webnovel

Arah Tujuan

"Benar, aku tidak bisa bohong bahwa semua keluargamu itu gila. Sejujurnya baik Mr Salzburg dan Mrs Oceania, keduanya sama-sama melakukan kesalahan fatal dan membuat hidupmu menjadi hancur berantakan. Tapi tetap saja aku tidak bisa melihatmu, hidup jauh lebih menderita lagi. Kau jangan sekali-kali pernah mencoba berpikir untuk mati bunuh diri," ujar Mr Tirol melarang pada adik sepupunya tersebut.

"Tidak ada arah tujuan ... aku tidak punya tujuan hidup. Untuk apa aku harus bertahan hidup? Setelah kau membantuku untuk menutupi kasus kematian Ayahku dan mengajakku untuk tinggal bersamamu sampai satu tahun terakhir ini. Aku merasa tidak memiliki arah kehidupan yang jelas. Aku tidak bisa, membiarkan orang baik sepertimu terus menanggung kehidupan orang sepertiku," ucap Wina putus asa.

Mr Tirol terdiam begitu mendengar ucapan dari adik sepupu jauhnya tersebut. Dia tahu bahwa semua yang dialami oleh adik sepupunya itu, tergolong sangat berat untuk diterima sekaligus ditanggung oleh anak semuda itu.

"... kau bisa mencari sekaligus membawa kembali adik tirimu," kata Mr Tirol tiba-tiba.

Mendengar perkataan Mr Tirol langsung membuat raut wajah Wina terlihat mengeras. "Untuk apa? Untuk apa aku membawa seseorang yang telah menghancurkan hidup Ibuku?" Terlihat jelas Wina tidak menyukai hal tersebut.

Dan Mr Tirol yang melihat perubahan suasana hati Wina terasa begitu cepat menyadari, bahwa Wina masih memiliki kesempatan untuk memiliki arah tujuan hidupnya. Mr Tirol berpikir ini merupakan kesempatan bagus yang bisa ia gunakan untuk membuat Wina kembali memiliki arah tujuan hidupnya.

"Wina dengarkan aku! Dengan membawa gadis itu, aku rasa kau akan mendapatkan kembali tujuan hidupmu. Atau kalau kau masih tetap keras kepala dan memilih untuk mati bunuh diri, aku bisa saja membunuhmu sekarang juga. Tapi apa kau yakin membuang kesempatan ini dan selalu saja ada kemungkinan-kemungkinan lainnya yang bisa kau dapatkan ketika kau melakukan tugas itu." Mr Tirol mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya kemudian meletakkannya di leher Wina, dia bersiap-siap seolah-olah akan menyayat leher remaja laki-laki tersebut.

SRET

Wina justru menekan pisau tersebut dan membuat darah mengalir deras keluar dari lehernya.

"Kau memilih mati? Seperti inikah kau memilih akhir hidupmu? Kau bahkan lebih buruk dari Mr Salzburg ." Mr Tirol terkejut begitu mendapati aksi nekat yang dilakukan oleh Wina. Buru-buru Mr Tirol menekan luka di leher adik sepupunya tersebut.

" ... tidak ada yang kupilih di sini. Tapi aku berjanji akan memenuhi tugasku untuk mencari gadis itu," ucap Wina. Setelah mengucapkan hal tersebut, Wina tersenyum lebar dan terlihat seperti baru mendapatkan kebahagiaannya sendiri.

Dan, Mr Tirol yang melihat Wina seperti ini, hanya bisa membalas seperti ini untuk ucapan Wina sebelumnya, "Kau sangat aneh, aku tidak akan pernah bisa menebak jalan pikiranmu itu," katanya sendu.

***

"Aku dengar gadis itu akan dipindahkan ke Indonesia, oleh Mr Kwok," ujar Mr Tirol memberitahukan hal tersebut pada Wina.

"Kenapa mendadak sekali?" tanya Wina kecewa.

Mr Tirol melirik ke arah Wina sekilas. "Kau kecewa? Ah maaf aku agak lambat memberitahukan soal ini padamu." Mr Tirol merasa bersalah.

"Jika kau tidak pernah memberitahukanku mungkin saja aku benar-benar akan terbang ke Malaysia. Kau harus lebih bertanggung jawab!" omel Wina yang merasa sedikit kesal pada Mr Tirol.

"Maaf," ucap Mr Tirol merasa bersalah.

"Lupakan. Ngomong-ngomong, apa kau tahu alasan dibalik rencana kepindahan dari gadis itu?" tanya Wina penasaran. Dia sendiri mulai menerka-nerka dibalik rencana kepindahan dari adik tirinya tersebut.

"Sepertinya, Mr Kwok ingin menyembunyikan anaknya itu. Kau tahu, Mr Kwok sendiri merupakan seorang konglomerat yang selalu menjadi incaran bagi musuh-musuhnya. Dan aku sempat mendengar bahwa akhir-akhir ini, media mulai mencoba membongkar identitas dari anaknya tersebut. Mr Kwok sendiri memang sangat jarang dan bahkan hampir nyaris tidak pernah memperlihatkan anaknya itu ke publik. Namun sampai suatu hari di mana anaknya itu diculik, munculah sebuah artikel yang memunculkan rumor mengenai anak dari Mr Kwok. Dan semenjak itulah, orang-orang mulai menjadi penasaran akan sosok anaknya tersebut dan berusaha untuk menjadikan hal ini sebagai kesempatan untuk menjatuhkan konglomerat itu." Mr Tirol berusaha untuk menceritakan segala hal yang dia ketahui pada Wina.

"Apa kau punya bukti dari ceritamu itu?" tanya Wina tiba-tiba.

Mr Tirol berdecak lalu bertanya balik seperti ini pada Wina, "Kau tidak memercayaiku?"

"Ah ... aku hanya ingin berjaga-jaga saja. Jadi apa kau bisa menjawab pertanyaanku sebelumnya?" Wina terlihat acuh.

Mr Kwok kemudian menunjukkan sebuah artikel online yang ia simpan di ponsel pintarnya. "Kau bisa melihatnya sendiri," katanya.

Wina hanya diam saja kemudian membaca artikel itu sekilas. Meskipun sebelumnya ia mungkin terlihat penasaran namun ketika ia mendapati bukti dari perkataan Mr Tirol dia dengan cepat terlihat tidak terlalu tertarik.

"Hah? Padahal sebelumnya kau yang terlihat penasaran tapi mengapa dengan cepat kau berubah seperti ini?" tanya Mr Tirol gemas melihat kelakuan adik sepupunya tersebut.

"Sudahlah diam saja. Kau tidak perlu terlalu memusingkan hal-hal remeh seperti ini," balas Wina acuh. Wina kemudian menatap ke arah Mr Kwok dengan tatapan datar. "Gadis itu yang kau sebut sebagaik adik tiriku, mengapa ia terlihat memiliki penampilan seperti seorang anak laki-laki di sini?" tanya Wina dengan suara yang tak kalah datar dari tatapan matanya.

"Itu ... yah, kau tahu. Mr Kwok sebenarnya sangat menginginkan anak laki-laki agar kelak anak itu bisa dijadikan sebagai pengganti dirinya, dikala saat ia pensiun nanti. Tapi seperti yang kau tahu, Mr Kwok mendapatkan anak perempuan dari Mrs Oceania. Dan setelah itu, Mr Kwok sendiri tampaknya tidak pernah terlibat lagi dengan hubungan asmara bersama dengan seorang wanita mana pun. Dan ditambah pula orang-orang yang menjadi lawan bisnisnya selalu berusaha mencari cara untuk menjatuhkannya termasuk dengan memanfaatkan identitas anaknya, maka tidak heran Mr Kwok harus berusaha keras menutupi identitas asli anaknya itu. Terutama jenis kelaminnya," papar Mr Tirol pada adik sepupunya itu.

"Oh demi Tuhan, mengapa orang-orang yang ditakdirkan untuk menjadi keluagarku semuanya adalah orang-orang aneh? Apa di kehidupan sebelumnya, aku ini adalah seorang penjahat besar?" keluh Wina putus asa. Dia memang merasa putus asa namun suaranya lebih mirip terdengar seperti orang yang sedang mengejek.

Mr Tirol tidak tahu harus berkata apa. Karena sebenarnya diam-diam dia juga turus merasa prihatin atas nasib adik sepupunya tersebut.

"Aku harap setelah kau bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik, kau bisa mendapatkan kebahagiaan baru ," hibur Mr Tirol bermaksud menenangkan Wina. Walau sebenarnya ia tidak tahu harus berucap seperti apa.

Chapitre suivant