"Nak, tolong buka pintunya nak. Kasihan ini pak dokter sudah bolak-balik dari kemarin…"
Bukan urusanku, lagian keras kepala banget itu dokter!
"Maaf ya bu, sepertinya nak Galih belum mau membuka dirinya…"
"Benar pak dokter, jangankan pak dokter, temannya datang saja dia tidak mau membukakan pintu."
"Oh, itu menarik. Bisa kita bicarakan lebih jelas hal itu bu?"
"Baik pak dokter."
Apa-apaan, mereka mau melibatkan Qines dalam masalah ini? Dasar kurang ajar!
Sudahlah, tidak akan ada yang berubah apapun yang mereka coba. Setelah suasana kembali tenang. Ku masuki kembali game online kesayanganku, Immortal War. Sesuai perjanjianku dengan om Bacot, untuk membantu Sakura, aku harus jadi lebih kuat.
"Yami?" Tanya seorang player dengan nama KuuGa kepadaku.
"Ya, lu orang yang di minta tolong sama om Bacot?" Jawabku.
"Yoi, tapi lu yakin bisa ngikutin kita? Semua yang di grup nanti pemain elit semua."
"Gue gak ada pilihan lain, gue harus lebih kuat."
KuuGa terdiam sejenak, "Yah, asal lu gak ngehambat kita sih. Punya Knight bakal bantu banget, tapi kalau lu gak berguna, kita gak akan bawa lu lagi!"
"Ok, makasih buat kesempatannya. Gue janji gak akan ngerepotin."
Tak lama, akupun bertemu dengan anggota grup yang lain. Grup ini ketuanya kenalan om Bacot, grup dari guild lain yang lagi berkembang, jadi mereka gila-gilaan leveling. Satu grup biasanya leveling habis-habisan selama 6 jam. Grup kami sendiri leveling 6 jam, di tambah grup ini, total sekitar 12 jam aku meningkatkan level karakter.
Tapi tentu semua itu belum cukup, aku ikut dengan grup kecil yang kudirikan sendiri bersama beberapa teman guild beberapa hari lalu, kami leveling selama 5 jam. Sehingga total aku leveling selama 17 jam sehari. Gila? Tentu, hanya itu caranya mengejar para pemain kelas atas di game ini.
Semua uang jatah bulanan juga kuhabiskan untuk membeli voucher, entah kenapa aku habis-habisan kali ini. Tentu, awalnya aku hanya ingin menolong dan mungkin, membuat kagum Sakura. Tapi semakin kesini, aku merasakan sesuatu yang lain.
Ini pertama kalinya aku benar-benar serius bermain game ini!
~ ~ ~
"Ok, gue udah gak kuat lagi anjir. Gue off dulu, udah jam 2 malam ini." Kata salah satu anggota grup kami.
"Kalau gitu levelingnya udahan ya sampe di sini. Besok kita kumpul lagi di jam yang sama." Perintah ketua grup.
Ha ah…
Ini sudah grup ketiga yang ku ikuti hari ini. Tanganku bergetar hebat, sial, sudah beberapa hari aku main segila ini? Apa aku bisa melanjutkan semua ini?
Kugelengkan kepalaku pelan, gak, aku gak punya pilihan. Aku harus jadi lebih kuat. Aku gak bisa nyerah gitu aja setelah sampe sejauh ini.
Setelah semua berpamitan, akupun menyusul keluar dari game. Ah, kepalaku terasa pusing. Main game memang menyenangkan di kala iseng atau senggang, tapi kalau di seriusin kayak gini, rupanya lelah juga.
Dengan lemas, ku matikan komputer, kemudian beranjak meninggalkan meja, melangkah lemas ke ranjang. Dengan cepat, ku hempaskan tubuh lelahku ke kasur. Ah, rasa-rasanya aku malas bangun lagi. Aku ingin tidur, tapi berkat kebiasaan kacauku, susah tidur jam segini. Setidak-tidaknya menunggu sampai jam 3 baru aku bisa tidur. Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?
Menengadah ke langit-langit polos, ku coba memikirkan sesuatu. Baca komik? Aku benar-benar tidak punya energi sekarang? Nonton streaming atau video? Aku sudah terlalu lelah melihat layar.
"Ah sial, menghayal saja lah." Gumamku.
Yah, menghayal, kegiatan yang sering kulakukan saat sedang bosan dulu. Tentu, seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, kini susah sekali merasa bosan. Tapi di sinilah aku, bosan.
Awalnya aku tidak tahu apa yang harus dihayalkan, tetapi perlahan, gambaran-gambaran itu muncul. Sederhana saja, yang kuhayalkan saat ini adalah adegan-adegan pertempuran yang terjadi seharian ini di game. Sambil mencoba mengingat, aku menghitung-hitung jangka waktu kemampuan, sihir, konsumsi barang, dan apapun yang bisa ku pakai dalam pertempuran. Mencoba-coba beberapa kombinasi jurus yang mungkin bisa berguna, mensimulasikan efek-efek barang dan serangan, sampai mengingat rute misi. Yah, lebih tepatnya bukan menghayal tapi menyusun strategi.
Trik membuang-buang waktu ini berhasil, tak terasa sudah jam tiga. Aku entah sejak kapan sudah tertidur di tengah hayalanku. Tidur yang nyenyak tanpa mimpi.
~ ~ ~
"Yam, sejak kapan kamu level 85?" Tanya Sakura.
"Sejak tadi malam hehehe…." Jawabku.
"Ini bocah main gak bilang-bilang ya?" Curiga Kiba.
"Wah gila, lama-lama bisa kebalap lu om…" Sambung Knievel.
Aku hanya tertawa-tawa kecil, tentu, siapa yang tidak keheranan melihat aku naik level secepat ini? Aku saja heran.
"Gue sudah deal-dealan sama Yami. Dia musti naikin karakter dia sekuat-kuatnya, biar bisa bantuin Sakura di sini." Jelas B4C0T.
"Gak usah di bilang di sini juga kali bos." Jawabku.
"Kenapa? Bagus lagi biar mereka pada tahu. Tuh Sakura, sebegitu cintanya Yami sama lu sampe dia leveling gila-gilaan."
"Cie cie, ada apa nih?" Tanya Knievel.
"Loh, kok gue gak tahu apa-apa?" Kata Kiba panik.
"Lu gak peka banget Kib, mereka kan belakangan ini emang dekat banget." Jawab Knievel.
Aku dan Sakura hanya bisa diam, seneng sih, tapi suasana jadi canggung begini. Lagian awalnya aku melakukan ini memang untuk membantu Sakura, walau gak yakin sama perasaanku sendiri. Tapi akhirnya semua ini kulakukan untuk diriku sendiri.
"Daripada kalian nge-bully dia, coba kalian tanyain resepnya. Siapa tahu bisa naik level dengan cepat juga." Nasihat B4C0T.
"Eh iya, gimana caranya lu leveling Yam?" Tanya Knievel.
"Ok, gue masih kesel ama lu, tapi, gimana cara lu leveling?" Sambung Kiba.
Terdiam sejenak, akupun membalas, "Gak susah, cukup ikut 3 grup leveling tiap hari."
"Gila, lu leveling berapa jam sehari?" Selidik Knievel.
"16-17 jam."
"Setan, ogah gue wkwkwkwkwk." Sahut Knievel.
"Gue juga, gila lu Yam bisa main selama itu." Balas Kiba.
"Namanya juga di mabuk asmara." Ejek om B4C0T.
~ ~ ~
"Yam, maaf ya, gara-gara aku…" Kata Sakura di PM.
"Gapapa kok kur, lagian aku emang mau leveling kok."
"Beneran gpp?"
"Bener."
"Oh, makasih ya."
"Sama-sama :)"
Dungeon pagi itupun selesai dengan cepat. Kekompakan grup kami sudah meningkat pesat, dan lagi dengan karakterku yang bertambah kuat, kerumunan monster di dungeon bukanlah masalah besar lagi.
"Wah, makin keras karaktermu Yam. Kalau gini makin enak nih kita leveling. OK, dungeon pagi udah kelar, gue duluan ya, biasa ada kelas." Kata Knievel pamit.
"Gue juga, masih patah hati nih gegara Yami, bye!" Renggek Kiba.
"Kerja bagus semua, nanti malam kita lanjut leveling lagi." B4C0T mengingatkan.
Akhirnya, kini tinggal aku dan Sakura berdua. Sepertinya banyak yang harus di bicarakan nih…
"Kur, abaiin aja candaan om Bacot." Kataku.
Diam, Sakura membalas, "Iya Yam…"
"Lu masih kepikiran ya?"
"Bohong kalau aku bilang ngga…"
"Jadi, gimana sekarang? Mau lanjut main?"
Sakura menggeleng, "Ngga, kayaknya aku udahan dulu. Sampai ketemu nanti malam Yam…"
"Ok, sampai ketemu lagi nanti…"
[Sakura41 keluar dari game]
Fyuh, oke, masih ada waktu sebelum grup leveling siangku di mulai. Mau ngapain ya? Apa off dlu?
"Lih?"
Eh, siapa yang PM pakai nama asliku? Bentar, yang tahu nama asliku kan... ?
"Qines? Lu online lagi?" Tanyaku balik.
"Weh, kalau di dunia game kamu jadi anak gaul ya? Pake lu gue."
"Wkwkwkwk kebiasaan. Kenapa btw? Lu mau aktif lagi?"
"Kamu tahu kan gimana sibuknya pegawai bank? Gak,ada yang mau aku omongin. Bisa ketemu di Kota Lama?"
"Boleh."
Sebenarnya aku heran, kenapa Qines mengajak bertemu di game? Bukannya dia tinggal datang ke rumah kalau mau bertemu… Ah, itu tidak bisa di sebut bertemu ya? Lagian dia kan bisa kirim pesan saja.
Ah sudahlah, ini kesempatan bagus, siapa tahu Qines mau aktif main lagi!
~ ~ ~
"Lih, wah makin keren aja karaktermu sekarang? Udah level berapa?" Tanya Qines ketika kami bertemu.
"Hehehe, thanks. Barusan naik ke 85."
"Aku ketinggalan jauh berarti? Ini karakter masih level 60."
"Banget, kalau lu mau aktif bisa gue bantuin leveling. Btw, ini pemula yang bareng lu dari tadi siapa Nes? Btw sorry gue pake lu gue ya, udah kebiasaan di game."
"Udah sante, aku juga gitu dulu jaman main game. Dok, ini karakter Galih di dunia game."
Bentar, dok?
"Halo nak Galih, saya yakin kita pernah 'bertemu' sebelumnya. Saya Dr. Gustian Rahmat."
Anjir…