webnovel

Ternyata Kardiman sudah beristri

Seminggu setelah Cempaka panen ubi dengan uwa Karmi di belakang rumah.

Pagi itu terlihat ada seorang perempuan di teras depan rumahnya uwa Karmi.

Perempuan itu terlihat mengitari seluruh halaman dengan matanya. Sepertinya ada yang tengah dia cari.

Lalu perempuan itu mendekatkan wajahnya ke kaca jendela, sepertinya dia ingin meyakinkan kalau rumah itu ada penghuninya.

Sementara itu yang punya rumah, yaitu uwa Karmi sudah berangkat ke sawah.

Sedangkan Kardiman sudah berangkat ke tempat kerjanya.

Yang tinggal di rumah itu hanya Cempaka sendirian. Sa'at itu dia sedang berada di halaman belakang, sedang menyirami tanaman ubi yang baru beberapa hari di tanamnya bersama uwa Karmi.

Dia menyiram tanaman sambil memasak nasi, buat makan nanti siang.

"Tinggal sedikit lagi, sebentar lagi juga beres pekerjaanku ini" gumamnya.

"Assalamualaikum..." Perempuan yang di teras itu lalu mengucapkan salam.

"Sepertinya ada yang mengucapkan salam, siapa ya?" Cempaka menghentikan pekerjaannya.

"Assalamualaikum..." Terdengar lagi orang itu mengucapkan salamnya kembali.

"Waalaikumsalam..., iya..., tunggu sebentar!" Jawab Cempaka sambil bergegas menuju ke ruang tamu.

"Siapa ya? Aku belum pernah melihatnya" gumamnya setelah dia berada di ruang tamu. Cempaka menatap wajah perempuan itu dari balik tirai jendelanya.

"Silahkan masuk mbak!" Cempaka mempersilahkan tamunya untuk masuk.

"Terimakasih mbak" Tamu perempuan itu masuk ke dalam rumahnya uwa Karmi, kemudian duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

"Ma'af mbak, emh... Mbak mau cari siapa ya?" Cempaka bertanya ramah.

"Saya, saya ingin bertemu dengan istrinya mas Kardiman, perkenalkan, saya Sumini" ujarnya. Dia mengulurkan tangannya mengajak bersalaman kepada Cempaka.

"Oooh, kebetulan. Saya sendiri Isterinya mas Kardiman, mbak. Nama saya Cempaka" Sahutnya, sambil menyambut tangannya mbak Sumini.

"Ma'af! Mbak, rasanya kita belum pernah bertemu. Tapi, kenapa mbak bisa mencari saya?" Tanya Cempaka. Dia merasa penasaran.

"Memang mbak, kita belum pernah bertemu, saya mencari mbak, karena ada suatu hal yang sangat penting sekali yang harus saya sampaikan. Dan, mbak harus mengetahuinya" Mbak Sumini menjelaskan kedatangannya.

"Ada hal yang penting? Hal apa ya mbak?" Cempaka penasaran.

"Mbak, betah enggak tinggal di sini?"

Tanya Sumini.

"Gimana yaa, betah enggak betah sih"

" Lalu..., mbak Cempaka bahagia enggak menjadi istrinya mas Diman?"

Sumini bertanya lagi.

Cempaka tidak segera menjawabnya.

Dia bingung, harus menjawab apa?

"Ma'af ya! Kalau pertanyaan saya ini terlalu pribadi" Sumini meralat pertanyaan nya.

"Yaa begitulah... Betah enggak betah sih. Karena suami, yaa di betah- betahin saja" Akhirnya Cempaka menjawab sekenanya.

"Mbak, kenal di mana sama mas Diman? Dan, kenapa mbak bisa suka sama dia?" Sumini bertanya lagi. Sepertinya dia mau tahu banget.

"Saya kenal di rumah, saya juga enggak tahu kenapa saya bisa suka sama dia. Padahal baru bertemu dua kali." Sahut Cempaka seadanya.

" Kok! Bisa? Kenal di rumah" Sumini sepertinya kaget mendengar penjelasannya Cempaka.

"Kakak sulung saya yang mengenalkannya ke saya. Katanya, saudaranya dia itu, satu kerjaan dengan kakak saya" ujar Cempaka.

"Oooh, kakaknya mbak, perempuan kan? Yang kerjanya sebagai satpam bukan?" Sumini sepertinya kenal dengan Yati, kakaknya Cempaka.

"Iya mbak! Tapi, kenapa mbak bisa tahu kalau itu kakak saya?" Cempaka heran.

"Emh..., kan yang di cari sama mas Kardiman waktu itu kan Saya." ujar Sumini sambil tersenyum.

"Jadi?... Mbak kerja di sana? Mbak ini

saudaranya mas Kardiman?" Cempaka bertanya dengan wajah yang ceria. Sepertinya dia merasa bahagia bisa bertemu dengan saudara suaminya.

"Iya, saya kerja di sana sudah hampir tiga tahun." Sahut Sumini.

"Oooh..., lumayan lama juga ya mbak"

ujar Cempaka.

"Alhamdulillah..." Sahut Sumini.

"Eh mbak, sebentar ya. Saya ambilkan air dulu, masaa ada tamu enggak di suguhin apa-apa" Cempaka segera beranjak dari ruang tamu menuju ke dapur.

"Silahkan mbak, di minum airnya ya mbak. Ini ada kue, di cicipi ya mbak." Ujar Cempaka, dia kemudian duduk kembali di depannya Sumini.

"Saya minum ya mbak" Sumini mengambil gagang cangkir yang berisi air teh hangat. Lalu dia meminumnya.

"Ya silahkan mbak" Sahut Cempaka, dia begitu ramah dan nampak bahagia sekali. Karena kedatangan saudaranya Kardiman, suaminya. Dia akan menanyakan sesuatu tentang Kardiman. Pasti dia tahu segalanya, dia kan saudaranya. Bathin Cempaka.

"Sebelumnya saya minta ma'af mbak!

Yang di cari mas Kardiman waktu itu, bukan saudaranya, tapi istrinya" ucap Sumini berterus terang. Setelah dia menyimpan kembali cangkir yang berisi teh hangat itu di atas meja.

"Maksudnya?" Terlonjak langsung Cempaka, dia langsung berdiri dari duduknya.

"Iya, jadi yang kerja di sana itu sebenarnya bukan saudaranya. Tapi..., istrinya mas Kardiman. Dan dia ke sana itu mau mencari istrinya"

"Dan... Saya istrinya mas Kardiman, mbak" Ujar Sumini tenang.

"Apa mbak?"Cempaka tersedak tenggorokannya mendengar pengakuan

Sumini. Dengan kedua matanya yang melotot, menatap lekat wajahnya Sumini. Dia seakan tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.

Sumini menganggukkan kepalanya. Diapun menatap balik wajahnya Cempaka. Madunya.

Namun, anehnya di wajahnya Sumini tidak ada amarah yang mengganggunya di sana. Dia hanya tersenyum sambil menatap lekat wajahnya Cempaka.

Ada suatu keanehan di sana.

"Mbak, jangan asal bicara mbak! Dia bilang, dia masih bujangan mbak waktu menikah dengan aku" Cempaka mulai panik, di kelopak matanya nampak sesuatu yang bening hendak keluar menerobos dinding kelopak matanya.

"Saya bicara apa adanya mbak, saya enggak apa-apa kalau mbak suka jadi istrinya mas Kardiman, jadi istrinya yang kedua" Tenang sekali Sumini mengatakannya.

"Mbak Cempaka pasti kaget, kalau boleh saya jujur, ini bukan pertama kalinya, tapi ini sudah yang ke empat kalinya mas Kardiman menikah lagi"

Ujar Sumini, pengakuannya membuat Cempaka serasa di sambar petir di siang hari bolong.

Cempaka makin terkejut mendapati kenyataan yang di hadapinya.

"Kenapa dia membohongi aku?..., mbak

yang barusan mbak katakan itu hanya bercanda kan mbak?" Cempaka semakin panik. Bertanya nyerocos dengan airmata yang terus berderai.

Dia sangat kecewa!

"Jadi... Kardiman itu sudah... Sudah...

Punya istri sampai empat kali! Lalu?... Kenapa kak Yati... Menjodohkan aku dengannya?" Cempaka mulai menangis histeris.

"Kak Yatiiii! Kamu tegaaaa!" Cempaka menangis histeris. Darahnya terasa mendidih. Kecewa dan sedih serta sakit hati bergulung di dalam hatinya.

"Tenang mbak... Kita bicarakan dengan baik-baik mbak. Mungkin bu Yati lagi khilaf mbak." Sumini mencoba untuk menenangkan Cempaka.

"Mbak kan kerja di sana! Masa mbak tidak tahu kalau mereka merencanakan ini, menjebakku. Sampai kapanpun aku tidak akan mema'afkan kakakku!" Cempaka menjadi sewot.

"Itu saya enggak tahu mbak, saya tidak menyangka bu Yati akan mengenalkan dan menjodohkan mas Kardiman dengan adiknya sendiri. Mas Kardiman sudah sering nengok saya ke Bandung.

Bahkan, bu Yati juga sudah tahu kalau saya ini istrinya mas Kardiman"

Kepala Cempaka terasa berat, seakan ada ribuan ton yang menghimpitnya.

"Kenapa kak Yati tega berbuat begitu kepada aku? Kenapa waktu itu dia memaksaku supaya mau menerima cintanya Kardiman. Kenapa?... Kenapa?" Cempaka hilang kendali. Dia menangis lagi, meratapi nasibnya.

"Mbak, tenang dulu mbak." Ujar Sumini.

Itu semua membuat Cempaka tidak mengerti. Terbuat dari apa hatinya Sumini itu?

"Aku harus tenang?..., harus tenang bagaimana mbak?. Aku masih gadis, kakakku sendiri begitu teganya menjodohkan aku kepada pria yang sudah beristri! Mana semua biaya pernikahan waktu itu semua di tanggung oleh ibuku dan aku. Hiks... Maharnya memakai cincin ibuku, semua

biaya ke penghulu itu memakai uangku,

katanya pinjam dulu! Sampai sekarang

belum pernah dia membicarakannya. Apalagi berniat untuk membayarnya!"

Cempaka nyerocos mencurahkan segala kekesalannya.

"Astaghfirulahaladziiim... Ya Allah... Mbak, kenapa bisa begitu?" Kini giliran Sumini yang terkejut mendengar pengakuannya Cempaka.

"Aku di tipu oleh kakakku sendiri!" Cempaka terduduk lemas tak berdaya di hadapan istri pertamanya Kardiman.

Cempaka sudah jadi korban kakaknya sendiri!

Karena keegoisan kakaknya, Cempaka

merugi lahir dan batin.

Karena ketamakan kakaknya, untuk pertama kalinya Cempaka jadi punya hutang guna mempertahankan kariernya Kardiman.

Chapitre suivant