Ameera selesai dengan rutinitasnya sebelum tidur. Masih dengan segelas susu putih ditangannya, dia mencoba untuk menelepon Difky lagi.
Dua hingga tiga kali dia mencoba, namun kekasihnya itu sedang dalam panggilan lain. Ameera hanya mengerutkan dahi mencoba untuk tetap berprasangka baik.
Setelah dia menghabiskan susu, juga telah merebahkan tubuh pada tempat tidur. Ponselnya kembali berdering. Sebuah panggilan yang sejak tadi dia tunggu.
"Kamu sungguh ingin begadang?" tanya Ameera segera tanpa bas basi.
"Entah. Aku hanya tidak ingin segera besok," sahut Difky.
"Ehh? Kamu sedang membutuhkan suasana yang sepi? Apa kamu sedang sangat kalut? Tidak seperti biasa, aku seperti sedangbicara dengan Difky yang lain," ujar Ameera.
"Haha tidak. Aku hanya merindukanmu."
"Begitukah? Jika rindu, maka mimpikan aku."
"Tentu."
Hening sejenak.
"Kak Difky … maukah kamu bercerita untukku?" Ameera membenarkan posisi tidurnya.
"Cerita? Aku tidak pandai untuk hal seperti itu," ujar Difky menolak.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com