Waktu kecil, sakit adalah momen yang paling dinanti oleh Siska. Mengapa begitu? Karena, ia punya alasan untuk tidak masuk sekolah dan bertemu teman-teman yang membully-nya. Walaupun harus menahan sakit seperti demam, batuk, flu dan penyakit lainnya, ia jauh lebih memilih sakit tersebut dibanding harus masuk sekolah yang rasanya seperti neraka.
Namun, mungkin berbeda dengan saat ini.
Saat mamanya memberitahu kalau ia harus berhenti melakukan aktivitas berat termasuk bekerja, ia menangis. Seolah ini adalah mimpi buruk yang muncul kembali saat usianya dewasa. Ia menyesal pernah menyukai rasa sakit saat kecil padahal sehat itu mahal.
Tok …. Tok ….
Seseorang mengetuk pintu kamar tempat di mana Siska dirawat. Andi bergegas membukakan pintu tersebut,
"Daffa, Fera, masuk."
Wajah kedua kakak Siska tersebut sudah tak karuan, yang tersisa hanyalah kecemasan. Mama menjelaskan semua yang di katakan dokter pada anak dan menantunya disertai dengan isak tangis.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com