Miko jaga Tiara untukku, teriak Siska sebelum menghilang dari ruangan mereka. Miko mendengus. Kenapa aku merasa menjadi pengasuh dari kalian berdua.
Di ruangannya Dante tampak gusar. Siska tahan semua panggilan telpon untukku.
"Baik sir". Perintah di copy. Bagaimana dengan rapatnya, sir?. Kenapa anda kembali sangat cepat?. Apa rapatnya dibatalkan?
"Aku tidak tahu". Dante menghubungi seseorang
"Tapi anda ____". Siska menghentikan pertanyaan yang baru akan meluncur dari bibirnya saat melihat wajah kusut Dante. Apa ada masalah?. Batin Siska
"Setelah melakukan panggilan telpone. Dante memerintahkan Siska untuk mengosongkan semua jadwal hari ini. Aku harus pergi ke rumah kakek sekarang juga.
"Baik sir". Apa ada masalah dengan tuan Widanta?".
Dante mengeleng. Kakek jatuh pingsan, keluarlah, aku harus menelpon seseorang.
Handphone Tiara berdering, nomor tidak terdaftar. Tiara mengabaikan pangilan di handphonenya. Sial siapa yang menelponya berkali-kali seperti ini.
"Halo ada yang bisa saya bantu?".
Ini aku Dante. Turunlah keparkiran sekarang juga.
"Dante…!!!. Aku tidak bisa, pekerjaanku masih sangat banyak. Aku tidak bisa keluar begitu saja, bagaimana kalau aku mendapat teguran dari atasanku. Alasan apa yang harus aku katakan.
"Jangan membantah Tiara". Aku yang akan bertanggungjawab. Aku tunggu lima belas menit diparkiran. Jangan pernah berpikir untuk tidak datang Tiara karena kau akan menyesalinya.
Tiara terlihat ragu dengan ancaman Dante. Sial maki Tiara untuk kesekian kalinya. Apa bajingan itu akan memecatnya jika aku tidak turun ke parkiran seperti yang diminta. Tiara mematikan komputernya dan bergegas merapikan pekerjaannya. Tina aku akan pulang duluan hari ini.
"Ada apa Tiara?". Apa ada sesuatu yang medesak?. Tanya Tina bingung melihat Tiara merapikan pekerjaannya dengan terburu-buru. Tiara mengangguk.
Baiklah, izinlah pada bagian HRD, kabari kalau ada yang bisa kami bantu. Tiara kembali mengangguk
Tiara berlari-lari keparkiran. Sopir Dante membukakan pintu penumpang untuk Tiara.
"Masuklah!". Perintah Dante melihat Tiara yang berdiri disisi mobil
Tiara mencoba mengatur napas. Kita mau kemana, sir?. Apa mungkin bajingan ini ingin membawanya ke apartemen, seperti yang diinginkan Dante.
Dante menarik Tiara. Masuk kedalam mobil sekarang juga, bentak Dante tidak sabar. Berhenti bertanya hari ini sudah dua kali kau menanyakan hal yang sama dan aku muak mendengarnya.
Tiara mencoba untuk tidak memukul kepala Dante. Dan kedua-duanya tidak ada yang anda jawab".
Dante menatap tajam Tiara.
Suryo, jalankan mobilnya.
"Baik tuan".
"Kita ke kediaman Widanta"
Widanta, dia kakekku", Dante memberitahu Tiara yang terlihat kebingungan.
"Lalu kenapa aku harus ikut kesana bersama anda, sir?",
"Duduklah dengan tenang aku harus menyelesaikan pekerjaanku".
Tiara memperhatikan Dante yang sibuk bekerja. Disela-disela kesibukannya, sesekali Dante menelpon seseorang dan memberi perintah.
"Bagaimana apa semua sudah terkendali?",
Bagus… Aku akan sampai setengah jam lagi.
Tiara memberanikan diri untuk bertanya. Apa terjadi sesuatu pada kakek anda, sir?.
"Ya, kakek kena serangan jantung pagi ini". Setelah mengatakan itu Dante kembali sibuk bekerja pada tabnya.
Tiara masih tidak mengerti. Kenapa Dante membawaku menemui kakeknya. Apa dia butuh seorang sekretaris. Tapi kenapa bukan Siska yang ikut bersama Dante. Apa lagi yang direncanakan pria brengsek mesum ini. Tiara yang sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tidak menyadari mobil telah berhenti.
"Tuan muda kita sudah sampai". Suryo membukakan pintu penumpang bagi Dante
"Ayo turun". Ajak Dante kesal melihat Tiara yang masih duduk di dalam mobil.
"Anda belum mengatakan alasan kenapa Anda membaw saya kemari!".
Dante menatapa datar Tiara. Aku sedang tidak punya waktu untuk sesi tanya jawabmu. Sekarang ikuti aku dan berjalanlah dengan cepat.
"Dante panggil Tiara yang kesusahan mengikuti langkah panjang kaki Dante. Jangan jalan cepat-cepat!".
Dante melihat cara jalan Tiara yang aneh. Sial maki Dante". Apa masih terasa sakit?.
Wajah Tiara merona merah mendengar pertanyaan memalukan Dante yang membuat Tiara mengingat apa yang sudah mereka lakukan tadi pagi di kamar pribadi Dante yang ada di ruangannya.
Dante mengendong Tiara ala bridal kita tidak punya banyak waktu jadi jangan banyak protes.
"Dante turunkan aku…..ini sangat memalukan, biarkan aku berjalan sendiri'. Tiara merasa tidak nyaman diperhatikan beberapa orang pelayan yang berdiri menyambut kedatangan Dante
"Berhenti bergerak-gerak Tiara, sebentar lagi kita sampai". Dante mengeram kesal karena sedari tadi Tiara terus bergerak dalam gendongannya.
Tiara menyandarkan kepalanya ke bahu Dante. Guna menyembunyikan wajah memerahnya
"Apa aku berat?". Bisik Tiara pelan di telinga Dante
"Ya". Jawab Dante tanpa dosa
Tiara melotot pada Dante.
"Apa yang salah, apa kau berpikir aku akan mengatakan yang sebaliknya. Jangan harapkan omong kosong seperti itu dariku. Kalau tidak sedang terburu-buru aku tidak akan sudi membawamu dalam gendonganku. Jadi jaga sikapmu
"Baik sir". Tiara kembali bersikap formal. Wouhhh rumah ini besar sekali, terlihat seperti istana dalam cerita-cerita dongeng. Tiara benar-benar terpesona melihat taman yang luas dan cantik dengan bunga warna-warni. Halamannya sangat luas ini bahkan bisa menampung orang satu kampung. Taman-nya sangat indah Dante!. Puji Tiara tulus
Dante turunkan aku sekarang!. Pinta Tiara tanpa kesan memerintah
"Kau benar-benar sangat berisik Tiara". Kita sudah dekat berjalanlah dengan normal.
Tiara merasa sangat kesal. Lagipula siapa yang membuatnya harus merasakan ketidaknyaman ini. Tiara mengabaikan kekesalannya mendengar permintaan Dante. Lebih memilih mengangumi pemadangan yang ada dihadapannya. Ini sangat indah. Tiara terlihat takjub dengan keindahan taman yang dilaluinya. Apa ini sebuah istana Dante?. Aku tidak tahu kalian orang kaya tinggal di istana sebesar ini dengan taman yang sangat indah bak dinegeri dogeng.
Dante menatap tajam Tiara, kau bisa menganguminya nanti. Sekarang ikuti aku. Aku tidak punya banyak waktu untuk menemanimu mengagumi semua tanaman yang ada disini. Berjalanlah dengan cepat!, kita sudah ditunggu didalam.
Tiara masih berdiri mengagumi semua keindahan yang ada dihadapannya. Aku bisa diam disini sambil membaca buku dengan tenang ini benar-benar seperti surga, sangat indah dan tenang batin Tiara. Lagi pula siapa yang membuatku sampai susah berjalan seperti ini. Dante menatap Tiara datar.
Sebentar… apa maksudmu dengan kita sudah ditunggu?, siapa yang sedang menunggu kita?. Kenapa aku juga ditunggu di dalam?. Kau belum mengatakan alasan kenapa kau membawaku kemari Dante?.
Dante mengeleng dengan sikap berani Tiara. Ikuti aku dan berhenti bertanya aku sangat benci wanita berisik.
"Aku tidak berisik aku hanya ingin tahu kenapa kau membawaku kemari dan juga_____".
"Tutup mulut cantikmu itu Tiara atau aku akan membungkammu dengan melumatnya hingga bibirmu tampak lebih bengkak dari sebelumnya".
"Kau sudah datang Dante!!!". Seorang pria baru bayu menyambut Dante di depan pintu
"Iya paman Marwan".
"Cucu kesayangan dari putra kesayangan kami menunggu-nunggumu". Kau datang sangat terlambat nak. Sindir Marwan terang-terangan
"Maaf paman hari ini aku sedikit sibuk di kantor ada beberapa rapat yang harus aku hadiri".
BERLI DOUBLE UP DATE, HAYOOO....MANA VOTENYA, BERLI TUNGGU BANGET LOHHHH...BANYAK LOVE UNTUK KALIAN SEMUA