Dan sinyal itu seolah-olah ditunjukkan dengan sangat begitu kuat pada Bandung.
Bandung sendiri tidak bodoh, dia menatap Washington dengan wajah kesal. "Baiklah, kalau kau tetap seperti itu, aku tidak akan ragu untuk menyesuaikan keinginanmu. Namun yang perlu kau ingat adalah bahwa aku tidak ikut campur dalam urusanmu yang lain!" tegas Bandung. Anak laki-laki itu juga ikut memberi batasan pada temannya tersebut.
Washington tertawa sarkas, sejujurnya tidak ada hal-hal yang terdengar lucu saat ini. Namun entah mengapa ia memilih untuk tertawa, meski ia sendiri sejujurnya tidak ingin tertawa.
"Tampaknya kejiwaanmu benar-benar terguncang. Aku turut berduka cita dengan dirimu," ucap Bandung mengejek temannya tersebut.
Washington berhenti tertawa. Dia tiba-tiba saja menunjukkan salah satu jari tangannya yang sudah terpotong pada Bandung. "Kau lihat, ini semua terjadi karena dirimu," katanya seolah-olah menuduh Bandung.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com