webnovel

Jangan Pernah Meremehkan Seorang Wanita

Tak lama setelahnya lorong dipenuhi dengan suara tembakan. Alastair membidik dengan cepat⸻menumbangkan tubuh-tubuh anak buah Stuart sembari melindungi tunangannya. Tangannya lihai mengganti peluru, ia bukan lagi seorang duke muda, lemah seperti dulu.

Teriakan terdengar ketika salah satu gadis kecil⸻sebuah sayatan digoreskan di bagian lehernya oleh salah satu dari mereka, meninggalkan bekas menganga di sana. Untuk beberapa detik Alastair kehilangan konsentrasi, beruntung saat beberapa peluru Geraldi melesat ia masih dapat menghindarinya.

"Tuan, perhatikan langkahmu atau ratu mu akan dicuri," ujar Geraldi senang.

Lagi-lagi Alastair mendecih. Dracella kini berada di tangan si pria gila.Sang duke meraih pistol perak yang lain, kemudian merapikan sarung tangan hitam dan rambut nya yang basah juga berantakan.

"Bagaimana ini Nona muda dicuri? Permata seindah ini akan menjadi aset untuk organisasi," imbuh Geraldi. Sang kriminal tersenyum meledek dan tertawa keras, sayangnya tawanya segera terhenti saat suara ta yang lain menyahut⸻itu Alastair. Setelah lelah terbahak ia justru menggaruk keningnya dengan ujung pistol.

"Ah … jangan senang dulu. Ku sarankan untuk tidak meremehkan calon Duchess Salvador," kata Alastair dengan seringaian picik yang terukir.

Ting!

Denting bilah pedang terdengar, seseorang baru saja menebas leher salah satu pria bersetelan hitam. Tidak ada yang menyangka, nona muda Silvester telah berdiri dengan sebelah gaunnya yang telah terangkat. Sementara kedua tangannya mencengkram erat dua bilah pedang⸻bersimbah darah. Sebelah kakinya menendang salah satu kepala yang baru saja ditebasnya.

"Maafkan kelancanganku mengganggu obrolan kalian Tuan-tuan. Dan maafkan aku sudah menghancurkan ekspektasimu, Geraldi … tapi kalian salah memilih target."

Dracella membelah kerumunan pria bersetelan hitam. Dua bilah pedangnya sibuk berayun ke sana-kemari⸻menebas kepala dan tubuh bawahan Geraldi. Tubuhnya yang meliuk-liuk seolah tengah menari.

Satu-persatu tubuh komplotan para kriminal sewaan Hawkins mulai dibabat. Bukan tanpa sebab mengapa ratu sendiri menyematkan julukan pasangan iblis kepada mereka. Itu semua karena setiap lawan yang mereka hadapi akan berubah menjadi genangan darah.

" Geraldi, jangan terlalu senang. Kami tidak akan mati semudah itu dan terima kasih sudah membawa oleh-oleh untuk kami." Dracella menunjukan sebuah tali yang mengikat para gadis. Setelah berhasil melepas mereka satu persatu, kemudian ia mulai berlari dengan Alastair yang mengekor di belakang⸻melepas satu peluru yang berhasil bersarang di kaki Geraldi.

"Wah … wah. Aku selalu terkesan ketika harus melihatmu memegang pedangmu kembali, sayang," gurau sang duke sembari tetap berlari membuat Dracella tergelak tawa.

Namun, dentuman kembali menghantam mereka dan kali ini memberikan luka pada Dracella yang harus melindungi seorang gadis kecil yang tengah digendongnya. Darah segar mengalir, ia dapat mencicipi rasa besi dari cairan anyir itu.

"Kau baik-baik saja, Ella? Sial! dimana mereka berdua?! Mengapa mereka lama sekali?" gerutu Alastair saat membantu gadisnya bangkit. Sang duke merobek sebagian kain pada mantel mahalnya⸻melilitkan kemudian mengikatnya di kepala Dracella untuk menghentikan pendarahan.

Anak buah Geraldi datang kali ini dengan jumlah yang jauh lebih banyak, mengharuskan mereka sibuk melindungi anak-anak dan tetap menebas. Alastair berteriak kencang saat salah satu dari mereka berhasil menendang Dracella. Belum sempat menyusul gadisnya sebuah bilah pedang berhasil menyayat kaki dan tangannya. Sang duke semakin kehilangan fokus untuk kedua kalinya saat terdengar jeritan anak-anak.

Di sana, Geraldi tengah menarik helaian surai keemasan sang nona Silvester.

"Gadis sialan! berani sekali mencerca bahkan meremehkanku. Kalian para wanita seharusnya diam dan menurut! Kalian lemah tak berguna apa yang bisa kalian lakukan?" ujar Geraldi marah dan melempar tendangan di tempat yang sama seperti sebelumnya.

"Uhuk-" Dracella terbatuk hingga memuntahkan isi perutnya yang bahkan belum sempat terisi apapun.

"Seharusnya kalian cukup melayani kami dengan tubuh kalian. Bergerak sesuai perintah kami dan memuaskan kami. Karena kalian hanya …"

Belum sempat Geraldi menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja pria itu telah meraung kesakitan.Tangan kanannya baru saja terpisah dari tubuhnya. Dracella menatap sang kriminal dengan sorot angkuh.

Ia merasa muak dan benci karena apa yang baru saja didengarnya⸻mengingatkan mimpi buruk di masa lalu.

"Dengarkan aku bedebah! Jangan pernah meremehkan kami para wanita. Kami mungkin memang hanyalah seorang wanita, lalu apa semua wanita ditakdirkan sebagai makhluk lemah dan rapuh?" Dracella kembali bangkit dengan menumpukan tubuhnya pada bilah pedang di tangan kirinya. Iris krimsonnya masih memandang lurus⸻tepat dimana Geraldi berdiri.

"Wanita jauh lebih kuat dibandingkan para pria. Kami dapat berdiri tegak dan terus melangkah meskipun kami hancur, rusak, bahkan tidak lagi memiliki apapun. Tetapi apa kau tahu? Seorang wanita telah ditakdirkan menjadi ksatria yang paling kuat, dengan beban yang ada di kedua bahu, tubuh maupun hati. Jadi, jangan pernah meremehkan kami para ladies!"

Tepat sebelum sebuah peluru melesat menembus dahi Dracella, seorang pria bersurai kelam telah berdiri di sana⸻membawa sang nona muda dalam gendongannya. Begitu pula dengan Darcel yang telah berada di samping tuannya. Pria itu telah menghabisi anak buah Geraldi dalam hitungan detik.

"Tuan, mohon jaga tingkah laku Anda pada Nona muda saya. Atau saya pastikan Anda menyesal telah melakukan penghinaan kepada Nona."

Peluru itu kembali pada pemiliknya, bahkan Kieran melemparkannya⸻tepat di dada Geraldi. Belum sempat mengucapkan sepatah kata pun kegelapan telah melingkupi ruangan itu. Persis seperti apa yang terjadi pada si babi Hawkins sebelumnya.

Baik,Darcel maupun Kieran⸻keduanya telah menyebarkan kegelapan sepanjang gedung reruntuhan.Dan setelah kabut kegelapan itu lenyap, tidak ada satu tubuh pun yang tersisa.

Alastair berlari dan menyusul Dracela yang telah tak sadarkan diri dalam gendongan Kieran. Entah sudah berapa kali sang duke mendecih. Kekesalan yang memuncak membuat pria itu menembak kembali tubuh Geraldi yang telah mengering.

"Tuan muda, sudah cukup. Dia telah merasakan berkali-kali lipat dari sebuah kematian. Kieran telah membalaskan semuanya untuk Nona muda. Anda telah berjuang keras melindungi mereka," tutur Darcel yang telah menahan pistol sang tuan. Pria bersurai platina itu sendiri masih berusaha menetralkan nafasnya.

Iris keperakan sang duke memandang dua sosok pria yang saat ini telah berlutut dan menundukan kepala. Mereka tahu pria itu tengah kesal juga murka.

"Maafkan kami, Tuan muda. Kami harus mengevakuasi setidaknya 600 orang dan menyelamatkan para tahanan. Mohon maaf atas kecerobohan saya dalam menjaga Nona," ujar Kieran. Rambut hitam sang butler yang sedikit panjang itu menutupi paras tampannya.

" Bawa Dracella ke kediamanku, dan bawa hadiah yang telah kalian dapatkan juga"

"Yes, my Lord," jawab keduanya bersamaan.

Pandangan iris keperakan sang duke terjatuh pada paras menawan yang tampak terlelap. dibandingkan pingsan gadisnya terlihat seperti sedang tertidur. Alastair meraih tangan Dracella dan mendaratkan kecupan kecil di punggung tangannya, "Sorry for not being enough to you, my Lady."

Chapitre suivant