Pada akhirnya kami terpaksa menjelaskan situasi kami.
Setelah menjelaskan situasinya, entah kenapa Fiona memaksa ikut membantu kami, tapi sebagai balasannya, dia ingin diangkat menjadi prajurit juga.
Membuat Fiona menjadi salah satu prajurit tidaklah sulit, bahkan dia bisa masuk tanpa bantuan dari diriku. Lagipula dia ini cukup pintar untuk belajar sihir seorang diri, dia pasti dibutuhkan bagi kerajaan.
Awalnya kutolak mentah-mentah tapi dia sangat keras kepala, jadi tidak ada pilihan lain.
"Pencarian ini akan sangat berbahaya, lebih baik kau bicara dengan orangtuamu" ucapku meyakinkan dirinya supaya tidak ikut terlibat.
"Mereka tidak akan keberatan, lagipula setelah aku menjadi prajurit kerajaan, kami akan pindah kesana"
"Kau yakin? Pekerjaan ini sangatlah berat, lihat saja kami" seru Delta
"Aku merasa kalau hidup di wilayah ini lebih berat daripada bekerja menjadi prajurit kerajaan"
"Meski hidup disini cukup sulit, tapi sewaktu-waktu menjadi prajurit kerajaan bisa menjadi lebih sulit, kalau kau tidak mempermasalahkannya, kurasa kau akan baik-baik"
"Aku mengerti, aku percaya diri dengan kemampuanku! Kalian tidak perlu khawatir"
"Baiklah, kalau begini kita sepakat, benar kan, Zero?" Delta terlihat cukup senang.
"Terserah"
Tidak berguna menjelaskan hal ini dengan Delta, aku harus mengobrol berdua dengan Fiona.
Ini bukan saatnya.
"Kalau begitu, ayo kita cari penjahat itu!"
"Ayo!"
'Hei, jangan keras-keras! Ini rahasia!"
X--X
Setelah 3 hari berada di Lonelywood, aku bisa tahu kalau orang itu tidak ada disini.
Selama 3 hari itu, aku mencari informasi, karena aku tidak bisa menunjukkan poster buronan itu, aku berkata kepada orang-orang kalau aku sedang mencari pria yang membawa scimitar.
Kita butuh rencana.
Saat ini kami sedang berada di Tavern . Siang hari di Tavern sangat sepi tidak seperti malam hari.
"Jadi selanjutnya kita akan ke kota mana? Wilayah ini punya 9 kota" Ucap Fiona sambil mengunyah steak daging yang ia pesan.
"Fiona, coba sebutkan kota terdekat dari sini"
"Kota Termalaine, itu kota asalku"
"Oke, kita ke kota Termalaine, saat sampai disana, lebih baik kau bicarakan dengan orangtuamu tentang hal ini"
"Baik,baik, aku sudah tahu, lagipula itu memang rencanaku, tapi... Mungkin, kami membahas akan membahas hal ini cukup lama"
"Tidak masalah, lagipula kami akan mencari informasi terlebih dahulu"
"Kalau begitu, ini sudah ditentukan, jadi ayo!"
"Ayo!"
Mereka berdua terlihat bersemangat, berbanding terbalik dengan diriku.
X--X
Perjalanan dari kota Lonelywood ke kota Termalaine memakan waktu 2 jam jika berjalan.
Untungnya kami punya pemandu bersama kami, jadi perjalanan ini mungkin tidak akan terlalu sulit, tapi kenyataan selalu lebih kejam daripada ekspetasi.
Badai salju datang, mengiringi perjalanan kami. Pandangan kami sangat terbatas karena efek badai salju ini.
Meski sudah memakai mantel baru, Delta masih saja mengeluh kedinginan. Fiona bilang sekitar 20 menit lagi kita sampai ke kota Termalaine.
Sepanjang perjalanan, kami sempat membunuh serigala yang mengejar kami. Serigala yang seharusnya bisa dibunuh dengan mudah, kali ini cukup sulit karena jarak pandang kami terbatas.
"Ah sial, ditengah-tengah badai seperti ini, kita harus bertarung" seru Delta sambil membersihkan pedang yang sudah ternodai oleh darah serigala "aku kedinginan brengsek!"
"Oh ayolah... Aku sudah cukup mendengar ocehanmu itu. Lagipula, kau kan sudah minum ramuan penghangat"
"Kau pikir itu cukup!?Kedinginan disini sangat tidak masuk akal! Sungguh tidak masuk akal!"
"Ini keluhanmu yang ke 20 kalinya, orang normal tidak akan mengeluh sebanyak dirimu"
"Tapi lihat cua-"
"Sudah dekat!"
Fiona tiba-tiba berteriak.
"Apanya?" Kami berdua menatap Fiona dengan heran.
"Itu tanda kalau Termalaine sudah dekat" Fiona menunjuk patung berbentuk manusia dengan pakaian seperti seorang penyihir lengkap dengan jubah,tongkat dan topi khasnya.
"Jadi Termalaine, kota yang penuh dengan para penyihir?" Ucapku.
"Tidak juga, pendiri kota ini seorang penyihir, jadi patung itu sebagai sebuah penghargaan... Kurang lebih begitu"
Badai salju mulai mereda dan pemandangan dari depan kami mulai terlihat.
Rumah-rumah berdiri begitu banyaknya, lebih banyak dibanding kota Lonelywood. Hampir di setiap dinding rumah-rumah, terdapat ukiran-ukiran penyihir, Homunculi, harimau, dan jin yang sedang tersenyum.
Kukira hanya Lonelywood saja yang punya ukiran unik. Mungkin tiap kota punya sejarah tertentu.
"Jadi, apa kalian ingin ikut ke rumahku?"
"Aku ikut"
"Aku tidak, pergi ke Tavern sepertinya lebih baik"
Mereka berdua tiba-tiba menatapku.
"Apa ini? Kenapa kalian kompak sekali?"
"Kau lupa kejadian saat di Lonelywood?"
"Lebih baik kau ikut ke rumah Fiona bersamaku"
"Sudah kubi-" saat aku berbalik dan melangkah maju, Delta dan Fiona menarik mantelku dan membuatku tertahan.
"Tenang saja, disana aku akan memasak sesuatu" Fiona menarik mantelku.
"Benarkah!?" Wajah Delta terlihat berseri-seri
"Bukan itu masa-"
"Sudah, kau ikut saja dengan kami" Delta menarik mantelku... Lagi.
"Baik,baik, aku akan ikut tapi, lepaskan tangan kalian dari mantelku! Itu mengganggu!"
X--X
"Kalian bisa simpan barang kalian di dekat lorong pintu keluar"
Kami berdua menyimpan barang kami.
"Kurasa ini ide yang buruk" Kataku.
"Apanya?"
"Apa kalian suka sup?"
....
Aku memang ingat kalau Fiona akan memasakkan makanan untuk kita, tapi sepertinya itu rencana yang buruk, maksudku, kenapa aroma masakannya berbau aneh? Ditambah, kenapa sekilas aroma yang keluar dari masakan itu berbentuk tengkorak dan berwarna hijau?
Apa gadis ini sedang membuat ramuan? Apa dia seorang penyihir? Pasti dia seorang penyihir! Sebentar... Dia kan memang seorang penyihir.
Aku dan Delta saling menatap satu sama lain.
Aku mengedipkan mataku beberapa kali, memberikan sebuah kode yang hanya kami berdua ketahui.
Aku mengedipkan mata 5 kali. 'Maknanya 'masakan ini tidak dibuat untuk manusia'
Delta mengangguk kemudian mengedipkan mata berulang kali dengan cepat, mungkin sekitar 10 kali dia mengedipkan matanya.
Hah? Apa artinya? Apa artinya dia siap mati atau semacamnya?
"Maaf sudah membuat kalian menunggu?"
Aroma dari masakannya memenuhi ruangan yang terbuat dari kayu ini.
Sesuatu dari dalam perutku seperti ada yang ingin keluar.
Sialan, sepertinya aku mual.
Masakannya berwarna hitam pekat dan encer.
Apa ini? Sup macam apa ini? Di dalamnya terdapat potongan aneh berbentuk kotak.
"Apa ini?"
"Potongan daging rusa"
Fiona menatap kami berdua secara bergantian.
"Apa yang kalian tunggu, ayo makan"
Aku harus mencari cara kabur! Sesuatu, ayo pikirkan sesuatu...
Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.
"Zero, apa kau sedang tidak enak badan?"
Ah iya benar juga.
"Iya, perutku sedikit sakit, mungkin ini efek dari alkohol kemaren" aku berpura-pura sakit dan memasang wajah kesakitan sambil memegang perutku "toilet...aku ingin ke toilet"
"Toilet disebelah sana, maju terus sampai ujung, setelah disana belok kanan"
Fiona menunjuk ke lorong.
Aku meninggalkan Delta yang diam membeku sambil memegang sendok dan garpu.
Lebih baik aku meninggalkan surat dan kabur ke Tavern.
Aku berhasil menemukan pintu keluar. Saat hendak memegang gagang pintunya, gagang pintu itu bergerak sendiri. Tidak lama kemudian pintu itu terbuka, disana berdiri seseorang yang memakai mantel berwarna coklat.
"Whaaa!"
"Aaaa!"
Wanita itu terkejut dan berteriak membuatku ikut terkejut dan berteriak juga.
"Apa yang terjadi!?" Delta menghampiri dengan terburu-buru dan diikuti oleh Fiona dari belakang.
"Mama!"
Aku menatap Fiona dan orang yang disebut 'mama' itu secara bergantian.
"Ah, maaf telah membuatmu kaget" orang itu membuka tudung mantel yang ia pakai. Terlihat wajah seorang wanita dewasa dengan rambut kuning yang diikat kebawah.
"A-hh, ak-aku juga minta maaf" wa-wajar kan kalau aku gugup karena kejadian tadi?
Ibu Fiona terlihat begitu muda, bahkan jika Fiona berkata kalau dia kakaknya, aku pasti akan percaya.
"Mama, selamat datang"
"Fiona... Kenapa kau tidak ke toko dulu? Tidak ada masalah kan, selama kau mengantar obat-obatan?"
"Tidak ada masalah mah, hanya sedikit kendala, tapi mereka berdua membantu saat perjalanan pulang" Fiona memperkenalkan kami "yang disana Delta dan yang ini Zero"
"Namaku Zero, maaf atas kejadian tadi" aku sedikit membungkukkan badanku.
"Namaku Delta, Fiona telah membantu kami, apalagi saat mem-"
Tiba-tiba Fiona menarik pipi Delta. Ibu Fiona terlihat heran.
"Po-pokoknya tidak ada masalah"
Sepertinya, Fiona menyembunyikan tentang perburuan rusa putih.
"Begitu ya, kalian pasti kelaparan kan, biar mama buat sesuatu untuk kalian makan"
"Kalau itu, sudah aku urus, mah" Fiona membusungkan dadanya.
"Memangnya kamu bisa masak? Seingat mama, kau belum pernah belajar masak"
"Itu mudah, hanya masukkan semua bahan kedalam panci, setelahnya selesai" Setelah ibunya pergi, Fiona sekarang menatapku "oh iya, bukannya tadi kau ingin ke toilet? Kenapa kau berada disini?"
"Aku buta arah" Kataku sambil tersenyum kecut.
"Fiona coba kemari"
Suara ibu Fiona terdengar dari dapur.
X--X
Nasib buruk tidak jadi menimpa kami, berkat bantuan dari ibu Fiona, kami bisa makan dengan layak, ah tidak, makanan yang ibu Fiona buat sangat enak.
"Terimakasih telah menjaga anak saya, aku yakin dia telah banyak merepotkan kalian"
"Tidak, malah kami yang tertolong, waktu itu juga, dia membantu kami melawan pembu-aaawww!"
Aku menginjak kaki Delta dengan sekuat tenaga.
Aku terpaksa melakukan itu karena dari tadi Fiona sudah memberi gesture kepada kita untuk merahasiakan kejadian yang terjadi di kota Lonelywood.
"Kau baik-baik saja?" Ibu Fiona tampak khawatir.
"Dia hanya tersedak" aku tersenyum canggung "makanya kalau makan jangan terburu-buru"
"Ka-" Delta menatap ke arahku.
Aku merangkul pundaknya.
"Oh ya, aku baru ingat kami harus membeli peralatan berburu jadi, sepertinya kami harus pergi sekarang"
Delta menatap heran kepadaku.
"Sudah mau pergi? Padahal kalian bisa istirahat disini lebih lama"
Jika kami terlalu lama disini, Delta akan berkata hal yang merepotkan.
"Kami akan kesini lagi nanti"
Aku beranjak dari tempat duduk dan menepuk pundak Delta.
"Aku akan mengantarnya ke depan" Fiona ikut berjalan di belakang kami.
Setelah berada di depan pintu keluar aku berbalik dan menatap Fiona.
"Kami akan berada di Tavern"
"Baiklah, aku akan menyusul kesana" Fiona mengambil sesuatu dari kantung mantel yang tergantung di sebelah kiri lorong " sepertinya kau butuh ini" ternyata itu sebuah peta kota ini"
"Terimakasih" aku mengambil peta itu "Kau menyembunyikan sesuatu dari ibumu? Kurasa kau harus jujur, lagipula jika kau tidak ikut bersama kami, itu tidak masalah"
"Ta-tapi ak-"
"Aku yakin suatu saat, tempat ini akan bebas dari kutukan Auril, cepat atau lambat tempat ini akan berubah"
Harapan adalah sesuatu yang membuat manusia dapat bertahan dalam situasi sulit.
Setidaknya itulah yang aku yakini.
Setelah mengatakan itu, aku pergi keluar dari rumah Fiona bersama Delta disampingku.
Aku yakin suatu hari nanti kutukan Auril akan hilang. Yang pasti, aku bukan orang yang akan menghancurkan kutukan itu. ksatria biasa sepertiku tidak layak menjadi pahlawan.
"Kira-kira Fiona akan ikut tidak yah?"
"Entahlah, tapi yang jelas, kita harus menunggunya di Tavern dan mencari info tentang Darius"
Darius kah... Benar juga, aku tidak habis pikir apa yang ketua pikirkan saat mengirim kami untuk menangkap Darius.
Dan lagi, kenapa ketua bisa tahu kalau dia pergi ke wilayah ini.
Semua ini masih terlalu abu-abu.