webnovel

Iblis Muncul Di Permukaan

Seorang wanita SPG 25 tahun yang bekerja di departemen store dengan brand ternama di Jakarta. tengah malam hujan gerimis, wanita itu baru saja turun dari angkot menuju ke jalan perumahan untuk pulang ke kostnya. Melewati tempat pembuangan sampah yang sangat sepi, dia berjalan dengan cepat sambil membawa payungnya. Seseorang memakai jubah hitam dengan topeng yang sangat menakutkan, sedang mengintainya dari jauh, mengikuti langkahnya yang begitu cepat. Wanita itu sadar jika ada seseorang yang mengikutinya dari belakang, lalu dia berlari untuk mendekati rumah penduduk. Seseorang itu mengejarnya dengan sangat cepat dan melempar kepala wanita itu dengan batu yang cukup besar.

"PLUUUUUUUK" suara timpukan batu yang mengenai kepala wanita itu hingga tak sadarkan diri.

Wanita itu tersungkur di lantai dengan darah yang mengalir deras di kepalanya, lalu pria bertopeng itu membawa wanita itu bersamanya. Di mobil dia meletakkan wanita yang tidak sadarkan diri di kursi belakang, setelah selesai melakukan tindakannya dia menaiki mobilnya untuk pergi membawa wanita itu.

Pagi hari Pak Saleh yang baru saja menerima panggilan dari petugas patroli, di kejutkan dengan penemuan mayat wanita yang di buang di gedung kosong. Dengan segera dia mengumumkan kepada anak buahnya untuk bersiap pergi ke lokasi TKP.

"Brakkk…Brakkkk.." Pak Saleh menggebrak meja untuk membuat anak buahnya mendengarkan apa yang akan di katakanya.

Adamma, Arya, Rio, Rangga dan Angga melihat Pak Saleh dengan sikap siap untuk menerima tugas.

"Dengarkan! Ada penemuan mayat wanita di kebon kosong jalan mawar 10 Jakarta timur. Untuk kita harus bersiap menuju lokasi," tegas Pak Saleh melihat semua anak buahnya.

"SIAP KOMANDAN!!" jawab semua anak buahnya dengan hormat kepada Pak Saleh.

Mereka berangkat keluar dari ruangan menuju mobil yang terparkir di depan gedung. Pak Saleh, Rio, Rangga, dan Angga menaiki mobil dinas kepolisian. Sedangan Arya mengajak Adamma untuk pergi menaiki mobilnya.

"Naik mobilku saja," ajak Arya kepada Adamma.

"Iya, disini sempit," jawab Angga menutup pintu mobilnya.

"Baiklah aku ikut denganmu," Adamma memasuki mobil Arya lalu memasang sabuk pengamannya.

Di mobil dinas Rio mengendarai dengan kecepatan tinggi, diikuti oleh mobil Arya yang ada di belakangnya. Sesampainya di lokasi TKP yang sangat ramai penduduk dan petugas kepolisian, Pak saleh dan yang lainnya tiba lebih dulu. Mereka langsung memasuki garis kuning polisi untuk mengecek kondisi mayat.

"Selamat pagi komandan," sapa petugas kepolisian yang menjaga garis kuning.

"Selamat pagi," jawab Pak saleh memasuki garis kuning bersama timnya untuk mengecek mayat tersebut.

Tak lama Adamma dan Arya yang baru saja tiba, di cegah untuk masuk oleh petugas yang menjaga garis kuning.

"Maaf yang tidak berkepentingan dilarang masuk," ucap salah satu petugas kepada Arya dan Adamma.

"Kau tidak bisa melihat tanda pengenal saya, saya ini tim dari unit kekerasan dan pembunuhan," tegas Arya dengan paksa memasuki garis kuning dan diikuti oleh Adamma dari belakang.

Di rerumputan mayat wanita yang telanjang bulat dengan jahitan di bagian perutnya masih ditangani oleh badan forensik yang sedang memotret dan mencari sidik jari yang tertinggal pada jenazah wanita itu. Setelah selesai tim kekerasan dan pembunuhan langsung mengamati bagian luka yang ada di tubuh korban untuk menindaklanjuti.

Rio langsung memotret jenazah, sedangkan Rangga dan Angga bersiap mencatat bagian luka di tubuh korban. Dan yang lainnya hanya melihat dengan  menggunakan filingnya.

"Ini seperti mayat yang ada di sungai kanal, percis sekali semua bagian luka pada jahitannya," bisik Rangga di telinga Angga.

"Lihat jari kakinya menghilang lagi," jawab Angga berbisik di telinga Rangga.

Adamma yang sedang serius memperhatikan tubuh jenazah, dia mengamati satu persatu untuk mencaritahu karakter pelaku yang tega membunuh wanita muda itu.

"Jari kakinya menghilang lagi, kali ini ibu jari di kaki kanannya, aku rasa pelaku menyukai yang berhubungan dengan jari kaki," batin Adamma mengamati bagian kaki wanita yang menjadi korban lalu ke bagian perut dengan garis jahitan yang memanjang dari atas kebawah. "Jahitannya rapih sekali, ini tidak mungkin jika orang awam yang melakukannya," lanjut batin Adamma terkejut dengan tangan Pak Saleh yang mengajaknya untuk kembli ke mobil.

"Ayo semua kembali ke mobil," ajak Pak Saleh berjalan lebih dulu.

Mereka semua berbalik untuk mengikuti Pak Saleh yang sudah lebih dulu berjalan untuk kembali ke mobil.

"Rio, Rangga, Angga dan saya akan kembali ke kantor untuk membuat dokumen dan laporan," perintah Pak Saleh melihat anak buahnya. "Sedangkan Arya dan Adamma cek semua CCTV yang ada di sekitar sini," perintah Pak Saleh kepada Adamma dan Arya.

"SIAP KOMANDAN!" semua kembali menjalankan tugas masing-masing.

Arya meninggalkan mobilnya lalu pergi bersama Adamma, untuk menyusuri jalan di area kebon kosong yang tidak ada satupun CCTV atau rumah penduduk.

"Lebih baik kita pergi balik ke kantor, sambil menunggu identitas korban" ajak Arya kepada Adamma yang ada di sampingnya.

"Sepertinya aku menemukan saksi," jawab Adamma melihat rumah milik pemulung yang berada di area kebon kosong.

Adamma berjalan di ikuti oleh Arya untuk menghampiri rumah pemulung itu, disana dia bertemu kakek tua yang sedang menumpuk kardus bekasnya.

"Permisi kek," sapa Adamma mendekati kakek yang hanya diam saja. "Kek… Kakek," panggil Adamma lalu menyentuh tangan kakek yang sedang sibuk mengikat kardus.

"Eh…Maaf kakek tidak mendengar," jawab Kakek dengan suara yang gemetar.

"Apa kakek semalam melihat orang yang lewat area ini?" tanya Adamma mencoba mendengar suara hati kakek. "Aku pura-pura tidak melihat saja, aku tidak ingin berurusan dengan polisi." Suara hati kakek tua.

"Tidak! Aku tidak melihatnya," jawab Kakek beranjak dari duduknya lalu melangkah untuk masuk kedalam rumahnya.

Adamma mencoba mengikuti kakek itu, tapi Arya menarik tangannya.

"Sudah kita pergi dari sini," ajak Arya menarik tangan Adamma.

"Sebentar! Dia melihat sesuatu dan mencoba berbohong pada kita," jawab Adamma melepas tangannya.

Adamma masuk kedalam rumah kakek, lalu mencoba mendekatinya.

"Kakek aku mohon kerja samanya, jika kakek melihat ya katakan padaku sekarang," ucap Adamma dengan mengikuti terus langkah kaki kakek yang menyibukkan diri untuk menjauhinya.

"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan Nak," jawab Kakek melihat Adamma

Adamma membaca suara hati kakek yang berkata lain dengan yang diucapkan di mulutnya.

"Apa aku beritahu saja, kalau aku menemukan tas yang sedang di sedang di bakar pelaku," suara hati kakek dengan penuh kebimbangan.

"Dimana tas itu kek? Biar aku melihatnya," tanya Adamma menatap tajam kakek.

Kakek itu terdiam dan terkejut dengan Adamma yang tahu isi hatinya, matanya penuh ketakutan melihat Adamma. Arya yang melihat dari jauh merasa bingung dengan ekspresi wajah kakek yang takut dengan Adamma.

 

 

 

 

 

 

 

Chapitre suivant