Hatiku mati di beberapa bulan yang lalu,
Takdir terasa begitu kejam memghujami detik demi detik waktu yang berlalu,
Pedang tajam yang menghunus hati, raga dan seluruh bagian di dalamnya.
Aku lupa caranya jatuh cinta, caranya tersenyum bahkan mencintai.
Namun hadirmu seolah menjadi obat untuk hati yang telah lama tandus ini.
Hingga kini kutahu, bahwa namamu adalah, Dania.
(Fayez Ghazali)
***
Liburan semester telah usai. Kini semua murid harus dipaksa bangun oleh keadaan yang tak bisa lagi di pungkiri.
Seorang lelaki tampan nan gagah itu memasuki area parkir khusus sepeda motor. Ia membuka helm yang menutupi kepalanya untuk menghindari debu jalanan yang tidak tahu diri.
Fayez namanya. Si ketua osis berhati dan berwajah dingin. Ia seolah tak pernah tersentuh oleh kehangatan barang secuil pun. Ekspresi wajahnya datar dan kedua mata yang tajak bak mata elang.
Lelaki paling tampan seantero SMA Kencana. Berbakat juga jenius. Fayez tidak dikenal dengan keramahannya. Bagaimana bisa ramah, jika menatap orang saja ia seakan ingin menghabisi orang tersebut?
Fayez berjalan seperti biasa. Tanpa menoleh ke kanan maupun kiri. Pandangan dan langkahnya lurus, karena ia sudah hafal dengan sudut demi sudut tempatnya menimba ilmu ini.
Fayez tidak menyapa siapapun. Begitu juga sebaliknya, tidak ada yang berani menyapa sang singa penjaga sekolah.
Iya, singa penjaga sekolah. Julukan untuk Fayez, si ketua osis yang kejam jika menghukum mangsanya.
Hingga pada saat hendak sampai di kelas, matanya tertuju pada sosok gadis yang sedang tertawa lepas dengan temannya.
Tawa yang sangat renyah terdengar di kedua telinga Fayez. Ia melihat wajah gadis itu hanya dalam waktu lima detik, namun entah apa yang terjadi, Fayez tersenyum sangat kecil.
"Cantik," batin Fayez dan melanjutkan langkahnya memasuki kelas.
Saat tiba di kelas, lagi-lagi Fayez mendengar suara tawa yang tadi mencuri perhatiannya. Ia menoleh ke arah jendela, ternyata dua orang gadis baru saja melewati kelasnya. Gadis tadi lah salah satunya.
"Kenapa perasaan gue jadi aneh gini? Gue nggak boleh jatuh cinta sama siapapun. Jatuh cinta cuma bikin hati gue sakit," ujar Fayez membatin.
Ponselnya berdering nyaring sekali. Fayez mengangkat panggilan masuk di pagi-pagi sekali seperti ini.
"Halo, Pak," sapanya pada seseorang yang ia panggil bapak di seberang sana.
"Baik, Pak. Saya akan kumpulkan anak osis hari ini."
Bip
Ponsel ia matikan dan beranjak dari kursi kebangsaannya. Fayez berjalan kembali menyusuri koridor sekolah yang sudah mulai ramai karena murid-murid yang sudah berdatangan.
"Yez, lo mau ke mana?."
Fayez hanya menoleh tanpa menjawab. Rupanya Galang lah yang tadi memanggilnya.
"Dia mau ke mana, ya?," gumam Galang yang teriakannya tidak di hiraukan oleh Fayez.
"Bodo ah, gue mau ke kelas. mau lanjutin tidur yang tertunda."
***
Fayez telah sampai di ruang informasi. Ia juga telah menyuruh seseorang untuk memberi pengumuman kepada seluruh anggota osis agar segera berkumpul di ruang rapat saat ini juga.
"Makasih," ucap Fayez kepada orang yang telah sudi memberi pengumuman tersebut.
"Dasar cowok dingin," gumam seorang wanita yang bertugas memberi informasi dengan menggunakan mikrofon.
Fayez telah lebih dulu sampai di dalam ruang rapat osis. Di dalam sana masih sepi. Bahkan sudah berulang kali Fayez melirik jam tangan yang melingkar cantik di pergelangan tangan kirinya.
Hingga di menit ke sepuluh, satu per satu dari anggotanya mulai berdatangan.
Matanya terkesiap dan sedikit terkejut. Karena gadis yang ia lihat tadi pagi ternyata ikut masuk ke dalam ruang rapat osis.
"Jadi dia anak osis? Kenapa gue baru liat?," batin Fayez dan kembali menetralkan raut wajahnya.
"Kenapa lama?," tanya Fayez pada Shelina, sekretarisnya.
"Sori. Gue tadi baru dateng dan di kasih tahu sama temen kelas," jawab Shelina diiringi dengan wajah cemberut.
"Mulai," titah Fayez.
Shelina merapikan duduk dan beberapa berkas yang akan mereka bahas hari ini.
"Baik, semuanya. Berhubung semua bidang sudah datang, kita mulai saja rapat kali ini," pembukaan dan sedikit basa basi dari Shelina menginterupsi seluruh anggota rapat.
"Ehm.." Fayez berdeham. Pertanda akan membuka suara.
"Saya mau laporan kegiatan dari masing-masing bidang sebelum liburan semester kemarin. Silakan diskusikan dengan ketua bidang dan berikan pada saya."
Suara Fayez terdengar bak malaikat pencabut nyawa. Datar dan tak bernada. Raut wajahnya yang dingin menambah aura seram dalam diri Fayez.
"Yez, kegiatan terakhir sebelum libur itu acara amal. Yang di selenggarakan oleh bidang humas dan sosialisasi," ujar Shelina sebari menyerahkan bukti proposal yang sempat diajukan.
Fayez mengambil proposal tersebut dari tangan Shelina. Ia melihat lembar demi lembar isi dalam proposal itu.
Pergerakan bola matanya terhenti. Ketika melihat nama si ketua pelaksana yang bertanda tangan di bagian bawah pojok kiri. Bersanding dengan tanda tangannya di sebelah kanan.
"Dania Salwa Mahesa," batin Fayez membaca nama itu dengan baik dan teliti.
"Di mana anak-anak bidang humas?," tanya Fayez pada Shelina dengan wajah yang masih menunduk dan menatap nama Dania.
"Itu. Di paling ujung."
Fayez mengangkat wajah perlahan. Melihat ke tempat yang ditunjukan oleh Shelina.
"Ternyata cewek itu," batin Fayez lagi.
Entah mengapa hatinya merasa lega dan berbunga-bunga. Ada perasaan aneh yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Kenapa gue gak sadar waktu dia minta tanda tangan?."
Fayez tak bisa mengatakannya langsung. Ia hanya berbisik dengan hatinya sendiri, atas ketidaksadaran yang selama ini ia lakukan.
Padahal semua kegiatan itu telah berjalan di dua minggu lalu.
"Untuk bagian humas, boleh kedepan untuk menyerahkan laporan kegiatan acara kemarin." Shelina menginterupsi. Membuat Fayez sadar akan lamunannya.
"Siapa yang bakal maju, ya?," tanya Fayez dalam hati.
"Ini, Kak. Semua laporan kegiatan beserta keuangannya."
"Baik, Shania. Terimakasih, ya."
Pupus sudah harapan Fayez. Ia kira Dania lah yang akan maju dan menyerahkan berkas laporan kegiatan.
"Ini, Yez. Lo bisa cek dulu."
Fayez mengangguk dan menerima berkas yang diberikan Shelina. Ia membaca sangat detail, terlebih ketika ada nama Dania di sana.
"Oke. Gue udah cek, dan gak ada masalah," ucap Fayez dan kembali menyerahkan berkas pada Shelina.
"Terimakasih semuanya, karena telah meluangkan waktu. Rapat ditutup, dan kalian boleh kembali ke kelas masing-masing."
Shelina menutup rapat mingguan hari ini. Fayez juga ikut merapikan kembali berkas miliknya.
"Apa lo liat-liat?."
Fayez menengadah ketika Shelina menegur seseorang.
"Hehe.. Nggak, Kak."
Ternyata Dania lah orang yang ditegur oleh Shelina.
"Cantik," batin Fayez sebari tersenyum kecil, sangat kecil bahkan hampir tak terlihat.
"Yez, lo senyum?."
Fayez terkesiap dan kembali merubah raut wajah yang sempat berbinar. Karena Samudera, menegurnya dengan suara cukup keras.
Tanpa sepatah kata pun yang terucap, Fayez pergi meninggalkan teman-temannya yang masih berada di dalam ruang rapat.
"Kenapa Sam bisa liat gue senyum?."