webnovel

For The Girl Who Has Everything

Josh Hatlin mendekat dengan langkah penuh cinta pada Honey Clarkson yang berdiri di beranda rumahnya. Honey masih sedikit terperangah tak percaya jika Josh berhasil menemukan rumahnya.

"Josh?" gumam Honey memanggil Josh yang perlahan naik ke beranda rumah.

"Hai ... aku mencari-cari rumahmu dan akhirnya aku menemukannya." Josh tersenyum lalu memberikan buket bunga ya ia bawa untuk Honey. Honey menelan ludahnya dan mengambil buket bunga tersebut dengan perasaan aneh.

"Apa kamu mau jalan denganku? Aku ingin mengajakmu makan malam ini," ajak Josh masih tersenyum manis pada Honey. Honey tampak kebingungan dan ia menoleh pada Angelica yang juga menoleh padanya tak tahu harus mengatakan apa.

"A-Aku ..."

"Aku akan minta ijin pada Ayahmu jika perlu," potong Josh lagi masih mencoba meyakinkan Honey. Honey tak tahu seperti apa harus menolak. Jadi ia akhirnya membiarkan Josh akhirnya berhasil membawanya pergi untuk makan malam setelah mengganti pakaiannya.

Sementara itu, Axel Clarkson mendapat surat pemberitahuan dari pihak kampus mengenai proses magangnya. Posisinya dipindahkan dari Pennsylvania ke New York di perusahaan yang berbeda.

Axel begitu kaget saat membaca surat tersebut karena yang menyuratinya langsung adalah CEO Harvey and Thorn.

"Kenapa aku malah dipindahkan ke New York?" gerutu Axel dengan kesal. Terlebih ia tak mengetahui sama sekali dengan perusahaan tempatnya akan magang.

"Apa itu Skylar?" gumamnya lagi sambil mengambil ponsel dan mencari tentang Skylar Labels. Dan betapa terkejutnya Axel saat membaca jika perusahaan itu adalah sebuah perusahaan entertainment terkemuka di US.

"Kenapa aku malah dipindahkan ke sana? Aku kan tidak tahu apa pun soal music engineering!" rutuknya lagi. Axel benar-benar kesal sampai berjongkok dengan bibir yang dimiringkan ke kanan kiri karena kesal. Ia membaca lagi surat itu dengan kesal. Ia sangat menghindari New York tapi malah ditempatkan di sana. Menyebalkan!

NEW YORK

The Midas Rei tak peduli dengan gosip yang santer beredar soal dirinya seorang homoseksual dan menjalin hubungan dengan Travis Lancey, mantan asistennya. Rei sudah punya segudang rencana jahat di kepalanya untuk Christina, Travis dan pastinya Dalton.

Tapi sebelumnya, ia mengumpulkan seluruh pegawai Skylar untuk memberikan pengumuman pada mereka.

"Aku tahu kalian pasti sudah mendengar gosip tentangku dari Christina ataupun Travis ..." ucap Rei berdiri dengan angkuhnya di atas lantai dua dan memandang ke bawah ke seluruh para pegawainya yang ada. Mereka akan menyampaikan kabar dan pengumuman yang ia berikan pada staf divisi di bawah mereka nantinya.

"Aku peringatkan pada kalian, jika ada satu saja kata yang menyebarkan gosip tersebut atau makin menambahkannya, kalian akan dipecat. Jika ingin bergosip maka sebaiknya segera keluar dari perusahaan ini dan aku akan jamin kalian tidak akan mendapatkan rekomendasi atau pekerjaan yang lebih baik dari sini!" sambung Rei dengan angkuhnya.

Semua pegawai saling menoleh berpandangan satu sama lain.

"Pikirkan dengan baik sebelum mulut kalian bicara atau jari kalian membuat status di media sosial. Aku bisa menemukan siapa dalangnya meskipun ia bersembunyi di lubang tikus sekalipun." Semua pegawai memandang sangat serius pada Rei beberapa memang terlihat takut. Tapi Rei malah mengembangkan senyumannya.

"Sebarkan pengumumanku, dan selamat sore!" Rei mengangguk sambil tersenyum dan berjalan kembali ke ruangannya di lantai paling atas.

Masuk ke ruangannya, Rei mendengus kesal. Ia punya setumpuk pekerjaan dan urusan yang harus diselesaikan sendiri tanpa seorang asisten. Sambil berdecap kesal, Rei mengambil ponsel baru yang diberikan oleh salah satu pegawainya dan menghubungi Blake Thorn. Ia memasukkan earbuds sebelum panggilan tersambung.

"Uncle, aku butuh asisten baru!" ucapnya tanpa basa basi.

"Baiklah, aku sudah memindahkan beberapa orang calon staf magang ke Skylar. Kamu bisa memilih mereka nanti untuk menjadi salah satu asistenmu. Tapi Rei ..." Rei berjalan ke arah mejanya dan duduk di kursi kebesarannya dengan ponsel masih menyala di dekatnya.

"Apa benar kamu memencat asisten mu karena gosip itu?" Rei menghela napasnya dengan kesal.

"Iya, aku memecatnya karena dia hampir melecehkanku. Dia berusaha menciumku!" gerutu Rei dengan nada rendah.

"Oh, aku heran kenapa kamu tidak membantingnya ke meja jika memang dia melecehkanmu." Rei berhenti menulis dan berpikir sejenak. Kenapa ia tak melakukan itu saat memiliki kesempatan?

"Aku tidak suka membunuh," jawabnya singkat. Blake terdengar terkekeh kecil.

"Baiklah, aku akan memberikanmu kabar jika pegawai itu tiba di Skylar nanti!"

"Terima kasih, Uncle!"

Rei pun menyentuh earbudsnya untuk mematikan panggilan lalu ponselnya mulai berdering lagi. Sebuah pesan masuk dari Aldrich.

'Datanglah ke kantorku untuk menandatangani surat perjanjian pernikahanmu!'

Rei tersenyum dan membalas pesan Aldrich dengan emoji hati dan sebuah jempol. Serta sebuah pesan yang manis.

'Aku akan datang untuk makan malam di apartemenmu. Apa aku perlu membawa Chloe?' goda Rei mengirimkan pesan untuk Aldrich, musuh bebuyutan adiknya, Chloe.

'Jangan pernah bawa si gadis nakal itu ke tempatku. Atau aku akan melemparmu keluar dari balkon!'

Rei tertawa keras saat mendapat pesan dari Aldrich. Ia paling suka menggoda Aldrich dengan membawa nama Chloe. Tak berapa lama, Aldrich mengirimkan salinan surat perjanjian itu pada Rei. Rei diminta membaca sebelum datang dan tanda tangan. Rei membaca dengan baik sampai matanya terpaku pada nama Jewel Belgenza yang tertera sebagai pasangannya di sana.

SATU HARI SEBELUMNYA

"Apa kamu masih waras? Kamu mau aku membubuhkan nama Jewel di surat itu?" sembur Aldrich dengan wajah tercengang. Rei mengangguk tanpa keraguan sama sekali.

"Pikirkan Ald, Jewel sudah hilang bertahun-tahun. Aku bahkan tidak tahu apa dia masih hidup atau tidak," tukas Rei memberikan alasannya.

"Jadi menurutmu kamu bisa melakukan itu karena dia sudah mati?" sahut Jupiter sinis.

"Bukan ..."

"Lalu apa? Jangan bilang kamu masih punya perasaan jatuh cinta itu padanya!" tunjuk Aldrich dan Jupiter ikut memandang Rei dengan pandangan tak percaya. Rei sedikit memutar bola matanya dan menggeleng cepat. Ia harus berbohong demi sebuah bantuan, mengapa tidak?

"Bagaimana jika Jewel kembali dan menemukan kamu menukar identitasnya dengan orang lain? Gadis yang kamu tiduri itu kan bukan Jewel!" tukas Aldrich dan diiyakan oleh Jupiter.

"Aku tahu, tapi kemungkinan dia akan kembali sangat kecit. Saat ini aku tak punya pilihan lain. Aku tidak mungkin asal memberi nama karena bisa saja itu orang lain. Hanya Jewel yang kita kenal!" bantah Rei masih sengit. Jupiter dan Aldrich saling menghembuskan napas kesal dan berpandangan.

"Aku hanya takut arwah Uncle James akan memburu kita bertiga!" celetuk Jupiter mengambil minuman dan meminumnya perlahan.

"Jangan menakutiku!" tambah Aldrich dan Rei hanya menyengir saja.

"Aku yang akan menanggung semuanya. Jika hantu Uncle James datang, katakan aku yang bertanggung jawab," kelakar Rei lalu ia terkekeh kecil. Sementara kedua temannya menatapnya dengan tatapan aneh.

CRAWFORD

Dari duduk berhadapan, kini Josh pindah ke samping Honey karena kursi yang mereka duduki berupa sofa. Jemari Josh terus membelai garis rambut pirang Honey yang indah sementara mereka saling berhadapan. Josh sangat ingin memiliki Honey menjadi kekasihnya, jadi ia akan melakukan apa saja agar gadis itu mau bersamanya.

"Aku benar-benar jatuh cinta padamu, Honey. Aku sangat ingin jadi kekasihmu," gumam Josh dengan jarak begitu dekat. Honey menggeleng pelan dan memejamkan matanya.

"Jangan tutup matamu, lihat aku ..." Honey membuka kembali matanya dan ia tak bicara saat perlahan bibir Josh mendekat dan mengecupnya lembut. Sebelah tangan Honey memegang lengan Josh dan mengeratkannya. Honey ikut membalas ciuman manis dan lembut itu.

NEW YORK

Rei berdiri di depan dinding kaca yang menyajikan pemandangan gedung gedung megah sekaligus matahari yang tengah turun ke peraduannya. Perpaduan lukisan alam yang cantik dari Yang Maha Kuasa tak bisa membuat hati Rei menjadi teduh dan tenang.

Semakin hari, ia semakin bisa mengingat jelas seperti apa ciuman dan belaian lembut gadis asing yang ia tiduri di Boston. Rei mulai kehilangan akal untuk mencari gadis itu. Ia memejamkan mata dan memegang bibirnya sendiri.

Puluhan wanita telah mampir ke ranjang dan mencium bibirnya, tapi tak ada yang semanis bibir gadis itu saat membalas ciumannya. Lamunannya terhenti saat ada panggilan masuk ke ponselnya.

"Ya Res!"

"Rei, gue uda dapet asal kota cewek yang lo cari. Dia bukan dari Boston tapi Crawford, Pennsylvania!"

Chapitre suivant