"Eh, Mas Samudera. Mau beli seblak, Mas?"
"Bukan, Mbak. Mie ayam, ada?"
Ainina memukul lengan Samudera pelan. Tidak sopan!
"Ah, Mas Samudera bisa aja. Ini siapa? Pacarnya, ya?"
Ainina dan Samudera saling melirik satu sama lain. "Ini Nina, Mbak. Teman sekolah saya," jawab Samudera. Meski hatinya tidak rela.
"Yakin, cuma temen? Padahal kalian cocok, lho. Masa sih, cuma temen?"
Ainina berdeham pelan dan mengalihkan pandangan Mbak Ratih. "Mbak, saya mau pesan seblak kumplit, ya. Pedasnya sedeng aja," ucap Ainina mengalihkan topik.
"Siap, Neng Cantik!"
Samudera membawa Ainina ke tempat duduk lesehan yang ada di sana. Ini adalah pertama kalinya Ainina makan di warung pinggir jalan seperti ini.
Kalau Novita tahu, wanita pasti sudah mengoceh panjang lebar. Ainina tidak diperbolehkan makan di pinggir jalan seperti ini.
Novita bilang, makanan di pinggir jalan tidak higienis. Apalagi tempatnya, sangat kotor dan tidak layak. Mentang-mentang sultan ya, Bu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com