Tidak terasa malam telah tiba, mereka semua duduk di atas lantai. Fadil sibuk mengajarinya membaca dan berbicara. Sarah memasak di dapur, sedangkan Luna dan Sang Dewi duduk bersimpuh di ruang keluarga. Salju mulai menutupi jalan, suhu dingin diluar menusuk kulit.
"Aku, kami, mereka," ujar pemuda itu mengajari Elisa sambil menunjuk.
"Aku, kami, mereka," mengikuti apa yang diajarkan.
"Hebat!" puji Fadil.
Cepatnya menangkap informasi, membuat Fadil terkagum-kagum pada Elisa. Peri itu tersenyum mendengar pujiannya. Elisa pun semakin bersemangat lalu menunjukkan hasil belajar dengan sangat sempurna.
"Dewa!" ucap Elisa sambil berlutut dihadapan Fadil.
"Bukan, Tuan Fadil!"
"Tidak-tidak, kamu Dewa dan aku peri," sambil menunjuk dengan kedua tangannya.
"Dengar Elisa, aku tuanmu bukan Dewa. Kamu lihat gadis pirang itu. Itulah Dewi," bantahnya sambil menunjuk ke arah Sang Dewi.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com