webnovel

Perjalanan

Wedden berkuda tepat di belakang pangeran Ren sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Di belakangnya, ada lima pengawal kerajaan yang berkuda dengan sigap dan tetap waswas dengan keselamatan kedua pria berjubah sama yang ada di depan mereka.

Sudah lewat tengah hari, perjalanan mereka lancar dan tidak ada hambatan apapun sejauh ini. Mereka hanya perlu sampai ke sebuah tempat istirahat sebelum matahari terbenam. Mereka melakukan perjalanan hanya ketika siang hari, karena di saat itulah kekuatan Kimanh melemah dan anak buahnya tidak bisa mengejar ataupun menemukan si pemilik darah keturunan sang raja Elf.

Matahari sudah semakin rendah ketika mereka baru saja tiba di perbatasan desa, dilangit ada beberapa benda terbang yang seperti burung sedang melayang-layang di atas sekelompok pengelana itu. Ren mengamati benda terbang itu dengan seksama dan dia mulai memacu kudanya cepat seraya memberi kode kepada Wedden dan pengawalnya untuk mengikuti tindakannya.

Mereka berkuda dengan cepat dan sesekali melihat ke atas mereka, terlihat sosok sosok kucing besar dengan taring dan ekor panjang serta sayap lebarnya tengah berterbangan rendah di dekat mereka dengan memeking nyaring menyakiti telinga sekelompok pengelana itu.

Untung saja Ren dan Wedden mengenakan jubah berwarna jingga yang mengacau pandangan hewan-hewan penyihir itu terhadap wujud mereka. Namun jubah hitam para pengawal sangat jelas bagi indra penglihatan hewan mengerikan itu, sehingga mereka dengan mudah menyerang dan menyemburkan api ke arah para pengawal kerajaan itu.

Ren dan Wedden terus memacu kencang kuda mereka sampai akhirnya mereka berlindung di dalam hutan di desa Wakla. Ren memandang jauh, dimana para pengawalnya mungkin sudah mati karena serangan mematikan dari kaki tangan Kimanh itu.

"Sebaiknya kita tinggal kuda-kuda ini," Ren turun dari kuda dan melepaskan ikatan kantong kecilnya dan tali panjangnya dari leher kuda putihnya.

Wedden mengangguk mengerti dan melakukan apa yang dilakukan oleh pangeran Soutra itu, "Apa menurutmu mereka mencariku?" tanya nya mulai takut.

"Sepertinya begitu, ayo cepat. Kita harus mencari tempat berlindung di hutan, mungkin saja Kimanh menyuruh anak buahnya mencarimu di pemukiman." Pangeran cantik itu berjalan masuk kedalam hutan dan diikuti oleh Wedden yang berjalan lebih lambat di belakangnya.

Dua pria yang nampak seusia itu telah menemukan sebuah gua dari lingkar beberapa akar besar sebuah pohon di dalam hutan yang berlangit sedikit cerah. Tempat yang lumayan besar untuk tidur melingkar seperti ular dengan barang bawaan di samping tubuh mereka. Tapi mereka masih belum tidur. Mereka masih memakan bekal mereka untuk memulihkan tenaga setelah seharian berkuda tanpa ada istirahat.

"kau tidak berniat untuk memakan semua itu sekarang, 'kan?" tegur pangeran Ren ketika melihat Wedden dengan lahapnya memakan beberapa potong roti yang menjadi bekalnya.

"Ini akan memulihkan tenagaku," sahutnya di sela-sela kunyahan roti bantal manis itu.

Ren memang lebih memilih untuk memakan sebuah apel untuk mengembalikan tenaganya, tidak terlalu kenyang dan tidak membutuhkan banyak air karena kandungan air yang terdapat di dalam buah apel itu sendiri.

Kedua pria itu masih banyak diam karena masih belum saling mengenal satu sama lain, tapi keduanya tidak akan pernah lengah untuk saling menjaga keselamatan satu sama lain.

"Maaf, karena melindungiku para pengawal kerajaanmu tewas," ujar Wedden yang bersandar di atas akar besar sambil memandangi langit yang terlihat semakin gelap dari detik ke detik.

Pangeran Ren yang tidak banyak bicara itu hanya diam tanpa ada respon terhadap pembicaraan Wedden. Dia hanya tengok kanan-kiri, memastikan kalau hutan ini memang benar-benar sepi. Indera perasanya mengatakan bahwa ada makhluk lain di hutan ini, entah itu manusia, peri, penyihir, hewan, atau apapun itu wujudnya. Dia segera menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya ketika Wedden baru saja hendak mengatakan sesuatu.

"Ssssttt … ada seseorang yang datang," bisiknya lirih sambil terus waspada dengan menajamkan pendengarannya. Wedden juga waspada, dia telah menggenggam erat pangkal belati didalam jubahnya.

"Aku sudah mengira kalau aku akan menemukan kalian," suara berat itu membuat Ren mehela napas dan menurunkan tingkat kewaspadaannya. Dia segera keluar dari gua kecil dan menemui sosok pemilik suara berat itu. Wedden yang pernah mendengar suara itu sebelumnya, juga ikut keluar dengan tangan kirinya yang masih menggenggam pangkal belatinya.

"Kalian harus terus melanjutkan perjalanan kalian di bawah cahaya matahari dan kalian harus menemukan seseorang yang bernama Ley di desa Wakla," pria berjubah merah berdiri tegak di depan dua orang berjubah jingga yang tengah beristirahat itu.

"Siapa Ley?" tanya Wedden yang belum pernah mendengar nama asing itu.

"Dia saudaraku," sahut pria berjubah merah itu singkat, "Maaf kawan, aku tidak dapat bersama kalian di siang hari. Aku hanya dapat membantu kalian di saat matahari telah terbenam, tapi ini akan semakin berbahaya untuk kalian," pria berjubah merah itu seperti tengah menahan sesuatu di dalam tubuhnya, dia sedikit gemetar dan tidak tampak menakutkan seperti Wedden pertama bertemu.

"Apa yang bahaya bagi kami dengan bantuanmu?" tanya pangeran Soutra yang cantik dan jarang berbicara itu.

"semakin kalian sering bertemu denganku, maka Kimanh akan semakin mudah menemukan Wedden. Karena darahku, sebagian adalah darah penyihir iblis itu," ujarnya dengan masih bergetar tubuhnya.

"Kalau begitu, pergilah. Kami bisa melakukan ini semua, kau hanya perlu percaya kepada kami." Wedden Arragegs, tampak pemberani dengan terlontarnya kalimat ini dari mulutnya.

"Tentu, aku yakin kalian akan berhasil. Tapi ingat, selalu kenakan pakaian yang berrwarna terang disiang hari dan janganlah kalian menampakan diri di malam hari karena itu akan memudahkan para Kucing Iblis itu untuk menemukan kalian dan membunuh kalian."

Ren dan Wedden mengangguk mantap, mereka sudah satu hati kali ini. Mereka sudah siap dengan segala rintangan yang semakin berat di setiap langkahnya. Rader, pria berjubah merah besar itu segera menghilang dari hadapan kedua pemuda dari utara itu dengan sekali kibasan jubahnya.

"Ayo kita tidur, besok setelah matahari terbit kita langsung berkemas dan pergi mencari Ley di desa." Ren masuk kembali kedalam gua kecil itu dan dia segera merebahkan tubuhnya yang lelah dan mencoba untuk menutup kedua matanya.

Wedden pun dengan semangat ingin segera pagi dan dia ingin melanjutkan perjalanan dan mengalahkan penyihir yang sangat dibenci dunia, dan bahkan anaknya sendiri tidak ingin memiliki darah keturunan darinya. Tapi mata sang Elf muda ini sangat susah untuk tertutup, sampai-sampai dia harus tetap mencoba untuk memejamkan matanya ketika dia melihat sosok kecil bercahaya yang terlihat seperti sesuatu atau seseorang yang mampu menghasilkan cahaya di tubuhnya sedang berjalan pelan di kejauhan.

Wedden memandanginya pekat dan dia bahkan sampai terduduk hampir bangkit meninggalkan gua tempat persembunyiannya dengan pangeran Soutra yang cantik itu.

Tapi semuanya menjadi kembali seperti semula dan sosok kecil bercahaya itu menghilang didalam gelapnya hutan. Pangeran Soutra menarik bahu orang Vitran itu dengan keras sehingga dia kembali rebah ke tempat tidurnya semula.

"Kau harus menyiapkan tenaga lebih untuk perjalanan yang lebih melelahkan besok!" Sang pangeran nan cantik itu jelas terlihat kesal dengan sikap Wedden yang mungkin akan membuat mereka tertangkap oleh prajurit kegelapan Kimanh.

***

Chapitre suivant