webnovel

Dino's Home

Yeriana menatap pemandangab luar dari kaca mobil Lucas. Tatapan gadis itu kosong, kota yang kemarin masih ramai dengan hiruk piruk penduduknya kini berubah menjadi lautan zombie. Tidak ada lagi mobil mobil yang berjajar di tengah kemacetan kota. Tidak ada lagi orang orang yang berlalu lalang dengan kesibukan masing masing. Semuanya berubah menjadi zombie. Bahkan dalam kurun waktu kurang dari dua kali dua puluh empat jam. Gadis itu menghela napas berat, menatap Mark yang duduk di sampingnya, pemuda itu juga terlihat sama frustasinya. Lelah, takut, dan gelisah. Bercampur menjadi satu. Semuanya benar benar berada di luar nalar mereka. Zombie dan seluruh pandemi ini benar benar tidak pernah di sangka oleh siapa saja.

"Gue... Takut," di depan sana, Yuki berujar, menyandarkan tubuhnya pada kursi penumpang yang ia duduki, "Ini lebih nggak masuk akal dari yang gue kira. Kaya... Please? Zombie? Gue emang takut banget dari dulu sama zombie. Tapi ternyata mereka beneran aja,"

"Gue juga nggak nyangka Ki," balas Yeri, nyaris berbisik saking lirihnya ia menjawab, "Gue nggak nyangka mama bakalan berubah jadi zombie. Gue bener bener nggak nyangka tetangga tetangga gue saudara saudara gue berubah jadi zombie,"

"Sebenernya gue udah nggak punya harapan lagi. Mom sama dad pasti udah jadi zombie kan. Dan seenggaknya gue masih punya sedikit harapan buat itu," sahut Mark. Pemuda itu terkekeh miris, menatap pemandangan di luar sana dengan tatapan kosong. Semuanya terlalu tiba tiba dan tidak pernah ia sangka, "Tapi seenggaknya gue bisa nembak Mommy sama Daddy. Biar mereka tenang. Bukan justru keliling kota dengan jadi zombie,"

"Orang yang udah jadi zombie nggak bisa balik jadi normal lagi kah?" tanya Yeri.

"Nggak. Mereka udah meninggal. Tapi di situlah virus zombienya bekerja. Mereka kaya merangsang sel sel yang udah mati buat kembali hidup tapi itu di luar kendali pemilik tubuh. Dan sel sel itu bakalan bergerak buat menyerang organisme lain," jelas Lucas, "Itu yang gue tau. Jadi seenggaknya kalo kita nembak mereka itu bukan berarti kita bunuh mereka. Tapi kita bunuh virusnya,"

"Bener," Yuki segera mengangguk membenarkan. Melihat mobil Arjun di depan sana yang sudah berhenti, Yuki segera melompat ke belakang, duduk diantara Mark dan Yeri sebelum menyiapkan pistolnya dan membuka kap mobil Lucas, "Untung gue ikut kursus nembak,"

"Siap Ki?" tanya Lucas.

Yuki mengangguk mantap, "Siap. Arjun gue ke Timur. Buruan masuk ke rumahnya setelah denger tembakan ketiga,"

"Roger,"

Yuki menggulung bibirnya ke dalam, menatap ratusan zombie yang berada di sekelilingnya sebelum menarik pelatuk pistolnya. Tembakan pertama, sukses mengundang antensi para zombie.

Sekali lagi.

Tembakan kedua yang benar benar membuat para zombie berbalik mendekati mobil Lucas.

Dan tembakan ketiga, yang sesaat setelahnya Lucas segera banting stir membawa mobilnya melesat ke arah Timur. Masih fokus dengan zombie zombie yang kini mengejar mereka. Namun fokus Yuki tidak berada di sana. Gadis itu justru menembaki zombie zombie yang ada di sekitar mobil Arjun.

"Lucas lower speed," seru gadis itu, "Yeri please help me. Mark, lo tembak dari belakang. Ada lubang kecil yang di tutupin kaca kan. Buka, lo bisa masukin senapan dari sana,"

"Oke," Mark dan Yeri segera bergerak.

Yeri tanpa pikir panjang mengeluarkan pistolnya, berdiri di samping Yuki untuk membantu gadis itu menembaki zombie zombie yang mengejar mereka. Mark pun juga demikian segera mengikuti instruksi Yuki untuk segera menembaki zombie zombie itu.

"Lucas puter balik. But pelan aja. Jangan sampe zombie zombienya kepental sampe kap mobil,"

"Okay,"

"Yeri lo utara gue biar selatan. Mark lo barat. Jangan sampe lepas,"

"Siap,"

"Lucas puter di depan sana yang agak sepi. Biar nanti gue tembak mereka yang di depan," seru Yuki lagi.

"Okay," balas Lucas mengerti.

Yuki menatap kearah rumah Dino di mana beberapa dari temannya turun dari sana dan menembaki sejumlah zombie yang menyerang mereka, "Di sana udah lumayan aman. Kita bisa santai. Seenggaknya sampe mereka keluar,"

***

Dino melompat turun dari mobil Arjun. Sempat menembaki sejumlah zombie yang ada sebelum berlari memasuki rumahnya.

"Arjun udah lo tutup gerbangnya?" tanya Juwita, masih memasang posisi kuda kuda dengan sebuah revolver di tangannya.

"Udah. Sekarang masuk. Waspada kalo misalnya ada zombie di sekitar sini,"

"Oke,"

Sonya segera menyusul Dino. Gadis itu sedikit terperangah mana kala mendapati rumah Dino yang biasanya rapih pun kini justru porak poranda. Gadis itu menutup mulutnya, benar benar kaget atas pemandangan di hadapannya, "Kayanya sempet ada perlawanan sama zombie deh di dalem sini," ujarnya.

Juwita di belakang Sonya segera mengangguk menyetujui, "Mereka pake pisau atau sejenis itu, karena kalo pake pistol nggak mungkin kepala zombienya sampe kebelah kaya gini,"

"But mereka jelas banget terancam. Look, banyak banget mayat zombie di sekitar sini dan mereka jelas di bunuh pake pisau. Orang orang di sini lagi pada kepepet," jelas Sonya. Gadis itu melangkah semakin ke dalam rumah sebelum mendapati sosok familiar memasuki penglihatannya, "Dino.. Dina.. Adek lo?"

"Gue tau. Pasti dia yang pertama jadi zombie," Dino berjongkok, menatap mayat adiknya yang sudah terpenggal kepalanya, "Gue juga udah lihat mama sama papa. Mereka juga udah kebunuh. Ada seseorang yang mau berlindung di rumah ini. Tapi kayanya justru kaget lihat rumah ini penuh sama zombie. Zombie zombie di luar itu bukan karena di bunuh sama orang rumah. Tapi di bunuh sama orang orang yang mau singgah di sini. Bagus deh. Gue berterimakasih sama mereka. Walaupun mereka nyuri makanan di rumah ini, tapi seenggaknya mereka bikin keluarga gue meninggal dengan tenang,"

"We proud of u Dino. Lo kuat banget," Arjun tersenyum, merangkul bahu Dino seraya menepuknya beberapa kali, "Besok kita harus nyuri makanan ya. Biar lo lega seenggaknya lo nanti punya banyak cadangan makanan,"

Dino terkekeh kecil, mengangguk dengan tenang. Sejak semalam Dino sudah menyiapkan dirinya atas segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Namun setidaknya, kenyataan tidak seburuk itu. Ia tidak menemukan orang tuanya yang berjalan di keramaian zombie. Melihat orang tuanya sudah meninggal dengan tenang, itu sudah cukup untuk Dino. Setidaknya ia tidak perlu membunuh orang tuanya sendiri, "Ayo pergi. Udah siang. Rumah Mark sama Sonya jauh dari sini. Kita nggak punya banyak waktu lagi,"

"Kita masih punya banyak waktu sebenernya. Cuma gue nggak mau lama lama di luar sih," jawan Juwita, "Nggak aman. Gue takut banget deh asli. Mana bau zombienya astaga. Perut gue mual,"

"Gue juga Juw. Jadi lo nggak sendiri,"

Chapitre suivant