Ella tidak memahami mengapa tiba-tiba ekspresi di wajah Christian berubah dan ia juga tidak mau membuat Christian lebih kesal lagi dari sebelumnya.
Ia berpikir dengan keras dan menyadari bahwa ia belum berterima kasih pada pria tersebut.
Ia bisa selamat karena Christian datang tepat waktu.
Ia bisa selamat karena Christian bisa menemukannya.
Ia bisa selamat karena Christian ...
"Terima kasih," bisik Ella dengan lembut. Suaranya terdengar lembut dan manis, menunjukkan sedikit kerapuhan dan ketakutannya saat membayangkan apa yang akan terjadi kalau sampai Christian tidak menyelamatkannya.
Ekspresi terkejut terlintas di mata Christian dan aura dingin yang ada di sekitarnya sedikit berkurang.
Ia merasa sangat marah karena ketiga pria itu berani menginginkan wanitanya dan ia juga merasa marah pada pelayan yang kurang ajar itu.
Tetapi saat ini, mendengar suara Ella yang lembut, kobaran api di hatinya sedikit berkurang.
"Kamu adalah wanitaku," jawabnya dengan santai. Tanpa sadar, matanya terlihat melunak saat memandang Ella.
Ella menundukkan kepalanya, melihat jubah mandi yang ia kenakan sekarang. Ia tertegun sejenak dan bertanya. "Siapa yang mengganti bajuku?"
"Tidak usah dipikirkan."
Christian memalingkan pandangannya dan berbalik. Namun, bagian belakang lehernya sedikit memerah, tidak bisa menutupi rasa malunya.
Ella tersenyum tipis saat melihatnya.
Dan juga, ia sudah tidur dengan Christian. Ia tidak keberatan kalau Christian yang melakukannya.
Ia hendak bangkit berdiri untuk mandi, tetapi saat ia menggerakkan tubuhnya, Ella meringis.
Mendengarnya, Christian langsung berbalik dan memandang ke arah Ella. Saat melihat bekas merah di sekujur tubuhnya, ia mengerut lagi.
Melihat tatapan Christian yang membara, Ella tidak tahu harus menjelaskan apa. Ia segera menenangkan Christian. "Luka kecil ini akan segera sembuh."
Christian tahu apa yang ditakutkan oleh Ella. Sebenarnya, ketakutan Ella itu tidak akan terjadi. Christian hanya tidak suka ada luka di tubuh wanitanya.
Luka yang ia sebabkan di leher Ella saja belum sembuh. Dan lagi, ia sudah menyesali beribu kali, mengapa ia harus kehilangan kendali atas emosinya dan memperlakukan Ella sekasar itu.
Ia berjanji tidak akan melakukannya lagi.
Namun, belum satu hari terlewati, luka di tubuh wanitanya sudah bertambah.
"Takut aku akan membencimu?"
"Iya," jawab Ella tanpa berpikir. Perlahan, ia mendekat ke arah Christian yang berdiri di samping tempat tidur dan memegang tangannya. Saat menyadari bahwa Christian tidak menolak sentuhannya, ia memeluk pinggang Christian.
Ia tidak bisa menebak apa yang akan Christian lakukan.
Pria ini benar-benar tidak terbaca. Suasana hatinya sangat mudah berubah. Satu detik, ia akan bersikap kasar, dan sedetik kemudian ia akan bersikap lembut, memanjakannya ...
Ella hanya bisa berhati-hati, seolah berjalan di atas permukaan es yang mudah retak.
"Kalau kamu tidak menginginkanku lagi, terpaksa aku harus mencari pria lain yang bisa membantuku seperti kamu. Tetapi itu akan sangat sulit," kata Ella sambil bersandar di tubuh Christian. Tangannya terangkat, menyentuh kulit Christian yang hangat di balik jubahnya. Sentuhan itu membuat Christian tersenyum.
Christian benar-benar menginginkan wanita ini. Sama seperti ngengat yang tertarik dengan kobaran api.
Setiap gerakan kecil dari Ella saja sudah cukup untuk membuatnya membara, tidak sabar untuk mencicipinya.
"Kamu ingin mencari pria lain?"
Matanya memandang wajah Ella lekat-lekat. Wanita ini benar-benar sempurna di matanya, benar-benar sesuai dengan keinginannya.
Tidak menunggu jawaban dari Ella, Christian melanjutkan. "Aku sarankan kamu melupakan ide itu. Kalau tidak, aku akan membuat hidupmu menderita."
Suara Christian dipenuhi dengan peringatan dan tanda bahaya.
Mungkin, kalau kalimat itu keluar dari mulut orang lain, Ella akan mencibir dan balas menantangnya. Tetapi orang di hadapannya adalah Christian dan ia mempercayai ancaman pria itu.
"Jangan khawatir," Ella tersenyum. "Selama kamu tidak mengusirku, aku tidak akan pernah pergi dari sisimu."
Ella sudah bertekad akan tetap berada di samping Christian sampai Christian sudah tidak menginginkannya lagi. Ia harus memanfaatkan kesempatan ini, saat Christian masih menginginkannya, untuk balas dendam.
Christian melihat ekspresi Ella yang berubah-ubah. Tangannya menyentuh pundak Ella dengan lembut dan ia berkata, "Mandilah."
Ia membisikkan kata itu sambil mendekat ke telinga Ella, membuat Ella langsung merona. Tanpa memedulikan rasa sakit di tubuhnya, ia langsung bangkit berdiri dan berlari ke arah kamar mandi.
Melihat pintu kamar mandi yang tertutup, Christian berusaha untuk mengatur napasnya.
Baru saja, Ella berusaha untuk memprovokasi kobaran gairah Christian.
Namun, Christian berusaha untuk menahan dirinya saat melihat luka-luka di tubuh Ella. Ia tidak yakin ia bisa bersikap lembut saat bercinta dengan Ella sehingga ia memutuskan untuk membiarkan wanita itu untuk memulihkan dirinya sendiri.
Namun, sedetik kemudian, ia merasa konyol. Wanita itu hanyalah mainannya. Mengapa ia begitu memedulikannya?
...
Beberapa saat kemudian, ponselnya yang ada di samping tempat tidur berbunyi.
Christian melihat nama di layar dan mengangkatnya. Suara yang panik terdengar dari seberang. "Tuan, tuan muda mengusir babysitter yang baru saja Anda pekerjakan. Ia masih ... Ahh!"
Suara teriakan diikuti dengan suara gelas yang pecah.
Christian mengerutkan keningnya saat mendengar hal itu.
Kemudian, suara teriakan anak kecil terdengar. "Dasar kamu wanita jahat. Kamu berani melapor pada ayah!"
Nathan sangat takut pada Christian. Ayahnya itu sangat tegas. Walaupun ayahnya bisa memberikan apa pun untuknya, ia tetap mendidiknya dengan tegas.
Sekarang, saat ia mendengar pelayan itu melaporkan tindakannya pada ayahnya, tentu saja ia ketakutan setengah mati.
Teriakannya terlalu keras sehingga Christian juga bisa mendengar suaranya.
"Suruh Nathan yang menjawab telepon."
"Baik, Tuan." Pelayan tersebut segera memberikan ponselnya pada iblis kecil itu. "Tuan muda, Tuan Besar meminta Anda untuk menjawab telepon."
Nathan berdiri di tempatnya, sambil memegang dadanya dengan kedua tangannya, merasakan detak jantungnya. Ia sedang mengenakan piyama rumah. Wajahnya yang chubby menunjukkan ketenangan yang tidak sesuai dengan usianya.
Nathan berpikir sejenak dan kemudian melangkah maju dengan enggan.
"Ayah ..."
Suaranya terdengar ketakutan dari seberang telepon.
Christian sangat sibuk bekerja dan tidak punya banyak waktu untuk menemani putranya. Ia menyewa babysitter, tetapi sepertinya putranya membenci semua babysitter yang ia sewa.
Dan semua babysitter itu takut pada putranya yang seperti iblis kecil.
Nathan memang sangat nakal dan suka melakukan prank pada para pelayan, membuat para pelayan ketakutan setengah mati. Hal itu membuat Nathan merasa bosan.
Ia masih berusia lima tahun dan ia membutuhkan teman serta kasih sayang dari keluarganya.
Saat mendengar suara putranya, kehangatan muncul di mata Christian. Ia tahu bahwa ia sudah berusaha untuk memberikan apa pun kepada putranya, memberikan sebaik mungkin. Tetapi ia tidak akan bisa menutupi kekurangan yang tidak bisa ia berikan untuk putranya.
Seorang wanita, atau lebih tepatnya seorang ibu.
Cinta dari seorang ibu untuk putranya ...