webnovel

Flash Back

Rani bergegas menuju ke tempat parkir ingin mengecek hasil kerjanya. Dia tersenyum puas ketika mendapati Novita ngomel-ngomel di depan mobil nya yang ketiga bannya tertusuk paku. Rani segera berjalan ke arah mereka, pura-pura lewat dengan muka innocent.

"Ish, siapa sih iseng banget nusikin paku seperti ini. Benar-benar kurang kerjaan." Novita menendang salah satu ban mobil dengan kaki kanannya.

Mendengar itu Rani menoleh pura-pura bersimpati.

"Ada apa?"

"Hai, ini. ada orang iseng yang menancapkan paku di ban mobilku," jawab Novita kesal.

"Ah, Iya. Ada paku yang menancap. Mau aku bantu? Oh iya, sebelumnya perkenalkan aku Rani." Maharani mengulurkan tangan mulusnya. Tangan mulus yang dulu dekil dan sering digunakan untuk mengelap air mata ketika dihina oleh Novita.

"Hai, Rani. Aku Novita. Senang kenal sama kamu," ucapnya sambil tersenyum meskipun saat itu sedang kesal. Ya, dialah kaum penjilat yang akan bersikap baik sama orang yang yang dianggap menguntungkan bagi dirinya.

"Oh iya, karena banyak yang tertancap paku, mungkin kamu hubungi orang bengkel saja. Pasti akan menghabiskan waktu lama, mau aku antar pulang?"

Yup, sedikit lagi salah satu rencana Rani akan direalisasikan.

"Wah, beneran? Mau dong!"

"Hai cantik, Kenapa berdiri sendiri dengan muka tegang?" suara Alul menyapa mereka. Rani langsung memasang muka kesal, dia tahu bahwa kedatangan makhluk itu hanya untuk menggagalkan rencananya.

"Haiii, ini mobilku tertancap paku."

"Wah, ini pasti ada orang yang sengaja menancapkan paku di sini. Kurang ajar banget sih orangnya. Ya udah, mau aku antar pulang?"

"Eh, sebentar. Aku kok baru lihat kamu ya? Kamu siapa?" tanya Nobita.

"Aku mahasiswa baru, kebetulan satu kelas sama si Nini Towok."

"Nini towok?" Novita membulatkan matanya, belum paham dengan apa yang dimaksud oleh alul.

"Iya. Itu si Nini Thowok di dekat kamu."

"Oh, Rani? Jadi kalian Satu kelas?"

"Iya, aku antar pulang mau?"

"Dia mau pulang bareng aku. Iya kan, Novita?" tanya Rani. Benar kan dugaannya, alul hanya ingin menggagalkan rencananya.

"Em ... Kayaknya kalau ada cowok cakep yang nawarin aku buat bareng, aku nggak bisa nolak deh. Aku bareng sama dia aja ya?"

Mendengar jawaban Novita, Rani langsung menggenggam tangannya kuat-kuat. Ingin rasanya dia melayangkan tinjunya ke arah Alul.

"Em,, Kamu kan belum tahu dia sebenarnya siapa. Kamu juga baru kenal kan? Bukannya lebih baik Kalau diantar sama sesama wanita. Jadi nggak perlu was-was. Siapa tahu dia jahat, mesum, dan ... Ih, tidak tahu. Ayo bareng aku aja."

"Ih, pacar! Kamu kenapa sih? Masa jelek-jelekin pacar sendiri. Aku tahu kamu cemburu. Tapi nggak harus begitu juga kan caranya. Aku kan laki-laki, jadi nggak papa kalau nganter. Kamu pulang aja. Nggak usah khawatir, satu-satunya pacar tersayang ku tetap kamu, kok." Alul mengedipkan sebelah matanya.

Hati Rani semakin dongkol. Susah payah ia berusaha untuk membuat ban mobil Novita tertancap paku supaya dia bisa mengantar Novita pulang dan mengerjai nya. Sekarang semua gagal total karena tingkah si sapu.

"Oh, jadi kamu pacarnya Rani? Sudah punya pacar ternyata. Nggak usah nganter aku nggak apa-apa. Nggak enak sama Rani."

"Nggak usah nggak enak. Dia aja belum tentu nggak enakan sama orang. Ayo aku antar."

Alul sepertinya sengaja untuk menggagalkan rencana Rani meskipun dia tidak tahu apa rencana Rani sebenarnya.

"Jadi nggak apa-apa? Ya udah ayo. Rani, aku pulang sama Alul ya?"

"Ayo, mobilku di sana," ucap Alul sambil mengajak Novita. Novita segera mengikuti alur sedangkan Rani hanya mengepalkan tangannya semakin kuat.

'kurang ajar! Susah payah aku merencanakan ini dan kamu menghancurkannya begitu saja. Lihat aja, Alul! Kamu akan mendapatkan balasan dariku karena sudah menghalangi niatku!"

***

Malam itu, air bagaikan ditumpahkan dari langit. Deras membasahi semua yang tidak terlindungi. Rani duduk di teras rumah mewahnya. Rumah mewah 2 lantai, dengan 3 mobil yang terparkir di garasi. Siapa yang menyangka bahwa akan seperti ini jalan hidup seorang gadis yang dulu hidupnya selalu dibully dan diinjak-injak? Dia yakin, roda kehidupan berputar. Dan seperti inilah keadaannya sekarang. Avissa Maharani sudah bukan lagi seorang gadis gendut dan dekil yang selalu menjadi Bulian teman-temannya.

Saat hujan mengguyur bumi, Ingatan 2 tahun yang lalu kembali menyeruak. 2 tahun yang lalu, masa yang penuh air mata dan kesedihan.

Ya, dia ingat saat avisa yang berumur 18 tahun. Dia menangis tersedu di hadapan Ayahnya. Avissa yang bodoh itu sudah tidak sanggup menghadapi pembullyan dari teman-temannya setiap hari. Hanya ada dua hal yang ada dipikirannya. Dia mencari cara untuk kaya dengan cepat dan mengubah dirinya, atau dia akan bunuh diri.

Avissa tidak bisa lagi menghadapi kehidupannya dengan avissa yang biasanya. Avissa yang gendut dan dekil. dia tidak bisa lagi pergi ke sekolah dengan keadaan rambut yang acakadul karena perbuatan Ardian dan ganknya. Karena hanya rambut, sesuatu yang sangat dia sayangi dari anggota tubuhnya. Salah satu yang dianggap yang paling menarik dari anggota tubuh yang lainnya.

Avissa enggan menerima kenyataan bahwa dia hanyalah butiran debu yang menjadi injak-injakan dan bahan bully-an temannya.

Masih tampak jelas di ingatannya pagi itu, ketika dia mengikuti sang ayah menuju ke rumah sakit. Bahkan dia juga masih ingat, dia tidak membayar ojek waktu itu.

Hingga akhirnya, waktu itu dia memutuskan untuk melakukan hal terbesar dalam hidupnya. Hal besar yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Hal besar yang penuh perjuangan dan air mata. Hal besar yang akhirnya mengubah segalanya. Sesuatu yang tidak dia sangka-sangka, akhirnya datang pada dia yang saat itu sedang putus asa.

Ya, 2 tahun yang lalu, Avissa Maharani memutuskan untuk mendonorkan ginjalnya kepada anak dari majikan sang ayah. Awalnya memang sang ayah yang akan mendonorkan ginjalnya, tapi karena keadaan sang ayah tidak memungkinkan, Rani menawarkan diri. Meskipun sang ayah menentang, Avissa keukeh melakukannya.

Tidak, Rani tidak mengharapkan apapun saat itu.Yang ada di fikirannya, dia ingin membantu orang yang benar-benar berjuang untuk hidup, orang yang mati-matian ingin menghirup udara.

Sangat bertolak belakang dengan Avissa Maharani waktu itu semangat hidup gadis itu telah hilang. Mungkin, satu ginjal dari orang yang tidak bersemangat hidup bisa memberi kesempatan orang lain untuk hidup.

Bagi Avissa, Hidupnya juga sudah tidak berharga lagi. Dia ikhlas memberikan ginjalnya. Kalaupun akhirnya dia gugur karena itu, dia bahagia karena salah satu organ tubuhnya bisa bermanfaat untuk orang lain.

Akhirnya, pendonoran ginjal berhasil. Dia benar-benar bisa menjadi perantara bagi putra majikan sang ayah, dan sebagai hadiahnya, Avissa diberi sejumlah uang yang besar untuk modal usaha sang ayah dan untuk membeli apapun yang diinginkan oleh Avissa.

Ya, Di saat dia ikhlas melakukan sesuatu, ada hadiah yang luar biasa yang tak terduga. Saat itu, semangat hidup gadis 18 tahun itu kembali membubung tinggi.

Chapitre suivant