webnovel

Bab 8. Kembali

Happy Reading!

"Manu," teriak Nara sekeras mungkin ia terkejut kenapa cowok tengil itu bisa masuk ke kamarnya.

"Upss! Gue salah server nggak sih," ucapnya tengil.

"Gila lo ya, huft. Kenapa bisa masuk jangan - jangan mafia jin iprit ya?!" umpat Nara geram.

"Seorang Manu apa sih yang nggak bisa, haha. Gue? gila? Lo yang buat gue semakin gila." jawab Manu.

"Oh ya? Emang dasar bangsat lo," greget Nara.

Kemudian Manu beranjak dari ranjang, menarik lengan Nara lalu menghempaskan tubuh gadis itu ke ranjang empuk. Manu menindih gadis itu, tatapannya tajam mata mereka bertemu. "Gue suka tatapan lo," ucap Manu kemudian tersenyum smirk, tatapannya turun kearah bibir.

Cup

Manu mengecup bibir gadis itu dan mulai melumat perlahan serta decapan khas terdengar jelas. Meski Nara memberontak tapi tak akan mengaruh pada Manu tubuh nya yang kekat dan kuat tak sebanding dengan tubuh Nara yang kecil dan mungil ini. Manu semakin ganas bermain dibibir itu, melihat mata Nara yang terpejam semakin sexy bagi Manu.

Nara mulai diam malah meremas blazer Manu karena tak kunjung dibalas cowok itu menggigit bibir kecil Nara, kemudian Nara membuka mulutnya dengan cepat Manu mengabsen, mengisap lidah Nara bertukar saliva. Nara terbawa suasana ia mulai mengimbangi pagutan Manu.

Manu terkejut ternyata Nara bisa mengimbangi ciumannya, tapi Manu semakin nakal. Tangannya mulai bermain diarea bukit Nara. "Emmhh." desah Nara yang terbuai dengan pernganuan Manu. Pagutannya semakin lama semakin ganas. Sampai sulit bernafas, saat Manu melepaskan ciumannya, Nara mengernyitkan alis sembari memburu oksigen.

Remasan pada blazer Manu menandakan Nara masih ingin berciuman dengan cowok itu. Manu peka, kemudian kembali mencium dan mereka berpagutan lagi. Pagutannya disertai desahan sampai setengah jam mereka perpagutan tanpa pernganuan yang berlebihan.

****

"Ck, kenapa dia tidur sih?!" gerutu Nara karena Manu tertidur diranjangnya.

Gadis itu frustasi kenapa tadi terlalu terbawa suasana saat berciuman dengan Manu. Seharusnya ia menolak dan mengusir Manu keluar dari kamarnya. Tapi, ada yang aneh dengan perasaannya rasanya ingin bersama Manu saat ini. Jiwa jutek dan ketusnya luluh begitu saja hanya mengenal cowok brengsek ini.

Nara menuju balkon kamarnya, menghirup udara yang cukup segar. Karna rumahnya jauh dari jalan raya, tak ada polusi yang berlebihan.

"Aih, kenapa gue mikirin anak tengil itu sih?!" gumam Nara

"Kalo lagi tidur kalem banget + ganteng lagi." sambungnya dengan kata ganteng, iya! Nara mengakui kegantengan Manu. Siapa sih yang tak menyukai cowok tajir, populer dan paling ganteng di sekolah.

"Ganteng-ganteng ngeselin, iya." gerutunya lagi

"Dih, ngumpat sendiri berani banget lo mikirin gue!" ujar Manu tiba-tiba sampai Nara terbalak, membalikkan tubuhnya menatap ke arah cowok itu.

"Manu, bukannya lo tidur."elak Nara.

"Lo istirahat gih jangan mikirin gue terus. Gue di sini jagain lo kok," ucap Manu mengulurkan tangannya meraih pundak gadis itu dan merangkul Nara.

"Gue nggak papa kali, lo aja balik sana." ujar Nara setelah duduk ditepi ranjang miliknya.

"Lo istirahat yang cukup untuk hari ini, gue nggak bisa lama nemenin lo." ujar Manu kemudian berdiri mengambil jaketnya ia sampirkan dipundaknya.

Menatap ke arah Nara, Manu sedikit membungkuk mengecup pelan bibir ranum Nara.

Kemudian Manu keluar rumah Nara lewat jendela, pecicilan sekali bukan? Nara yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Terkekeh, kenapa sih dirinya terlalu mudah dirayu oleh Manu?

"Gue baru kali ini mudah banget di rayu, haduh kenapa sih harus lo, Manu." merutuki dirinya sendiri, ia sadar kalau sebenarnya rasa membuatnya frustasi.

****

Liana yakin bahwa ini Mama Nesia masih tinggal di sini, kemudian melangkahkan kakinya masuk keare pekarangan. Dipagar ada satpam penjaga rumah Mama Nesi, satpam itu sepertinya Baru bukannya yang dulu. Setelah itu satpam menghampiri Liana mengatakan bahwa Liana ingin bertemu dengan Mama Nesia. Akhirnya Liana bisa masuk untuk menemui Mama Nesia hatinya begitu bahagia.

Liana mengetuk pintu terbuka terlihat pembantu membalakkan matanya melihat Liana. Pembantu itu nampak takut dan terkejut, apa benar Liana masih hidup.

"Mama nesia ada?" tanya Liana membuyarkan lamunan Bi Eni pembantu Oma Nesia.

"A ... ada ... " ucapnya terbata-bata.

"Saya Liana, saya masih hidup. Jangan takut," ujar Liana, kemudian menepuk pundak Bi Eni menyakinkan kalau dirinya adalah nyata.

"Saya panggil nyonya dulu." ucapnya

Lalu Liana duduk di sofa suasana rumah masih sama sepi tak ada yang berubah juga.

"Liana," panggil Nesia.

"Mama," ucap Liana sembari air mata yang tak bisa dibendung lagi.

"Ini benar kamu Liana, kamu masih hidup Nak?" tanya Nesia, wanita paruh baya mengenakan kaca mata dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ma, ini Liana. Maafin Liana yang menghilang bertahun-tahun." ucapnya memeluk erat mertuanya.

"Kamu ...kamu kemana Liana. Dimana kamu tinggal, apa kamu tersesat saat kecelakaan itu." ujar Nesia bertanya, sesuatu keajaiban telah dikabulkan oleh Tuhan.

"Liana hanyut ma, terus ada yang nolong Liana. Rumahnya jauh dari kota. Saat Liana sadar, Liana lumpuh ma tangan dan kaki patah. Liana nggak bisa apa-apa bertahun-tahun. Untung aja ma, orang itu baik sama Liana, Liana bersyukur diberi umur panjang dan kembali ke sini Ma. " jelas Liana setelah puas memeluk Nesia.

"Ya tuhan, maafin Vino dan Mama yang nggak bisa nemuin kamu waktu itu. Hiks syukurlah sayang, mama bahagia liat kamu kembali." ujar Nesi yang sejak tadi terisak tangis.

"Sudahlah ma, Liana juga sudah sehat sekarang Liana seneng banget." ujar Liana, ia juga tak sabar untuk menemui putri kecilnya. "Kabar Nara dan Vino gimana Ma? Vino nggak menikah lagi kan Ma?" sambung Liana

Nesia menghapus air matanya kemudian menatap kearah Liana. Mantu kesayangan Nesia yang baik dan penyayang. "Vino setia sama kamu, Mama yakin cinta dia ke kamu nggak pernah hilang." jawab Nesi.

"Syukurlah ma, Nara gimana ma?"

"Nara tumbuh menjadi gadis yang baik, pintar, rajin sepertinya dia mirip banget kayak kamu. Soal wajah, dia sepenuhnya mirip Vino. Nih mama punya fotonya." ujar Nesi sembari memberikan foto Nara dan dirinya. Nara merangkul oma nya sembari tersenyum lebar memperlihatkan gigi nya.

"Cantik ma, Liana pengen ketemu sekarang Ma." ujar Liana

"Besok aja, dia kan ulang tahun yang ke 17 tahun." ucap Nesi.

"Oh iya bener Ma, jadi aku kejutan nya dihari ulang tahunnya Nara. Tapi kalau Vino, Liana ingin ketemu sekarang ma." rengek nya Manja. Liana masih sama seperti dulu selalu manja pada Nesia bahkan Vino sampai iri pada Liana.

Chapitre suivant