lainnya dimana dia siap untuk memberi kabar ke Vanka mengenai alasan kenapa dia sebenarnya punya masalah dengan dirinya. Dimana Lisya merasa keduanya punya tingkat kesulitan yang sama adanya.

Sedari tadinya, Lisya menjaga jarak dengan Vanka yang sedang dengan Yuma mulai dari awal perjalanan mereka keliling sekitar penginapan. Dan itu dilakukannya agar Vanka bisa melupakan kejadian tadi paginya. Saat Vanka mengatakan maaf kepadanya dan berangsur ke arah pertanyaan yang sensitiv. Vanka bertanya apakah dia yang benar menyengajakan agar Vanka pulang dari belanja saat natal siang harinya itu. Dan mendengar obrolan yang sudah direncanakan sebelumnya.

Yang Lisya rasakan saat itu adalah dia yang ingin mengatakan jika semua itu sudah diatur oleh beberapa pihak, bukan hanya olehnya saja. Tapi jika dia mengatakan itu ke Vanka bisa gawat. Karena semua keluarganya belum mengajak Lisya berbica akan keputusan apa yang akan diambil bersama kedepannya.

Mengetahui jika ternyata tadi sebelum Lisya berangkat jalan-jalan kesekeliling daerah penginapan, dia sudah tau jika semua pihak tetua keluarga besarnya sedang membicarakan perihal masalah dia dan Vanka di pendopo utama. Lisya pun sudah tau, jika kedepannya dia akan ditanyai apa yang akan dia putuskan bersama dengan pihak keluarga lainnnya.

Karena mukanya yang mulai gelisah itu, Syika salah satu adik kandung Lisya mengetahui keadaan Kakaknya yang terlihat tidak terlalu senang dengan kegiatan pagi hari ini. Mulai merasa jika ada sesuatu yang tidak beres. Dia pun bertanya ke kakaknya itu.

Mengetahui jika biasanya Kakaknya itu selalu saja ceria jika sedang liburan. Syika sekiranya ingin bertanya apakah ada hal lain yang membuat Lisya jadi murung selain keberadaan Vanka yang ikut serta ikut liburan mengawali tahun baru ini.

"Nggak biasanya kak, liburan tapi kamu murung. Kak Lisya lagi mikirin apa?" Syika bertanya mengenai keadaan yang dirasakan oleh Kakaknya itu, selagi Vanka sedang diajak ngobrol oleh anggota keluarga lainnya.

Paling tidak Syika bisa mengajak Lisya bicara tanpa ketahuan apa yang sedang dibicarakannya. Suasana mendukung mereka berbicara hal penting yang Lisya dan Syika sembunyikan ke Vanka.

"Kak Lisya mau cerita. Jadi tadi pas Kakak lagi mau pamit ke Mama, Papa sama semua keluarga yang berumur ke pendopo utama tadi. Ternyata mereka lagi sibuk ngobrol tentang aku sama Vanka. Tapi, yang dibicarakan menyinggung Kak Lisya. Kamu tau kan, Kak Lisya sebenarnya nggak mau punya masalah sama Vanka. Tapi, tadi Kakak dengar kalau mereka lebih milih Kakak sama Vanka punya masalah. Karena mereka nggak mau biarin lama masalahnya," bahasan secara tidak menyeluruh dari Lisya ke Syika setidaknya bisa membuat Syika paham sedikit saja.

Tetapi Syika masih menanyakan mengapa Kak Lisya menganggap penyelesaian masalah yang didengarnya tadi itu malah membuat masalah lebih untuknya.

"Bukannya kalau pihak keluarga berumur memilih untuk menyelesaikan masalah secepatnya akan membuat masalah selesai kak? Tapi Syika tau juga kalau Kakak nanti dihadapin sama Vanka, berarti Kakak harus klarifikasi alasannya kenapa Vanka ada masalah sama keberadaan Kakak? Bagian tersulitnya ada di nama baik semua pihak aja," tutur Syika yang tau apa saja mimpi buruk dari harus mengajak bicara Vanka agar masalahnya dengan Kakaknya bisa selesai.

"Iya, itu maksud Kakak. Gimana kalau nanti Vanka ngerasa nggak adil kalau dia sebenarnya dilahirkan karena pihak keluarga mau ngelurusin siapa sebenarnya Kakak? Tapi, Kakak selalu bilang kalau itu semua adalah harapan terpendam Kakak, Syika," Kali ini Lisya menambahkan perihal lainnya yang menjadi fokus penting kenapa Vanka nantinya akan tidak terima.

"Kak, kamu sudah terlalu sabar. Ya, kak. Sebenarnya kita juga salah selama ini. Karena kita juga yang buat masalah ini terjadi. Selama ini Vanka yang kita tidak sukai. Masalahnya bukan di Kakak. Tapi di banyak pihak yang sudah nilai keadaan," kata Syika masih memberikan dukungan penuh untuk Kak Lisya.

"Eh, sebentar ya. Mama lagi kontak telefon. Aku angkat dulu ya," kata Lisya yang saat itu kebetulan Syika mengatakan ucapan terakhir itu, Mama keduanya menelefon di saat yang bersamaan.

Akhirnya mereka pun mengakhiri pembicaraan karena Lisya mengatur jarak agak jauh dari tempat dimana Syika duduk. Hanya untuk memastikan jika tidak ada percakapan rahasia yang tidak ingin sengaja didengar oleh Syika. Ternyata percakapan telefon antara Mama dan Lisya mengarah ke pertanyaan dimana dia sedang berada dan menyuruhnya agar cepat pulang.

Karena itu saat Lisya sudah menamatkan telefonnya, dia langsung menyuara lantang agar semua anggota keluarganya bisa mendengarnya. Para tetua keluarganya menyuruh agar semua cepat pulang ke penginapan tepat jam setengah satu siang karena mereka akan diajak makan siang di luar. Setelahnya semua pun bubar dari gasebo di mana mereka tadinya bersantai dengan minum dan makan olahan kebun apel dan stroberry.

*****

Kebetulan saja saat beberapa keluarga yang sedang jalan-jalan di perkebunan apel dan stroberry itu barusaja keluar dari gapura keluar masuk area perkebunan itu. Ternyata semua para keluarga tetua sudah menunggu kesemua anggota keluarga lainnya di dekat gapura itu. Sepertinya mereka juga tidak terlalu lama di sana, karena mereka belum keluar dari dalam mobil.

Tante Sita salah satunya yang saat itu sedang mengklakson mobil ketika melihat beberapa orang dikenalnya sebagai salah satu anggota keluarganya.

Membuat para sepupu-sepupu akhirnya terkaget, dan menghampiri dekat jendela mobil milik Tante Sita saat beberapa kaca mobil diturunkan. Semuanya langsung berkabar jika para tetua sudah pesan tempat makan siang. Makanya mereka menjemput sisa anggota keluarga lainnya.

Karena mobil yang di bawa hanya ada tiga buah. Dan Mama Rina serta Papa sudah ada satu mobil dengan Tante Sita dimana menyisakan satu penumpang saja, maka harus ada salah satu yang ikut dengan mobil Tante Sita. Saat itu Lisya pun mengalah, dia lebih memilih satu mobil dengan Papa dan Mamanya.

Dengan alasan yang dipikirkannya jika dia harus menghemat keberadaannya diketahui Vanka. Dia mau membuat Vanka merasakan liburan tanpa dia harus memikirkan masalah keduanya. Yang saat itu Lisya memang ditudung oleh pihak tetua agar mau membicarakan bersama.

"Syika, Vanka. Aku satu mobil sama Mama, Papa ya. Kalian berdua di mobilnya Bude Inn aja, ada banyak sepupu lainnya di sana," kata Lisya yang membuat Syika ingin bertanya tapi saat satu gerakan Syika mulai bertanya, Lisya melerainya. Karena itu Vanka pun langsung saja mengajak Syika pergi ke mobil Bude Inn. Di sana sudah ada banyak para sepupu tua dan muda lainnya.

Akhirnya Syika pun menurut saja, dia memilih nurut dengan keputusan Lisya. Saat Vanka dan Syika sudah ada di mobil Bude Inn, ternyata hanya ada dua kursi yang bisa menjadi pilihan.

Satu kursi paling depan sebelah dengan pengemudi. Dan lainnya ada di tengah samping kiri belakang penumpang. Syika pun memilih dia ada di bagian paling depan sedangkan Vanka di tempat yang tersisa paling akhir.

Perjalanan menuju ke tempat makan itu membutuhkan waktu sekiranya lima belas menit dari area perkebunan apel dan stroberry. Di tengah perjalanan ternyata Syika dan Lisya saling mengirim pesan.

Awalnya Lisya yang mengiriminya pesan, dia berkata alasannya ke Syika kenapa dia ikut dengan mobil para tetua dan juga Lisya yang menitipkan ke Syika agar untuk hari ini Vanka bisa tidak menyinggung hal selain liburan.

Karena Lisya punya waktu yang banyak nanti malam dengan para tetua. Dia tidak mau jika Vanka akan menggubris ke dirinya akan masalah keduanya sampai liburan ini. Lisya mengalah, karena dia lebih ingin dikenal sebagai seorang yang bertanggung jawab atas urusannya.

Isi chat Kak Lisya :

"Dek, tadi kamu mau tanya kan, kenapa Kak Lisya pisah mobil,"

"Kakak lakuin itu biar Vanka nggak kepikiran masalah dia sama Kakak. Karena kakak nanti malemnya mau ngobrol sama semua keluarga berumur masalah aku dan Vanka mau gimana kedepannya,"

"Kakak cuman mau Vanka nggak ikut diskusi nanti malam. Jadinya Kakak minta tolong kamu ya, jaga Vanka. Biar suasana nggak kacau nantinya,"

Beberapa waktu Syika memahami isi pesan dari Kakak perempuannya ini, dirinya langsung mengerti kalau maksud Kak Lisya menjaga jarak adalah karena dia tidak ingin Vanka mulai berpikiran negatif atas masalah keduanya ini. Karena Lisya tidak mau ambil pusing jika adek kandungnya itu bertanya hal yang tidak-tidak lagi kedepannya. Dan yang paling penting, Kakaknya nggak mau Vanka ikut campur urusan diskusi antar Lisya dan para keluarga berumur.

Jawaban Chat Syika :

"Iya, Kak Lisya. Syika bisa kok,"

"Tapi, Kak Lisya apa sudah ambil keputusan nanti pas diskusi?"

"Vanka nanti bisa sama Syika. Aku akan jagain dia biar nggak cari Kakak. Syika usahain,"

"Beneran Kakak nggak jealous?"

Syika menjawab. Dia mencari cara agar bagaimana Lisya, Kakaknya benar-benar mau mengubah keputusannya itu, tapi Kakaknya benar-benar serius saat ini. Sepertinya Lisya, memang tidak ingin kesempatan bicara penting mengenai masalah dia dan Vanka akan tertunda.

Jawaban Chat Kak Lisya :

"Masalah jealous belakangan adek, cantik. Kakak lebih milih Vanka nggak ikut-ikutan atau tau kalau nanti Kak Lisya sama para anggota keluarga berumur mau saling bicara. Bantuin Kakak ya,"

Seperti itu jawaban dari Kak Lisya. Apa boleh buat, Syika hanya bisa patuh dengan amanah dari Kak Lisya. Dia tau maksud kakaknya mengalah di liburan kali ini. Padahal nggak biasanya Kakaknya itu melewatkan satu moment saja saat mereka semua berkumpul bersama.

Pendapat Syika adalah Kakaknya bela-bela melakukan ini semua, karena tidak ada ruang lagi kedepannya agar masalah antara Kakak dan adeknya itu bisa didiskusikan bersama-sama. Syika yang bukan merupakan salah satunya, hanya bisa berharap semoga semua berjalan lancar untuk Kakaknya dan juga harapan untuk kedepannya.

Chapitre suivant