webnovel

Ancaman 1

"Daniel?" Ravi terkesiap melihat Daniel yang telah berdiri di ambang pintu dengan matanya yang menatap Raymond dengan tajam.

Ravi maju dia merasakan rasa kecewa dan senang berkumpul menjadi satu di dalam dirinya ketika dia kembali melihat Daniel yang sekarang sudah tampak baik-baik saja. Ravi mengambil langkah mendekat dan membuat suara untuk menarik atensi dari Daniel yang tampak melupakan Ravi yang masih berdiri di sini.

"Daniel? Kamu kemana saja?" tanya Ravi, walaupun dia telah tahu setengah dari kebenaran yang terjadi pada Daniel. Namun Ravi sangat mengharapkan kejujuran yang dia dapatkan.

Bola mata Daniel bergeser dan menatap tepat ke iris Ravi, ada ekspresi terkejut yang melintas di wajahnya dan seolah baru menyadari kehadiran Ravi juga di sana. Daniel membuka mulutnya hanya untuk dia tutup kembali, dia tampak sangat bingung untuk menjawab pertanyaan Ravi.

"Daniel?" panggil Ravi sekali lagi.

"Aku sedang pergi menginap ke rumah teman." Benar, Ravi telah menduganya bahwa Daniel akan berbohong. Daniel menjauhi pandangan Ravi, dia justru malah menatap Raymond tajam. Ravi hampir saja mendengus, dia hanya tidak suka seseorang berbohong sementara fakta yang terjadi sudah sangat jelas di depan mata Ravi.

"Aku tahu kamu berbohong, tetapi aku akan berusaha percaya apa yang dikatakanmu adalah kebenarannya," katanya datar. Ravi berjalan ke meja belajarnya dia mengabaikan semuanya dan mengambil asal salah satu buku di sana. "Jangan lupa tutup pintunya, jika kalian keluar."

"Ravi?" Daniel memanggilnya dan telah berjalan mendekati dirinya. "Apa yang kamu katakan?"

Ravi biasanya tidak menutupi apapun dari Daniel, tetapi Ravi tidak bisa menerima bagaimana Daniel yang berada di dekatnya ini terasa tiba-tiba menjadi asing baginya. Ravi memilih untuk diam dan tidak mengatakan apapun, sambik memelototi buku yang berada di hadapannya membuat dia merasa jengah.

"Ravi-,"

"Daniel, tolong. Aku hanya ingin sendirian," potong Ravi cepat sambil berbalik untuk melihat ke arah Daniel. Kakaknya itu memandang Ravi dengan ekspresi yang tidak dapat dia terka, tetapi Ravi tahu bahwa dirinya akan lebih baik untuk pergi sementara waktu dari ruangan yang terasa semakin menyesakkan ini segera. Maka, Ravi berdiri dan berjalan cepat melewati Ravi dan juga Raymond tanpa mengatakan patah kata. Dia mengabaikan bagaimana Daniel memanggilnya di belakang dan juga dirinya sama sekali tidak mengizinkan Raymond untuk pergi mengikutinya.

Ravi berhenti di sebuah gang yang sedikit gelap dan juga lembab di sekitar rumahnya. Dia bersandar di dinding untuk mencari sedikit ketenangan yang dia perlukan, tetapi dia tahu bahwa ini tidak akan dia dapatkan sekarang.

"Sangat menyenangkan sendirian."

Suara orang yang terakhir kali tidak ingin Ravi temui sekarang kembali hadir di sebelahnya, dia sebenarnya terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba saja tanpa suara yang datang untuk membuat Ravi menjadi semakin waspada sekarang. Ravi berdiri tegak, menjaga detak jantungnya untuk tetap normal. Ravi melihatnya dengan tidak menunjukkan ekspresi apapun di dalamnya. "Siapa kamu?"

Orang itu tidak langsung menjawab apa yang Ravi tanyakan padanya, pria tinggi itu justru melangkah maju semakin mendekat ke arah Ravi dan Ravi tidak akan memperlihatkan rasa terintimidasinya sehingga dia sekarang masih berdiri dengan tegak menantang pria ini.

Pria itu mengenakan pakaian yang sama mencoloknya dengan terakhir kali Ravi lihat sebelumnya. Pria itu menyeringai dan Ravi mulai mendapatkan sebuah peringatan melintas di dalam kepalanya. Sejak pertama kali Ravi melihtnya, dia mengetahui bahwa orang ini memang bukanlah orang baik dan dia hanya ingin menghancurkan kehidupan seseoarang seperti yang dia lihat sebelumnya pada Raymond. "Mengapa budakmu belum memberitahumu sesuatu?"

Ravi menggengam masing-masing tangannya erat di sisi tubuhnya dengan perasaan kesal saat pria ini jelas tengah menyinggung tentang Raymond di hadapan Ravi sekarang. "Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan? Apa tujuanmu sebenaranya?"

Ravi tersentak kuat ke dinding saat sebuah tangan kuat mencengkeram lehernya, dia merasakan nyeri mulai menyebar ke punggung ketika pria ini mendorong Ravi ke dinding kuat dan juga tiba-tiba. Kemarahan mulai menyebar melingkupi Ravi ketika pria dewasa ini mulai menggeram dengan gigi bergemeretak dan Ravi mulai kesulitan untuk menarik napasnya. "Beraninya kamu manusia menaikkan nadamu padaku."

Mata cokelat Ravi menajam menembus mata orang yang masih menekan leher Arghi dengan kuat ini, tidak ada tatapan takut pada Ravi dan alisnya justru semakin menukik tajam. Dengan gerakkan refleks Ravi langsung mengayunkan tinjunya tepat di leher pria itu kuat-kuat hingga membuat dia mengerang dan mengendurkan cengkeramannya sehingga Ravi dapat lepas dari cengkeramannya.

Ravi mengambil jarak cukup jauh dengan terengah-engah dia mengambil napas, tetapi sama sekali tidak mengalihakan pandangannya pada pria itu yang masih tampak marah dari sebelumnya ketika Ravi telah berhasil lolos dari cengkeramannya. "Kamu sadar bahwa aku manusia dan semua orang di sini adalah manusia dan siapa kamu justru berada di sini seolah-olah kamu memiliki segalanya untuk menghina di sana-sini? Setelah yang aku lihat tentang apa yang kamu lakukan, kamu mengira bahwa aku takut padamu? Bahkan jika aku ingin berteriak, aku akan berteriak di depan wajahmu sekarang juga dan kamu siapa untuk melarangku melakukannya?"

Sebuah dengusan datang dari lawannya membuat Ravi masih tetap berdiri di sana dengan waspada kalau-kalau dia menemukan kemungkinan terburuk lainnya yang bisa saja datang padanya. "Manusia hina sepertimu, mengucapkan omong kosong ini di depanku?"

Ravi menahan dirinya untuk tidak memutar matanya saat ini, dia tahu bahwa orang ini adalah seseorang yang sama dengan Raymond, tetapi berpikir bahwa dirinya lebih baik dari manusia lain membuat Ravi jengah. "Sepertinya kamu harus mengurus hidupmu sendiri, dibandingkan kamu berkeliaran pada tempat di mana makhluk yang kamu hina ini berlalu lalang dan tinggal di sini."

Ravi tidak mendapati pandangannya pada pria ini sebuah kemarahan yang sama, tetapi justru sebuah seringaian kembali datang membuat Ravi tiba-tiba sangat ingin melayangkan sebuah tinju ke wajah itu dengan segera.

"Kamu seharunya berada di rumah, mengawasi kematian keluargamu yang akan datang."

Mendengar hal itu dia menegang terkejut, tetapi sekali lagi bahwa dirinya tidak memperlihatkannya pada pria ini yang Ravi sendiri masih belum mengetahui apa sebenarnya tujuannya untuk mengusik kehidupan Ravi. Ketika pria itu menyebut tentang kematian keluarganya tidak diragukan lagi kegelisahan, cemas, kemarahan dan serangkaian perasaan lain mulai menelusup masuk ke dalam dirinya.

"Kematianmu dahulu yang akan datang, jika kamu bahkan menyentuh keluargaku."

Ravi tidak bisa mengabaikan bagaimana sepasang sayap putih tiba-tiba saja muncul dari balik punggung pria ini, membentang lebar memenuhi gang yang sempit membuat Ravi kembali merasakan sesak menyerangnya. Apalagi di tambah dengan aroma kuat serta tajam mulai menyerang penciumannya membuat kaki Ravi sendiri terasa lemas hingga dirinya merosot ke tanah tanpa bisa dia tahan. Salah satu kaki bersepatu tajam dari orang itu, menekan bahu Ravi untuk tetap di tempatnya.

Suara pria itu mulai merayap kembali di udara. "Menghabisimu sekarang akan terasa sangat mudah, tetapi di mana kesenangannya?"

Chapitre suivant