webnovel

Pengalaman Pertama

Wajah Darren merona merah mendengar ucapan Kevin. Kedengarannya seperti sebuah janji dan seperti perasaan kuat Kevin yang tak dapat ditahan. "Paman, bagaimana ini? Aku sudah 20 tahun." Kata Darren pelan. Kevin tersenyum kecil lalu menggandengnya masuk ke dalam kamar. Di pojok kamar ada sebuah kaca full body lalu Kevin menggiring Darren hingga berdiri di depan kaca. "Lihat baik-baik wajahmu saat ini. Apa kamu yakin ingin melakukannya?" Tanya Kevin sambil merangkul Darren dari belakang.

Darren mengangguk pelan tanda setuju. "Setelah melakukannya, kamu bukan lagi Darren yang sama dan hubungan ini tidak akan bisa kembali seperti dulu." Kata Kevin. Darren kembali menjawabnya dengan anggukan singkat.

Kevin mencium leher Darren dengan lembut di depan kaca, dan tangannya mulai meraba area sensitif Darren. Darren dapat melihat dari kaca wajahnya yang merona merah. Sinar lampu kamar yang terang membuat Darren semakin malu, "Lampunya... tolong." Ucapan Darren telah bercampur erangan manja. "Aku ingin melihatmu dengan jelas." Suara Kevin terdengar serak seolah menahan sisa-sisa akal sehatnya.

Dengan gerakan pelan, Kevin membuka seluruh pakaian Darren, lalu menuntunnya ke ranjang. Mereka berciuman panjang dan panas, berbeda dari ciuman-ciuman sebelumnya karena ada nafsu yang memburu dari bibir Kevin. Liar dan kasar sampai Darren merasa napasnya akan putus. Reaksi tubuh keduanya sangat jelas, tetapi benda milik Kevin masih tercekat dalam celananya. Darren ingin melepaskan pakaian Kevin, tetapi tangannya ditahan Kevin, "Jangan... aku takut tidak dapat menahan diri."

Digantikan dengan cairan pelumas yang menembus area paling sensitif Darren. Pertama kali merasakan sensasi semacam ini membuat Darren menarik napas dalam, sakit dan perih. Erangan Darren berubah menjadi jeritan kecil, yang ditelinga Kevin malah terdengar menggoda. Bocah kecil itu akan segera menjadi pria dewasa karena dirinya, ada emosi yang menggelora di hati Kevin. Tetapi dia hanya dapat menahan diri, agar Darren tidak terlalu sakit untuk pengalaman pertamanya. Setelah cukup lama melakukan eksplorasi di dalam tubuh Darren, Kevin merasa sudah cukup. Saatnya tubuh Darren menerima dirinya. Kevin membuka pakaiannya sambil melihat Darren. Bukan hanya tubuh saja yang memerah, tetapi nyaris seluruh tubuh Darren memerah. Ada yang memerah karena malu dan ada yang memerah karena tanda-tanda cinta yang diberikan Kevin. "Apa kamu sudah yakin?" Tanya Kevin dengan suara serak yang seksi. Sementara Darren hanya dapat menjawabnya dengan erangan.

Kevin perlahan memasukkan benda miliknya dengan penuh cinta, untuk pertama kali akhirnya dia dapat memiliki Darren sepenuhnya. Sebagai pasangan pertama yang menuntun Darren menjadi pria dewasa. Sementara bagi Darren, pengalaman pertama ini sangat menyakitkan. Erangan dan jeritan datang bergantian seolah tubuhnya telah dimasuki dengan penuh. Tekananan demi terkanan seolah menjalar dari dalam perutnya. Darren ingin menghindar dari rasa sakit itu tetapi tubuhnya di tahan oleh Kevin. "Relax." suara Kevin rendah dan seksi meniup telinga Darren seperti mantra yang membius.

Sampai sesuatu menekan bagian sensitifnya, erangan Darren berubah nada menjadi tak terkendali. Itu tempatnya, pikir Kevin. Dan tanpa ragu Kevin menyerang bagian rahasia dalam diri Darren, suatu bagian yang hanya diketahui dirinya dan hanya dia yang mampu menyentuh bagian itu. Rasa dominan membuat Kevin semakin lupa diri.

Serangan demi serangan dan erangan demi erangan memecah malam sunyi sampai mereka berdua melampiaskan seluruh nafsunya. Kepuasan berganti dengan rasa lelah. Wajah Kevin dibasahi keringat, tidak hanya karena panas tetapi juga menahan sakit di kakinya. Sementara Darren, wajahnya dibasahi keringat dan air mata. Pengalaman itu terlalu luar biasa bagi pemuda polos sepetinya, berbeda dari pengalaman sebelumnya. Kali ini dia memahami arti dari rasa sakit yang nikmat.

Kevin bangkit untuk mengambil handuk basah dari kamar mandi lalu membersihkan tubuh Darren dari luar sampai dalam. Darren tidak kuat berdiri dan Kevin tidak mungkin menggendongnya ke kamar mandi. Mereka tersenyum penuh arti.

....

Esoknya mereka sama sekali tidak keluar kamar. Masing-masing memiliki rasa lelahnya sendiri. Kalau Darren karena pengalaman pertama yang menyakitkan, bagi Kevin malah karena kondisi tubuhnya yang tidak sama seperti orang sehat.

Kevin bicara pelan melihat Darren yang sedang tidur telungkup, "Apa sangat sakit? Aku seharusnya tidak..." Darren memelototinya sebagai tanda agar Kevin tutup mulut. Tetapi Kevin malah merasa lucu dan tak dapat menahan tawanya. Emosi Darren meledak sesaat ketika mendengar Kevin tertawa, "Kamu seharusnya tidak apa?! Kamu yang melakukannya lalu sekarang menertawaiku. Keterlaluan!" Kevin segera mengelus pundak Darren untuk menenangkannya, "Maaf.. wajahmu terlalu lucu."

Selesai bicara, Kevin segera mengecek emailnya dan mulai bekerja. Sejak akhir Januari dia sudah memegang posisi sebagai CEO di perusahaan properti mereka. Darren melirik sekilas lalu melihat Kevin yang sedang mengenakan t-shirt V neck putih polos dan ditambah kaca mata minus berwarna perak. Tampan! Pikir Darren. Tidak jarang Darren bertanya-tanya keajaiban apa yang terjadi pada Kevin, jatuh dari tempat setinggi itu tetapi wajahnya tidak terluka parah bahkan semakin tampan.

"Jangan melihatku terus, aku takut tidak bisa menahan diri." Kata Kevin sambil tersenyum nakal. "Apa yang mau kamu lakukan? Dengan kakimu yang seperti itu... seharusnya kamu lebih lelah daripada diriku." Ejek Darren.

Kevin hanya tersenyum lemah, tetapi tatapan matanya penuh kasih. Bukan tidak kuat, mana ada kata tidak kuat bagi seorang pria, pikir Kevin. Tetapi dia tidak tega, besok mereka harus kembali jika melakukannya lagi... Darren yang akan kelelahan.

...

Liburan selalu singkat dan indah, belum sempat benar-benar menikmati mereka sudah harus kembali. Mereka tiba di Jakarta saat sore hari. Sampai di rumah, Melin sudah menyiapkan berbagai makanan kesukaan Darren. Sementara Hardi duduk di ruang keluarga sambil menonton. Saat melihat mereka berdua masuk, Hardi menatap Darren dengan seksama. Lalu menghela napas panjang. "Kalian berdua ikut aku." Kata Hardi, tak ada emosi dari nada suaranya. Tetapi hal itu membuat Kevin merasa ini semua seperti masa tenang sebelum badai. Darren sendiri tampak cuek saja.

Sesampai di ruang baca, Hardi duduk di meja kerjanya dan menyuruh mereka duduk di depannya. Kali ini mereka berdua sama-sama kebingungan. Karena Hardi memiliki kebiasaan unik, meja teh untuk membicarakan masalah pribadi. Dan meja kerja untuk membicarakan masalah pekerjaan. Jadi dia memanggil mereka untuk membicarakan masalah kerja... ? Pikir kedua anak itu. Sementara Hardi seolah dapat membaca pikiran mereka berdua, "Perusahaan Teknologi dan Informasi skala nasional. Tugas barumu Darren." Lalu Darren mengambil berkas itu dan mengangguk singkat. Kemudian Hardi menyodorkan berkas lain ke depan Kevin, "Perusahaan batik di solo. Sampai Kakakmu melahirkan dan sanggup bekerja maka kamu yang bertanggung jawab penuh. Bagaimana Vin?" Kevin tertegun melihat berkas di depannya, itu berarti dia akan memegang dua perusahaan dalam waktu bersamaan. Tetapi ada rasa antusias dalam diri Kevin, sebuah keyakinan yang tak pernah ada sebelumnya. "Baik." Jawab Kevin tegas. Darren segera menoleh ke arah Kevin, kali ini dia semakin tidak paham dengan maksud ayahnya! Dan hal ini yang membuat Darren takut.

Saat ayahnya melakukan sesuatu yang tak dapat dipahaminya, biasanya dia akan kalah.

"Kenapa?" Tanya Darren. Kevin segera menarik tangan Darren agar tidak bertengkat dengan ayahnya. Tetapi Hardi hanya tersenyum sambil berkata, "Kevin, kamu keluar dulu." Kevin tidak enak membantah jadi dia hanya keluar dalam diam.

"Kenapa?" Tanya Darren sekali lagi. "Apa kamu tahu perubahan dalam Perusahaan Properti selama dua minggu Kevin menjabat sebagai CEO?" Tanya Hardi pelan. Darren mengangguk lalu menggeleng. Dia mengangguk karena memang sudah mendengar tentang Kevin berhasil memenangkan beberapa proyek penting, tetapi detilnya seperti apa Darren tidak tahu. "Tunggu 1 bulan lagi, dan kamu akan tahu sendiri. Keberhasilannya akan melebihi yang dapat kamu sangka." Kata Hardi pelan. "Tetapi kenapa sekarang? Bukan dulu atau menunggu kondisinya lebih sehat? Kenapa harus sekarang memberinya begitu banyak kesempatan?" Tanya Darren bingung.

"Kalau dia tidak dapat membuktikan dirinya dari sekarang, dan tidak menstabilkan kekuasaannya maka dia tidak akan pernah maju." Jawab Hardi.

"Jangan pikir aku sengaja membuat kalian berdua sibuk untuk memisahkan kalian. Aku tidak sekurang kerjaan itu!" Lanjut Hardi dengan nada menyindir.

Chapitre suivant