webnovel

11. Orang Asing 2

Pertama kalinya bagi Arghi semenjak dia tidak dapat melihat lagi untuk menginjakkan kakinya di rumput basah, menapak rumput yang menggelitik kaki telanjang Arghi kasar. Arghi terdiam untuk beberapa saat, menggali banyak ingatan di dalam kepalanya mengenai halaman di mana Arghi berada sekarang. Mengingat bagaimana bentuk-bentuk dan kumpulan warna menjadi satu bercampur hingga membuat Arghi tak pernah untuk bosan datang terus menerus ke sini.

Di mulai sore ini ketika cahaya matahari hangat masih terasa menyiram kulitnya. Arghi lebih melangkah menjauhi teras rumah dengan perlahan tidak ingin sesuatu yang ceroboh menimpanya kali ini lagi. Arghi sendiri tidak berani untuk keluar lebih dari pada halaman rumah, walaupun dirinya beberapa waktu yang lalu bahkan hendak melarikan diri dari rumah ini di mana dia dibesarkan sekarang.

Galant menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah, karena dia mungkin saja tidak bisa fokus menjaga Arghi kalau-kalau Arghi salah dalam melangkah ketika dia tengah belajar. Namun, Arghi tidak menyetujuinya karena walaupun memang dia tidak bisa melihat, Arghi bukan anak kecil yang perlu pengawasan berlebihan oleh Galant. Arghi sendiri tidak ingin Galant terbebani dengan kondisinya sehingga menghambatnya dalam proses belajarnya.

Arghi berhati-hati berjalan ke sisi kolam yang dangkal berisi ikan Koi, sedikit sedih bahwa dia tidak akan pernah bisa lagi untuk melihat keindahannya yang berenang-renang di air yang jernih.

"Halo," bisik Arghi sambil berjongkok, walaupun dia tidak yakin apakah ada ikan yang berenang di hadapannya ini.

Dia mengulurkan tangan, membiarkan permukaan kulit tangannya basah membasuh setiap pori-pori di sana. Arghi berkedip merasakan sisik di telapak tangannya membelai tiba-tiba. Dia tersenyum tipis dengan kehadiran salah satu ikan yang berenang ke permukaan.

Arghi merasakan tatapan tajam menusuk di balik punggungnya, dia menarik tangan dari permukaan air dan langsung berdiri.

Arghi berbalik dan yakin ada seseorang di depannya ini yang berdiri diam melihat ke arahnya. Sebuah tarikan napas dari depan seketika itu juga lantas membuat kaki Arghi perlahan melangkah ke sisi kiri. Tidak menyadari kedatangan orang asing di hadapannya.

"Galant?" panggil Arghi berharap itu memang benar-benar Galant dan dia memaksa setengah tersenyum ke depan.

Gelisah datang ke permukaan dirinya hingga dia menjadi tegang, kala tidak ada respon dari siapapun yang sekarang mulai melangkah mendekati Arghi. Galant tidak seharusnya bermain-main seperti ini sekarang untuk menakut-nakuti Galant.

Debar jantung Arghi sudah berdetak keras takut kalau orang yang berada di depannya ini mendengarnya. Kekhawatiran Arghi meningkat ketika akan melakukan sesuatu untuk menyakiti dirinya lagi seperti perampok itu.

"Galant? Jangan bermain-main." Arghi memanggil sekali lagi kali ini lebih seperti bisikan. Namun, dibandingkan Galant yang tengah berdiri di depan Arghi sekarang, dia menyadari bahwa orang ini pastilah bukan Galant.

"Arghi." Arghi menegang seketika, dia membeku seolah kakinya dipaku kuat di rerumputan tidak bisa melarikan diri dari jerat orang ini, ingatan kelam yang telah ia coba kubur dalam bertahun-tahun kembali berkelebat keluar ke permukaan ingatannya.

Suara kali ini terdengar telah berubah menjadi lebih berat yang Arghi kenal dengan baik tersembunyi di dalam pikirannya sekarang terdengar lewat indra pendengarnya kembali. Tangan Arghi bergetar hingga ke sekujur tubuhnya, bola matanya bergerak-gerak mencari sesuatu walaupun tidak ada apapun yang bisa dia lihat, itu malah menambah keputusasaan dirinya yang semakin dalam. Dia sekarang benar-benar menyesali tidak menuruti perkataan Galant sebelumnya untuk tetap di dalam rumah an sekarang Arghi berharap bahwa Galant datang saat ini juga yang dapat menarik Arghi dalam kesulitannya kali ini.

"Arghi, ini aku." Lagi-lagi suara itu kembali bergaung di telinga Arghi membuat perutnya seolah berputar hingga menyebabkan kepala Arghi yang tiba-tiba berdenyut sakit.

Arghi merapatkan bibir menahan suara keluar dari celah bibirnya. Mengabaikan bagaimana jemarinya bergetar gusar, dia merasakan napas seolah ditarik paksa hingga menjadi sesak di rongga dadanya.

"Arghi?" Sekali lagi suara itu mengakibatkan Arghi tersentak ketakutan. Dia meraih kedua telinganya dan menutup rapat-rapat, memejamkan matanya dengan erat. Tidak ingin mendengar apapun lagi. Dia tahu semua hal buruk telah berlalu dari tahun-tahun yang lalu, tetapi tetap saja ingatannya tidak akan pernah lupa pada masa-masa gelap itu.Dia pun tidak pernah tahu dengan orang ini yang bisa saja akan melakukan hal-hal seperti dulu kembali membuat Arghi kembali merasakan keinginan yang begitu kuat untuk mengakhiri kematiannya.

Langkah kaki semakin mendekat, Arghi refleks mundur dari posisinya dan terduduk lemas dengan napas yang tidak beraturan. Satu tangan menutup rapat mulutnya menahan mual yang bergulung di perutnya.

Arghi tersentak saat bahunya dipegang erat, membuatnya menepis kasar seketika itu juga. Semakin membangkitkan ingatan mengerikan yang Arghi kira dia lupakan. Sesuatu yang berat seolah menekan dadanya erat membuat Arghi kesulitan dalam bernapas.

"Pergi. Pergi dari sini. Menyingkirlah." Arghi tidak menyadari suaranya yang telah bergetar. Dia semakin merasa tidak berdaya.

"Ini aku, Arghi. Jangan takut, aku sudah lama tidak melihatmu kembali." kata orang itu yang seolah tanpa beban sama seperti dia telah menghancurkan hidup Arghi sebelumnya, Arghi bergerak mundur menyeret tubuhnya susah payah. Ketika dia di kejar oleh memori masa lalunya yang mencekik dirinya kapan saja.

"Siapa kamu? Mengapa ada di rumahku?" Suara Galant bagai sebuah cahaya di dalam kegelapan yang menerangi Arghi, dia bahkan menghirup udara dengan rakus yang tanpa sadar telah dia tahan.

"Siapa kamu?" tanya Galant kembali dengan suaranya yang penuh penekanan dan dia telah berdiri di sisi Arghi yang langsung mencengkeram lengan Galant dalam waktu singkat Arghi menyadari sesuatu di tengah ketakutannya sekarang. Lengan Galant lebih kokoh di dalam genggamannya terasa aneh hingga Arghi bahkan mengira ini bukanlah Galant, dia hanya tidak begitu menyadari bahwa Galant telah tumbuh dalam waktu cepat.

"Arghi, apakah kamu masih belum memaafkan aku?"

Chapitre suivant