Pertarungan dimulai. Feng Li Qian tidak mau membuang waktu, dia memulai terlebih dahulu. Sedangkan Zhuge Liying santai-santai saja.
Mengangakat pedang. Feng Li Qian langsung menunjukan permainan pedangnya. Zhuge Liying menghadapinya dengan tangan kosong.
Sementara itu Su Ling Hua sampai di kediaman Feng. Dia terbelalak mendapati Feng Li Qian sedang bertarung dengan Zhuge Liying di udara.
"Astaga, apa yang kulihat ini tidak salah?" Liu turut datang bersama Yu dan Zhao Yi. Serta Yue Yi yang juga menyaksikan pertarungan udara tersebut.
"Semangat saudaraku. Kalahkan dia. Tunjukan kepada guru baru, bahwa kau murid terhebat!"
Bukan melerai, Liu malah berteriak kegirangan. Jika yang lain merasa secamas, maka lain dengan Liu. Dia sangat senang dan tidak ingin melewatkan pertunjukan tersebut.
"Diam kau! Kau tidak pernah bersikap dewasa. Bersikaplah dewasa sedikit. Kau tidak tahu bagaimana kondisi Feng Li Qian?!"
"Ya. Baiklah. Maafkan aku."
Zhao Yi telah menegurnya, tetapi bukan berarti semangat Liu menjadi hilang.
"Ayo guru! Kau yang terhebat!" Sekarang dia berteriak untuk Zhuge Liying. Di antara yang lain Liu memang yang paling berisik.
BRUK ....
Satu serangan Zhuge Liying mengenai dada Feng Li Qian, membuatnya harus terhempas ke belakang.
"Dage!" teriak Su Ling Hua.
"Kakak!" Yu dan Zhao Yi ikut berteriak.
Ketiganya sama-sama mencemaskan Feng Li Qian. Mereka tahu bagaimana kondisi Feng Li Qian saat ini? Tenaga dalamnya tidak dalam kondisi baik.
"Kau kalah!" pekik Zhuge Liying.
Feng Li Qian memegangi dadanya. Sedangkan dirinya juga tidak terima kekalahan ini.
Feng Li Qian berusaha membangkitkan semangatnya kembali. Tidak mungkin murid terhebat harus kalah semudah itu? Harga dirinya akan hancur jika mengalah secepat ini.
"Ayo!" Zhuge Liying terus menantang dirinya. Kobaran api kemarahan terus menyala dalam hati Feng Li Qian.
Sedangkan Zhuge Liying melihat api itu sebagai kelemahan dari Feng Li Qian.
"Aku tidak akan membiarkanmu menghinaku! Terima ini!"
Kobaran apinya menjalar ke pedangnya. Senjatanya sekarang mengeluarkan api yang sangat besar. Elemen api yang Feng Li Qian kuasai mulai membuat pemuda itu tak terkendali.
"Zhuge Liying, awas!" Yue Yi memperingatkan Zhuge Liying dari bawah.
Sedangkan guru yang baru dilantik kemarin tersebut tampak menanggapinya dengan santai.
Jika Feng Li Qian menyerang ke kiri, maka dia bergerak ke kanan dan sebaliknya.
"Kau!" Feng Li Qian semakin mengamuk. Kedua matanya menyala berwarna merah. Zhuge Liying sudah bisa menduga ini akan terjadi.
Namun, dia tidak ingin berakhir sekarang. Dia menunggu sampai di mana batas kekuatan Feng Li Qian terlebih dahulu.
"Kemari kau!"
Feng Li Qian ingin menyayat-nyata Zhuge Liying dengan pedangnya, tetapi serangannya meleset. Gadis itu rupanya sangat lincah dan licin. Sulit bagi Feng Li Qian membaca kemana arah gerakan Zhuge Liying selanjutnya.
"Aku sangat menemaskan kondisi kakak pertama. Dia tidak bisa mengendalikan kekuatan seutuhnya, dengan dirinya yang emosi kemungkinan dia akan kalah," cemas Su Ling Hua.
Dia yang paling mengetahui tentang kondisi Feng Li Qian. Ada luka dalam yang Feng Li Qian derita, membuat sedikit tenaga dalamnya terhambat.
Su Ling Hua mencemaskan, jika pertarungannya dilanjut, maka nyawa Feng Li Qian dalam bahaya.
"Aku akan membantu kakak pertama."
"Jangan adik!" tahan Yu.
Yu meraih tangan Su Ling Hua yang hendak membantu Feng Li Qian. Kecemasannya sudah tentu ada sebab, tetapi tak seharusnya dia bersikap gegabah.
"Saudara Yu. Biarkan aku pergi. Aku tidak ingin sesuatu terjadi pada kakak pertama. Izinkan aku ikut bertarung. Aku tidak bisa berdiam diri di sini saja," lirih dia memohon.
"Aku bisa memahami perasaanmu, tetapi dirimu juga tidak bisa mengambil keputusan sendiri," tutur Yu.
"Benar yang dikatakan Tuan Yu. Nona Su tidak perlu mencemaskan Tuan Feng Li Qian, sebab apa pun yang kakak Zhuge Liying lakukan semuanya pasti ada alasannya. Dia tidak mungkin menyerang seseorang tanpa ada sebab. Percayalah."
Yue Yi ikut menenangkan Su Ling Hua. Di antara yang lain sudah tentu Yue Yi yang paling menenal Zhuge Liying.
"Sudah. Kau jangan berkebihan mencemaskan kakak pertamamu itu. Dia bukan lagi anak kecil. Feng Li Qian itu sudah dewasa, jadi dia sudah bisa menjaga dirinya sendiri," tukas Liu, yang satu pemikiran dengan Yu serta Yue Yi.
"Tenangkan dirimu. Feng Li Qian bukan murid yang lemah. Dirinya adalah pendekar yang kuat. Tenanglah." Zhao Yi menepuk bahu Su Ling Hua.
Mendapat dukungan dari teman-temannya, Su Ling Hua setidaknya bisa tersenyum kembali. Kecemasa dirinya yang berlebihan sudah hampir membuat dia lepas kendali. Kendati ada teman-teman yang membantu menenangkan.
Keciaan itu tidak berahan lama.
Brus ....
Zhuge Liying mengeluarkan elemen airnya. Dia menghempaskan Feng Li Qian satu kali lagi.
Namun, yang sekarang membuat Feng Li Qian harus jatuh ke tanah.
"Kakak pertama!" teriak Su Ling Hua.
"Feng Li Qian!" pekik saudara yang lain.
Semuanya berlari pada Feng Li Qian yang terkapar. Sedangkan Zhuge Liying akhirnya turun dan menyudahi pertarungannya.
"Apa yang kau lakukan pada kakak pertama? Kau seharusnya tidak membuat dirinya terluka seperti itu? Kau memang hebat, tetapi tindakanmu sudah sangat keterlaluan!"
Su Ling Hua mengomel pada Zhuge Liying. Dia menyalahkan semuanya pada Zhuge Liying.
Liu dan yang lain memindahkan Feng Li Qian ke kamarnya. Mereka sedikit kecewa dengan Zhuge Liying yang memang sangat berlebihan.
"Apa yang kau lakukan kepada Tuan Feng? Kau tidak bermaksud ingin membunuhnya bukan?" tanya Yue Yi.
"Apa kau berpikir sama dengan mereka?" sindir Zhuge Liying.
"Hm? Aku sendiri tidak meyakininya," jawab Yue Yi.
Temannya sendiri mencurigainya. Bagaimana orang lain percaya, jika sahabat yang sejak kecil selalu bersama, juga meragukan dirinya.
"Terserah kau saja." Zhuge Liying berbalik. Tak ada keinginan untuk membantu Feng Li Qian.
Sebelum dirinya pergi jauh, seorang murid telah datang padanya.
"Hormat pada guru Zhuge." Dia tersungkur cepat di depan Zhuge Liying.
"Ada apa?"
"Guru diminta Tuan Shangkuan Yun untuk datang ke ruang pertemuan. Sebab para mayat menyerang desa kembali."
Dia berujar dengan cemas. Zhuge Liying yang mendengarnya ikut gelisah.
"Baiklah. Aku akan segera ke sana!" tuturnya.
Murid itu segera pergi dan Zhuge Liying pula berlari menuju ruang pertemuan.
Kabar mayat hidup yang kembali meyerang desa membuat Zhuge Liying harus mengambil tindakan cepat.
****
Ruang pertemuan. Di dalam sudah ada Shangkuan Yun, Yi Kong Si, dan guru-guru lainnya.
"Para mayat hidup meyerang lagi?!"
"Benar," kata Shangkuan Yun membenarkan.
"Saat ini desa Z yang menjadi serangan mereka," beber Yi Kong Si.
Para guru dan petinggi Dao Bao Hu sedang merancang rencana untuk melumpuhkan para mayat hidup.
"Apa semua murid sudah siap? Kekuatan Dao Bao Hu tentu besar. Apa murid-murid di sini menguasai elemen air?" tanya Zhuge Liying.
"Aku menguasa elemen air!" teriak Yu Xi Chen.
Gadis itu mendatangi ruangan tanpa ditemani oleh Shangkuan Ye.
"Ruangan ini tidak bisa didatangi sembarang orang!" tegur Yi Kong Si marah. Dirinya kesal tanpa sebab.
Ruangan ini memang tak bisa dimasuki sembarang orang, tetapi Yu Xi Chen bukanlah orang asing. Dirinya adalah putri dari Shangkuan Yun.
"Sudah biarkan saja," tutur Xia Wu.
"Tetapi ....," bantah Yi Kong Si.
"Tidak ada kata tapi. Yu Xi bukanlah orang asing. Dia juga bagian terpenting dari Dao Bao Hu. Benar bukan, Sayang?"
"Terima kasih guru Xia," kata Yu Xi tersenyum.
Xia Wu, wanita 50 tahun yang menjadi guru bagi murid-murid wanita. Dia membimbing serta melatih ilmu bela diri Yu Xi dan teman-teman yang lainnya.
"Mengapa kau datang kemari?" tanya ayahnya--Shangkuan Yun.
"Aku ingin membantu guru Zhuge," kata Yu Xi mengatakan tujuan dan maksud kedatangannya.
"Membantuku?" Zhuge Liying bertanya-tanya.
"Aku memang kecil, tetapi guru tidak boleh meremehkan kekuatanku. Meskipun aku yang lemah, tetapi di antara semua murid aku yang menguasai elemen air dengan baik," kata Yu Xi demikian.
"Benar yang dia katakan. Semua murid memang mempelajari elemen air, akan tetapi hanya Yu Xi yang menguasai elemen air dengan sangat baik," puji Xia Wu di depan banyak orang.
Dia sangat membanggakan Yu Xi pada Zhuge Liying. Sebab dirinya tahu kemampuan anak didiknya tersebut.
"Aku mohon guru. Izinkan aku ikut denganmu. Aku ingin bertarung bersama guru. Biarkan aku membantu guru," merengek dia pada Zhuge Liying.
Yu Xi menggoyang-goyangkan tubuh Zhuge Liying. Dia sangat meminta agar gurunya mau mengikut sertakan dirinya.
Zhuge Liying memandang gadis yang mungkin sebaya dengannya. Dia belum bisa memutuskan memberi izin atau tidak. Karena semua hak ada pada Shangkuan Yun.