webnovel

Keposesifan Seorang Anthony Stevano

Setelah setengah jam, Anthony kembali ke kamar tidur. Di tangannya terlihat sebuah dokumen.

Rambutnya yang basah itu masih berantakan, tetapi semua itu tidak dapat menutupi kejantanannya. "Ini adalah perjanjian kita, bacalah dulu sebelum menandatanganinya."

Natalie mengambil kertas tersebut dan duduk di sofa. Isi perjanjian itu sangat sederhana, dirinya adalah pacarnya selama 100 hari ke depan.

Selama kontrak berlangsung, dia tidak diperbolehkan untuk membeberkan hubungan mereka yang sebenarnya dan dia juga tidak diperbolehkan menggunakan rahasia ini untuk memerasnya. Setelah kontrak berakhir, Natalie akan mendapatkan uang 10 miliar dan sebuah apartemen.

Melihat isi perjanjian itu, Natalie benar-benar linglung. Menjadi pacarnya selama 100 hari membuat dirinya mendapatkan uang 10 miliar dan sebuah apartemen, transaksi yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan.

Tetapi, ketika melihat sisa dari kertas tersebut, Natalie merasa sedikit pusing.

Di sana dikatakan bahwa dia juga tidak diperbolehkan jatuh cinta padanya.

Natalie tersenyum sambil mengangkat alisnya.

Jalan menuju balas dendamnya ini sangatlah terjal, jalan ini juga sudah memberitahu dirinya bahwa hasil akhirnya tidak akan bagus. Selama salah satu dari mereka masih bernapas, perjalanannya itu tidak akan berakhir.

"Tuan Anthony terlalu berhati-hati, saya tidak akan mungkin jatuh cinta padamu!"

Natalie dengan tenang menandatangani dokumen tersebut dan menyerahkannya.

Meskipun semua peraturan tersebut dibuat oleh Anthony, Natalie tahu bahwa semua isi perjanjian itu pada dasarnya diperuntukkan untuk melindungi reputasi Anthony.

"Oh? Jadi maksudmu aku kurang bagus untukmu?" Tatapan dingin Anthony sangat tajam.

"Hahaha…" Natalie cuma bisa tertawa. "Tetapi bagaimana kalau Anda yang jatuh cinta denganku?" Katanya sambil tersenyum.

Mendengar hal ini, tatapan mata Anthony berhenti.

Kemudian matanya jatuh kepada kalung yang dipakai di leher putih milik Natalie.

Pada pukul sebelas malam, Natalie sama sekali tidak merasa ngantuk.

Ketika dia berdiri dari tempat tidur, dia menyadari bahwa lampu di ruang kerja di sebelah kamarnya itu masih menyala. Sosok Anthony juga dapat terlihat sedang sibuk di depan komputernya.

Sepertinya dia sedang rapat virtual dengan orang luar negeri, dia sama sekali tidak tahu bahasa apa yang dia gunakan.

Sosoknya yang bekerja itu tetap tidak kalah menawan.

Yang membuat hatinya bergetar adalah tatapan matanya yang tegas itu, benar-benar menggetarkan hati! Seolah-olah tatapannya itu dapat menembus dirinya dan melihat dirinya dari dalam.

Tiba-tiba, cacing di perut Natalie berbunyi. Setelah memikirkannya, sepertinya dia memang belum makan sama sekali sejak siang.

Karena sudah malam, dia menghentikan niatnya dan berusaha untuk tidur.

Natalie. "…."

Argh, lupakan kata diet, aku lapar!

Dia berjalan ke arah dapur yang berada di lantai satu dan menyadari bahwa isi kulkas benar-benar kosong.

Lalu dia mengingat bahwa ketika dia berjalan naik menuju kamar apartemennya, dia melihat ada minimart yang buka 24 jam. Lalu dia mengambil dompetnya dan memakai jaketnya.

Dia menatap sederetan mie instan yang sangat banyak di minimart tersebut. Karena sudah malam, dia memang berniat untuk mencari makanan yang mudah untuk dibuat.

Walau ibunya selalu memarahinya ketika dirinya memakan mie instan, Natalie sendiri juga berusaha menghindarinya. Tetapi keadaan dan waktu yang kurang tepat ini membuatnya tidak punya waktu untuk memasak. Apalagi dia sudah kebanyakan makan mie saat menginap di kamar apartemennya Nia.

Setelah membayar mie dan bahan pelengkapnya, dia berbalik dan menabrak sosok pria tinggi.

Orang itu adalah Anthony. Sosoknya yang hampir mencapai 185 cm itu dengan mudah membungkus dirinya dengan bayangannya.

Wajahnya yang muram dan tatapan yang dalam menunjukkan bahwa dia sedang dalam suasana hati yang buruk.

Bukannya dia sedang rapat di ruang kerjanya? Kenapa dia sudah ada di sini sekarang? Ini bahkan belum 3 menit sejak dia pergi!

"Berkeliaran di jam seperti ini, apa kamu tidak takut bertemu dengan lelaki mesum?"

Alisnya mengerut dengan keras ketika dia berbicara. Ketika dia sedang rapat, dia menyadari bahwa Natalie sudah menghilang dari kamar tidurnya. Di dalam jaketnya itu, Natalie masih memakai lingerienya, apa dia tidak takut diserang oleh pria mesum?

"Ah … apa kamu juga lapar?"

"Ayo cepat kembali!"

Dia dengan cepat menarik tangan Natalie dan berjalan menuju kamar apartemennya.

Nada suaranya yang dalam dan tegas dipadukan dengan sedikit ekspresi kekhawatiran, benar inilah yang kurang di kehidupan Natalie yang sekarang.

Meski dia menggenggam tangannya dengan erat, dia dapat merasakan kehangatan yang nyaman yang menyelimuti dirinya. Di tengah malam yang dingin ini, Natalie dapat merasakan kehangatan yang dia dambakan.

Ketika mereka memasuki kamar apartemen mereka, Anthony tiba-tiba berhenti dan berbalik. Secara tidak terduga dia langsung memeluk Natalie dengan erat.

Ketika dia mengangkat kepalanya, dia dapat melihat lebih jelas wajah Anthony yang tampan dan jantan itu.

"Lain kali jangan pernah keluar sendirian, apalagi di malam hari. Apa kamu mengerti?"

Nada suaranya benar-benar tinggi, tetapi membawa sensasi hangat dan nyaman di hati.

Dia membuka matanya dan tersenyum. "Baiklah, terima kasih atas perhatiannya!"

Dia menatapnya dengan tajam dan berkata. "Jangan berterima kasih padaku dengan kata-kata, aku ingin kamu menunjukkannya dengan tubuhmu!"

Natalie mengerti maksudnya, wajahnya langsung berubah menjadi merah.

Mereka berdua masih berpelukan, keduanya terlihat menikmati waktu yang seakan-akan berhenti ini.

"Uhm … bolehkah kita berhenti sebentar?" Tanyanya dengan pelan.

Dengan wajah yang enggan, Anthony melepaskan pelukannya.

Natalie dengan cepat berlari ke dapur dan menyalakan kompor. Meskipun isi kulkasnya kosong, dapur ini benar-benar lengkap. Bahkan alat-alat masak ini terlihat baru semua, seakan-akan tidak pernah dipakai sebelumnya.

Lalu dia tiba-tiba menyadari sesuatu, orang kaya tidak pernah memasak! Dapur itu hanyalah sebuah dekorasi!

Tidak butuh waktu yang lama untuk bau mie instan itu segera mengisi seluruh udara. Natalie memejamkan matanya dan menghirup napas yang panjang, memang tidak ada yang bisa mengalahkan bau mie instan.

Lalu setelah mengaduk mie dengan rata, dia berjalan menuju meja makan.

Ketika dia berjalan, dia melihat sosok Anthony yang duduk di ruang tamu. Lalu dia pun bertanya. "Aku bikin mie, apa kamu mau?"

Natalie tetap bersikap sopan pada pemilik rumah. Tentu dia tahu bahwa orang sekaya Anthony tidak mungkin mau makan makanan murah seperti mie instan!

Dan tentu saja, dia melirik dirinya dengan jijik. "Itu makanan tidak sehat, mana mungkin aku memakannya!"

"Er … Oke!"

Sultan memang beda, apa mereka tidak tergiur dengan baunya yang wangi ini?!

Natalie lalu duduk di meja makan seorang diri dan menatap piringnya sambil menghela napas.

Ketika dia hendak mengambil sesuap, dia menyadari bahwa Anthony sedang menatapnya dengan tajam. Ketika garpu itu berjarak satu cm dari mulutnya, tatapannya itu makin tajam dan membuatnya merinding.

Chapitre suivant