webnovel

HARI TERAKHIR

Matahari yang mulai tenggelam sedikit demi sedikit dan mencipatakan sebuah pemandangan Sunset yang begitu indah, membuat ku dan orang-orang berada disana tidak ingin melewatkan pemandangan saat itu.

Cuaca yang bersahabat di sertakan udara yang sejuk saat itu, membuat aku dan sekeluarga menikmati Sunset di Resort yang sangat terkenal ini yang memiliki kolam renang terbesar di Asia Tenggara dengan panjang 800 m. Semua ini terasa sempurna bagiku, aku bersama keluarga dan orang yang ku sukai ada disini semua untuk menikmati ini semua bersama-sama.

Obrolan demi obrolan kami ceritakan dan lontarkan sambil makan-makanan yang telah kami order masing-masing, waktu terus berjalan langit pun semakin terlihat gelap dan kami memutuskan untuk masuk ke kamar kami masing-masing.

Untuk malam ini kami hanya stay di kamar dan menonton film, karena Pulau Bintan sangatlah sepi di malam hari jadi tidak ada rencana kami untuk berkeliling sekitar sini, jadi kami memutuskan kan besok pagi untuk berkeliling dan mengunjungi beberapa tempat yang terkenal di Bintan.

Waktu terus berjalan dan tepat pukul 17.30 kamipun kembali ke kamar dan meninggalkan restoran ini.

"Bim besok jam 08.00 udah bangun ya, soalnya supir nya akan jemput jam 09.30," ujar ibuku di perjalan menuju kamar.

"Ok siap laksanakan," ujarku

Sesampai di kamar aku menuju kearah TV untuk menghidupkannya, sedangkan Bima merebahkan badannya di atas kasur.

"Mau nonton apa Bim ?" tanyaku ke Bima

"Terserah yang mana bagusnya ajalh Dit," jawab Bima.

Resort disini menggunakan TV kabel yang menyediakan banyak film-film yang di tayangkan, jadi aku harus mengecek satu persatu film yang ingin aku nontonin. Tidak lama memilih aku tertuju dengan film yang berjudul "Titanic".

Cerita tentang percintaan di atas Kapal Pesiar terbesar sepanjang masa yang memiliki cerita yang begitu tragis bagiku dan ending yang tidak aku harapkan. Serontak terfikir kan olehku tentang kisah cintaku yang harus ku pendam mungkin untuk selamanya.

Karena kisah cinta orang normal saja tidak selamanya akan bisa bersama apa lagi aku yang mencintai sesama laki-laki. Mungkin akan lebih tragis nanti jadinya, ditambah orang yang ku sukai tidak tau apa yang aku rasakan kepadanya, sudahlah memikirkan itu semua membuat ku dilema.

Aku hanya terdiam dan fokus terhadap apa yang aku nonton dan menikmati alur cerita dari film itu yang terkadang air mataku keluar dengan sendirinya. Sungguh menyedihkan pasangan kekasih yang baru saja di pertemukan di tempat yang sama dan harus terpisah kan oleh maut karena kecerobohan dan keangkuhan manusia.

Kisah cinta yang sungguh dramatis bagiku. Tapi terkadang film seperti ini patut di ajung kan jempol, karena bagiku tidak semua kisah percintaan harus memiliki ending yang bahagia.

Cinta gak harus memiliki, karena cinta itu pengorbanan dan tidak harus memiliki. Bagiku jika kita berfikir harus memiliki itu bukan cinta tapi keegoisan dan nafsu sahaja. Aku terfokus oleh film ini sehingga aku tidak menyadari Bima ada di sampingku.

Beberapa kali aku tidak menyadari Bima memperhatikan aku yang sedang fokus menonton dan tersenyum sendiri nya, tapi aku tidak terlalu menyadari dan dengan asiknya memahami dan merasakan tentang alur cerita film ini.

"Udah jangan nangis, masak nonton ini aja langsung mewek sih," ujar Bima yang meledekku secara tiba-tiba.

"Hahahah..mana ada aku nangis ya," ujarku membantah perkataan Bima dengan tertawa.

"Hahah.. bohong aja, pada hal sejak tadi aku memperhatikan mu loh Dit," ujar Bima sedikit menggoda.

Aku hanya tersenyum dan berfikir kenapa Bima sejak tadi memperhatikanku, iya itu membuatku malu sebenarnya, karena sakin asiknya menonton sampai aku tidak menyadari Bima memperhatikanku sejak tadi.

Tingkahku semakin gak karauan tapi aku mencoba stay cool dan itu hanya candaan Bima sebagai teman yang selalu menggoda teman-temannya ketika lagi serius.

Akhirnya cerita film pun berakhir dengan durasi yang terbilang cukup lama, waktu menunjukkan pukul 21.30, mataku sudah mulai mengantuk dan memutuskan untuk pergi tidur, karena besok kami harus terbangun pagi untuk serapan pagi yang sudah include dari Resort ini.

Aku melihat Bima yang sudah siap di posisi nya terbaring menikmati kasur yang sangat nyaman ini di sebelah kanan dan aku mematikan lampu kamar satu persatu yang aku fikir terlalu banyak lampu dalam satu ruangan saja.

Selesai mematikan lampu semuanya akupun berbaring di samping Bima, entah kenapa aku berharap kasur di kamarku ini sedikit lebih kecil sehingga aku bisa berdempet-dempetan bersama Bima.

Tapi ya sudahlah harapanku itu hanyalah sebuah mimpi, setidaknya aku bisa tidur bersama Bima dan melihat wajahnya pertama kali di saat aku terbangun pagi nantinya.

"Bisa tidur sendiri atau mau ditiduri,Dit ?" ujar Bima secara tiba-tiba dan serontak aku kaget mendengar perkataan Bima seakan menggoda ku.

"Emang aku anak kecil harus ditiduri dulu baru bisa ridur ?" jawabku, jujur saja padahal dalam hati paling dalam aku ingin bilang,"gak perlu di tanya Bim, tiduri aja aku" tapi aku tau Bima hanya bercanda mengatakan itu.

"Hahahah...kirain kan tapikan emang masih kecil," ujar Bima masih meledekku.

"Enak aja ya," ujarku sambil membelakangi Bima seakan tidak memperdulikan perkataan Bima, karena aku tidak mau hubungan kami yang semakin baik akan jadi hancur hanya karena perasaanku yang tidak wajar ini, dan aku juga tau perkataan Bima hanyalah sebuah candaan yang sering aku dan teman-temanku lontarkan juga.

Malam semakin larut dan kamipun terlelap dari tidurku, sekitaran pukul 01.00 pagi aku terbangun dan merasa sangat dingin karena AC di kamar ini sangatlah kuat, aku menoleh kearah Bima yang terlihat lelap dari tidurnya dan membuat aku semakin tidak bisa tidur karena pikiranku menjadi kacau.

Aku membalikkan tubuhku kesana kemari mencari posisi yang nyaman untuk melanjutkan kan tidurku, ketika aku mengambil posisi awal yang membelakangi Bima untuk tidur, tangan Bima memelukku dari belakang, Serontak aku kaget dan jantungku berdetak dengan cepat.

Aku hanya terdiam dan membisu tanpa bergerak sedikitpun, karena aku berpikir Bima hanya bermimpi dan menganggap aku hanyalah sebuah bantal yang dipeluknya. Tapi aku tidak berani bergerak dan menganggu tidur Bima.

Walaupun sebenarnya aku merasa nyaman dan tentram ketika berada di pelukan Bima. Aku hanya menikmati saat itu karena itu sebuah keberuntungan yang tidak akan aku dapatkan kedua kalinya nanti.

Kenyamanan dalam pelukan Bima membuat tubuhku merasa hangat dan nyaman dari dingin nya AC kamar resort itu. Tidak lama membuat aku tertidur dengan lelap dan tak terbangun lagi sampai di pagi harinya.

Chapitre suivant