webnovel

Mengasihimu

Waktu berlalu dengan cepat dan Desember sudah tiba. Desember selalu menjadi bulan penting bagi perusahaan ChandraWijaya. Tiap akhir tahun mereka akan mengadakan perjamuan khusus untuk seluruh karyawan perusahaan pusat. Kali ini acara tersebut akan digelar pada tanggal 26 Desember.

Dan awal Desember Hardi telah memanggil Kevin ke ruang keluarga.

Hardi : "Acara penutupan tahun. Apa kamu mau kembali dan berjalan untuk pertama kalinya dihadapan orang banyak?"

Kevin mengangguk dengan antusias, "Aku mau!" Hardi tersenyum kecil lalu berkata, "Jangan terlalu memaksakan diri. Kamu cukup naik ke atas panggung untuk foto bersama. Nanti suruh Aska datang menjelaskan detil acara."

Darren yang sejak tadi berada di samping mereka malah tidak bisa tersenyum, dia khawatir kalau Kevin akan memaksakan dirinya. Tetapi Kevin paham perasaan Darren, jadi dia segera memberi senyum manis pertanda dia akan baik-baik saja. Darren bisa apa? Kali ini dia cuma bisa mendukung Kevin. Darren mengerti kenapa Ayahnya memilih momentum akhir tahun untuk mengumumkan kembalinya Kevin ke perusahaan. Tetapi yang namanya khawatir... tetap saja khawatir.

.....

Esoknya Aska sudah muncul di rumah mereka sambil membawa sarapan. Rumah mereka pagi hari memang sangat sepi, terutama di hari kerja. Semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tetapi hari ini Darren tidak ke kantor karena ada jadwal kuliah siang. Masih dalam keadaan ngantuk dia melihat Aska dan Kevin sudah duduk di ruang keluarga sambil membahas tentang detil acara akhir tahun. "Kak Aska pagi..." Sapa Darren singkat lalu menyambar pizza yang dibawa Aska. Kevin hanya tersenyum lembut melihat tingkah Darren. Sementara Aska merasa ada yang berbeda dengan mereka! Selesai makan, Darren dengan enggan menuju ke kamar untuk bersiap-siap. "Ah??? Kalian masih tidur sekamar?!" Tanya Aska ketika melihat Darren keluar masuk dari kamar tidur Kevin. "Hm..." Jawab Kevin singkat. "Ada apa ini? Apa hubungan kalian sudah ada kemajuan???" Tanya Aska penasaran, lalu buru-buru menutup mulutnya. "Apa maksudmu?!!" Tanya Kevin dengan nada mengancam.

Aska : "Ha ha ha ... bukan apa-apa! Paman dan Keponakan hubungannya semakin baik..."

Kevin : "Lebih baik kamu jujur sebelum aku melempar gelas ini ke mukamu!"

Aska benar-benar keceplosan, dia menyesal dengan rasa penasarannya yang berlebihan. Tetapi sekarang sudah terlambat untuk menarik ucapannya, "Sebenarnya saat kamu kecelakaan, aku mengatakan pada Darren kalau kamu menyukainya. Saat itu sebagai sahabat aku ingin kamu tanpa beban dan penyesalan meninggalkan dunia ini." Kevin tampak berpikir keras lalu bertanya, "Darimana kamu tahu aku menyukainya?". Aska mendengar pertanyaan Kevin malah memandangnya dengan tatapan meremehkan, "Sebagai sahabat dan sebagai orang yang sudah punya istri, aku dapat mengatakannya dengan sangat bertanggung jawab! Dari matamu saja sudah tampak jelas!". Lalu Aska melanjutkan pertanyaannya, "Jadi kalian gimana?" Kevin hanya terdiam, mereka memang sudah lebih jujur satu sama lain. Tetapi Kevin tidak tahu harus bagaimana. Dia hanya ingin memanjakan Darren, semakin lama semakin baik. Tentang masa depan, dia tidak berani banyak berharap. "Aku hanya ingin menemaninya lebih lama lagi." Jawab Kevin pelan. Aska bingung dengan jawaban Kevin, "Apa maksudmu? Kalian sudah bersama atau tidak?" Lalu Kevin menatap ke arah kamar dengan pandangan merana, "Saat ini aku ingin mencurahkan seluruh rasa cintaku padanya. Sampai saat melepaskannya tiba." Sekali lagi Aska dibuat terperanjat dnegan jawaban Kevin, "Bukan! Apa maksudmu saat ini bersama, menyayanginya, tapi akan melepaskannya? Kamu tahu gak ucapanmu itu seperti ucapan pria brengsek."

Kevin menatap Aska dengan pandangan kesal, "Lalu kamu pikir kami akan bagaimana selanjutnya?! Bersama selamanya seperti dalam dongeng?!" Saat Aska akan membalas Kevin, tiba-tiba suara pintu kamar terbuka.

Lalu Darren melihat dua orang pria dewasa sedang duduk mematung di depannya. "Kalian ngapain?!" Tanya Darren aneh. Kevin berbalik melihat Darren, "Gak ada. Kamu mau berangkat? Hati-hati di jalan." Aska ikut menyahut, "Hati-hati di jalan Tuan Muda!"

Kali ini Darren semakin curiga, tetapi karena sudah hampir telat dia tidak sempat mengurusi dua pria aneh itu. Setelah Darren berangkat, sikap Aska melunak, "Aku tahu beban yang dipikul Darren tidak mudah. Tetapi kamu juga tidak bisa pesimis begitu." Aska menghela napas panjang lalu melanjutkan ucapannya, "Kamu tidak tahu bagaimana Darren menangis pilu di taman rumah sakit saat kamu sedang sekarat. Dia memang masih muda, tetapi perasaannya padamu sangat kuat." Kevin tampak terkejut mendengar ucapan Aska, "Apa saat itu dia sangat menderita?" Aska seperti melihat orang idiot sedang menanyakan pertanyaan idiot, "Saat itu Darren sangat menderita. Sampai Adi ngomel karena Darren kerja seperti orang gila! Tanpa istirahat sampai kamu keluar rumah sakit! Aku rasa dia ingin melupakan kondisimu yang sedang terluka dengan menyibukkan diri." Kevin menutup mata seolah sedang berpikir keras. Dia tahu perasaan Darren sangat kuat, tetapi dia tidak menyangka akan sekuat itu. Tetapi tugasnya sebagai seorang Paman yang baik adalah menyiapkan Darren sebagai penerus keluarga mereka dan bukan menghambatnya. "Lalu apa yang harus kulakukan..." Tanya Kevin lebih seperti bicara dengan dirinya sendiri. Aska ikut menghela napas panjang, mereka terlalu sulit. Keduanya memiliki beban masing-masing, tetapi : "Kalau Darren tulus bersama denganmu, jangan lepaskan dia. Setidaknya cintai dia dengan baik." Kata Aska pelan.

.......

Malamnya, saat mereka sudah berbaring Darren teringat dengan sikap aneh Kevin dan Aska pagi ini, "Tadi pagi kamu sama Kak Aska kenapa? Kelihatannya serius banget."

"Ck! Kamu kok masih ingat?!" Tanya Kevin sambil menatap Darren dengan wajah tidak percaya. Darren melongo dengan respon Kevin, "Apa aku harus melupakannya?"

"Bukan hal penting. Cuma perbincangan antar pria." Kata Kevin sambil menarik Darren dalam pelukannya. Bagus! Pikir Darren. Gak jawab masih mending, sekarang jawaban macam apa itu?! "Jadi aku bukan pria? Aku tidak boleh tahu?" Tanya Darren kesal. Kevin hanya tertawa kencang, "Kamu ini masih bocah! Belum jadi pria." Kali ini jawaban Kevin benar-benar membuat Darren meledak, "Oh aku masih bocah! Kalian sudah dewasa! Kenapa kalian sudah dewasa?! Karena kalian sudah berpengalaman?! Gitu?!" Kali ini giliran Kevin yang kehilangan kata-kata. Sepertinya aku sudah membuat Tuan Muda naik darah! Pikir Kevin. Saat Darren kembali membuka mulutnya untuk ngomel, tiba-tiba bibirnya di sentuh oleh benda lembut dan elastis.

Kevin sedang mencium bibirnya, mereka berdua rasanya sudah lama sekali tidak berciuman. Meski hubungan mereka semakin dekat, tapi itu semua sebatas kata-kata dan perhatian. Darren tahu masih ada ganjalan di hati Kevin, dan dia mau menunggu. Saat dia memutuskan untuk bersama Kevin, dia sudah siap menunggu.

Ciuman Kevin semakin dalam, kini lidahnya telah menyapu seluruh mulut Darren. Lidah mereka bertautan manis, saling menekan dengan liar. Seolah telah haus akan satu sama lain. Desahan manja keluar dari mulut Darren diikuti dengan tangannya yang memeluk Kevin dengan erat. Sementara tangan Kevin sedang sibuk masuk ke dalam baju Darren dan mencari bagian sensitif di dada Darren. "Ergh..." Erangan Darren semakin keras, "Kev...iin... ahhh.." kali ini erangannya berubah liar. Kevin melepaskan ciumannya, lalu melihat wajah Darren yang sudah merona merah. Sebagai sesama lelaki mereka sama-sama tahu tentang reaksi tubuh mereka. Darren menatap Kevin dengan mata berair, "Apa kamu mau melanjutkannya?" Kevin tersenyum lembut lalu menggeleng perlahan. "Kamu masih di bawah umur" Kata Kevin sambil menggodanya, "Dan tubuhku... kamu maklumi sedikit keadaan Pamanmu ini." Darren tersenyum manja, lalu Kevin melanjutkan ciumannya di leher Darren, terus menurun hingga ke dada Darren. Untuk mempermudah gerakan Kevin, Darren duduk lebih tinggi sambil meremas kepala Kevin. Sementara tangan Kevin telah turun ke balik celana tidur Darren dan menekan gundukan yang telah tegang sejak tadi. "Aarggghhh..." Kali ini erangan Darren terdengar panas membara menyapu telinga Kevin. Kevin sendiri sama tidak tahannya lalu tangan yang satunya menyentuh benda miliknya yang tidak kalah tegang, "Hmph..." Kali ini giliran Kevin yang mengerang. Darren menggantikan tangan Kevin mengocok bendanya yang sudah berdiri tegang. Erangan demi erangan mengikuti gerakan mereka, dan entah sejak kapan mereka telah tanpa sehelai busana. Bibir Kevin terus menyapu dada Darren nakal, sementara Darren mendongak lega setelah mengeluarkan cairan nafsunya di tangan Kevin. Lalu Darren menunduk dan mengulum bagian milik Kevin yang masih tegang. Ini pertama kalinya bagi Darren. Dulu Kevin pernah melakukan hal ini kepadanya. Tetapi ini pertama kali bagi Darren.

Mata Kevin terbelalak dan dia hendak menolak, tetapi rasa nikmat dan hangat membuat Kevin tidak sanggup menolak. "Darr...een... hmph... jangan..." Hanya erangan yang dapat keluar dari mulutnya. Darren bukan berhenti malah semakin bersemangat karena suara erangan Kevin yang tertahan sangat sensual. "Arhhh..." Kevin sudah sering di service oleh orang lain tetapi sensasinya tidak seluar biasa ini. Karena orang itu adalah Darren, seseorang yang sangat ia kasihi lebih dari nyawanya sendiri. Kepuasaan puncak Kevin adalah melihat Darren yang kini tergila-gila pada bagian bawah tubuhnya. "Oohhh... Darrennnnn... Kamu bisa membuatku gila!" Erang Kevin sebelum dia kehilangan kontrol dan memuntahkan semua cairannya dimulut Darren.

Kevin segera mencari tissue, tetapi Darren malah menelan semuanya. Kevin yang melihatnya tidak dapat menahan diri lalu menarik Darren ke dalam pelukannya dan mereka kembali berciuman.

Ciuman panjang yang menggiring mereka ke kisah panas selanjutnya. Dan malam itu masih panjang.

Chapitre suivant