Gadis dengan gaun merah berjalan di sepanjang lorong diikuti dengan seorang pria berpakaian hitam di belakangnya. Mereka kini telah sampai di tujuan pertama sekaligus terakhir dari tugas merekaa, rumah sakit Eden. Beberapa kali orang-orang yang berpapasan akan memandangnya karena dua hal. Pertama tatapan penuh sorot kekaguman karena seorang gadis dengan wajah bak dewi.
Yang kedua, sorot iba karena bertemu gadis dengan penutup mata⸻menunjukan sesuatu yang buruk mungkin pernah menimpanya.
Keduanya memasuki sebuah ruangan yang tampak lebih mewah dari ruangan yang lain. Di sana tampak seorang lelaki yang bersandar pada ranjang menatap dengan sinis berusaha meminta penjelasan dari gadis yang tak lain adalah tunangannya.
Seikat bunga yang sedari tadi dibawa pria di belakang si gadis berpindah tangan pada pria lain yang berdiri di samping si pria.
"Jelaskan padaku tugas apa yang tengah diberikan ratu padamu Dracella. Mengapa kau sampai meminta bantuan Tunanganmu ini untuk berpura-pura sakit dan dirawat di sini. Padahal kau sendiri tau calon Suami mu ini, bahkan tak pernah mau menginjakkan kaki ke sini sesakit apapun dia," tutur pria itu panjang lebar. Sebenarnya lebih pantas disebut omelan.
Dracella hanya tersenyum kecil dan memberikan kecupan kecil di pipi lelaki berambut platina, membuat si pria pemilik manik perak itu mendengus dan memerah sesaat⸻masih dengan tatapan tajam khasnya.
"Hanya sebuah tugas remeh-temeh mengenai kematian mengenaskan para wanita, siapa tau ada Jack The Ripper yang lainnya."
Pria yang tengah duduk bersandar itu hanya mendelik dan menghela nafas, meskipun mereka sama sama memiliki dua orang pelayan dari bangsa iblis, tetap saja rasa kekhawatiran masih terselip dalam dirinya.
"Tuan muda, tidak perlu khawatir Adik kecil saya seorang raja iblis yang tidak perlu diragukan kekuatannya. Jangan meremehkan kami para raja atau mantan raja sekalipun yang menyandang nama Lucifer," jelas pria berambut hitam tampan dan raut ramah manik merah yang kejinggaan menambah pesonanya. Sebuah perangai yang sama dengan Kieran pelayan milik Dracella.
"Darcel benar, Tuan muda. Saya adalah raja dari semua iblis, janganlah lupa nama Lucifer tetap masih saya sandang,"timpal Kieran sembari tersenyum ramah setelah membungkukkan pada pria bersurai pirang platina⸻menunjukkan rasa hormatnya.
"Terserah. Lakukan yang kau perlukan Dracella, aku juga salah satu tangan kanan milik ratu. Aku jelas tau seperti apa tugas yang kau emban," pria bersurai platina itu akhirnya. Kemudian ia memberi tanda pada sang butler untuk menyajikan teh kepada sang tunangan.
"Terima kasih, Alastair." Dracella tersenyum kecil hingga sepasang matanya membentuk bulan sabit, memberikan efek semburat merah pada kedua pipi Alastair.
Ah, tunangan nya itu memang terkenal sebagai gadis dingin dengan seringai indah dan tatapan tajam, sama sepertinya.
Jadi, jangan salahkan dirinya, jika setiap Dracella menunjukkan perhatian, atau bersikap manis padanya akan memberikan semburat merah yang jelas.
Darcel dan Kieran terkikik pelan, mereka tengah menahan tawa karena sang tuan muda tampak salah tingkah. Sehingga membuat Alastair menatap mereka bengis, meski tidak dapat menghentikan kekehan keduanya.
"Aku mendengar para wanita itu sempat dipekerjakan di sini, di bangsal VIP untuk para bangsawan. Mereka akan meminta special service dengan memesan mereka. Kemudian mereka akan dicuci otak, dan dipaksa melakukan pekerjaan kotor, jika mereka berontak atau menyakiti diri sendiri, mereka akan disiksa dan dibunuh, " tutur Dracella mulai menjelaskan tentang tugasnya itu pada sang tunangan. Sebenarnya pria itu jauh lebih berpengalaman darinya selama menjadi salah satu tangan kanan ratu, bisa dibilang sekarang ia sedang meminta saran.
"Dalang di balik ini semua adalah Hawkins. Sosok dokter jenius sebagai kepala rumah sakit Eden saat ini. Seorang psikopat yang gemar memotong-motong bagian tubuh korban," lanjut Dracella. Ia meletakan cangkir miliknya di meja samping tempat tidur milik Alastair. Kemudian duduk menyandar.
"Aku akan menyamar menjadi salah satu dari mereka bersama Kieran yang entah akan menyamar jadi apa. Aku hanya memintamu untuk memesan ku, setelah aku berhasil masuk dan tau lokasi mereka, Kieran akan mengurus sisanya."
Dracella menatap Kieran yang mengangguk memberikan beberapa berkas terkait wanita-wanita yang telah menghilang, dan salah satunya menambah kan foto dirinya sendiri berambut legam dengan sebuah nama yang tertera di sana sebagai Evangeline.
"Bukankah lebih baik jika Tunanganku sendiri yang memesan ku daripada pria lain yang harus kulayani?" tanya Dracella yang kini tengah memainkan anak rambutnya sambil memandang sepasang perak Alastair.
Menyerah, akhirnya pria itu hanya memutar mata dan baru mengangguk.
"Baiklah, nanti malam minta Darcel memberikan pesan pada perawat lainnya. Kieran akan mengurus sisanya." Dracella berdiri memberi pelukan yang juga dibalas oleh Alastair. Kemudian membiarkan pria itu untuk merapikan poninya sedikit.
"Jaga dirimu, aku tak ingin harus mendapat tunangan baru selain dirimu," pesan Alastair masih dengan gaya khas aristokrat dan seringai khas seorang duke Salvador.
"Oh tenanglah kau yang lebih tahu tentang diriku, Alastair. Lagi pula nyawaku hanya satu tentu saja jika sampai meninggalkan ragaku Kieran pasti akan segera mendapatkannya kembali." Dracella menarik alisnya dan mengangkat tangan pada Darcel sebagai tanda perpisahan.
"Adikku tercinta kau masih sekuat dulu bukan? jadi lindungi Nona muda Dracella," kata Darcel memberikan salam perpisahan yang mendapat balasan senyuman ramah dari Sebastian.
"Tutup mulutmu orang tua. Bahkan untuk membunuhmu aku hanya memerlukan waktu beberapa detik."
Alastair yang melihat salam perpisahan antara dua kakak-beradik iblis bangsawan itu hanya bisa memutar bola matanya⸻jengah selalu melihat drama yang sama antar keduanya.