webnovel

Perbedaan yang Buruk

Luis mengangguk menatap manik Caroline yang terlihat sedu, pikirannya kacau saat ini. Bagaimanapun kenyataan yang baru saja dia dengar tidak bisa dia abaikan begitu saja, seperti hal yang tidak masuk akal namun kenyataan itu nyata bagi sepupunya.

Reinkarnasi, Luis tidak begitu percaya dengan hal berbau seperti itu. Tapi dia percaya jika hal itu di katakan langsung oleh Caroline. Tangannya bergerak meraih anak rambut yang menutupi wajah cantik itu, lagi-lagi dia tidak tau harus mengatakan apa pada Caroline.

Tapi dia ingin Caroline tidak merasa buruk karena sikapnya sekarang, Luis menghembuskan napas menatap tepat pada manik biru Caroline. Kenapa dia merasakan perasaan takut, sebenarnya apa yang dia pikirkan sekarang.

Luis menggeleng cepat mencoba menghalau pikiran buruk yang memenuhi kepalanya. Rasanya seperti ada yang membuatnya begitu takut kehilangan Caroline, tapi Luis langsung menepisnya dengan tangannya yang menyentuh bahu Caroline.

"Maaf.., aku hanya memikirkan hal tidak perlu tadi" ucap Luis merasa bersalah, dia menatap Caroline yang juga membalas tatapannya.

Apakah dia sudah kelewatan, ah.. sepertinya begitu. Tapi Luis juga perlu waktu untuk bisa memahami semua yang di katakan Caroline tadi "tapi, apa kau akan menerima hal seperti itu?"

Akhirnya pertanyaan ini muncul juga! Caroline langsung tersenyum tipis menatap Luis dengan sebuah tatapan tenang "yah.. sepertinya aku juga tidak bisa menolak"

Caroline hanya berusaha untuk tidak membebankan sepupunya, dia ingin Luis mengetahui kebenaran tentang dirinya saja. Dia tidak berharap Luis akan ikut campur dalam takdir ini, biarkan dia melakukan seperti alurnya saja. Caroline bahkan tidak mau terburu-buru untuk memutuskan semuanya sekarang.

Dia hanya ingin bergerak pelan dan menilai segala hal yang dia lihat nanti, sekarang biarkan dia menikmati hari-harinya sebagai Caroline si cacat "tapi kita juga tidak tau apa yang terjadi di masa depan bukan, jadi aku hanya ingin kau tau soal ini lebih dulu"

Caroline menatap Luis sebelum kembali menatap ke arah tumpukan salju yang memenuhi jalanan "Luis, aku juga masih tidak percaya tapi aku tidak bisa menolak akan keberadaan diriku sendiri, seperti halnya salju yang hanya bisa mengikuti musim kapan dia datang dan pergi"

Salju, mungkin jika di bandingkan dengan salju maka Caroline lebih beruntung. Dia hanya mengikuti bagaimana hidupnya akan berjalan, dia tidak pernah berniat melewati garis takdir hanya karena keegoisannya. Seperti salju yang tidak pernah melewati garis takdirnya.

Kepingan putih yang dingin itu selalu datang di saat musim dingin dan akan pergi di saat musim semi datang. Seperti itulah yang di inginkan Caroline, dia hanya ingin mengikuti semua hal yang di gariskan untuknya. Walau dia tau bagaimana hancurnya dia saat harus menerima takdir sebagai anak dari Alpha seperti ayahnya.

Tapi tidak semua orang hidup dalam ketenangan, pasti selalu saja akan datang di mana sebuah masalah menghampiri mereka. Dan yang bisa mereka lakukan hanyalah menyelesaikan masalah itu dengan baik tanpa melewati batas.

Caroline kembali menatap Luis yang terdiam, entah kenapa dia penasaran akan apa yang di pikirkan Luis sekarang "kau hanya perlu percaya padaku, seperti aku yang percaya padamu" ucap Caroline lagi dengan sebuah senyuman terukir indah di bibirnya.

Apa pun yang di pikirkan Luis dia tidak peduli, walau penasaran tapi dia hanya tidak ingin egois. Caroline tersenyum lagi memberikan sebuah pertanda bahwa dia tidak berniat untuk menolak hal yang sudah pasti. Dan Luis sendiri tentu saja tidak bisa melakukan apa pun sekarang.

"Baiklah aku mengerti, tapi jika kau perlu bantuan katakan padaku" Luis menatap Caroline yang mengangguk setuju, tidak ada salahnya jika dia meminta bantuan Luis suatu saat nanti dan lebih baik dia juga menjaga hubungannya dengan Luis.

"Kalau begitu aku pergi dulu"

Hari mulai sore dan Caroline tidak bisa berlama-lama berada di luar, Jennifer jelas sudah melarangnya berada di luar terlalu lama. Bahkan dia sampai tidak bisa melakukan kebiasaannya yang suka menatap danau yang membeku saat bosan.

Caroline berniat pergi setelah melambaikan tangannya tapi Luis tidak membiarkan hal itu. Tangan Caroline di genggaman oleh Luis, dan setelah itu dia di tarik tanpa tau tujuan mereka. Caroline hanya pasrah mengikuti kemana Luis akan membawanya.

Manik Caroline bisa melihat sesuatu yang tidak asing namun baginya itu adalah sesuatu yang asing. Tubuh Caroline terlihat kurang nyaman dan Luis menyadari, dia jelas tau alasan Caroline tidak pernah ikut makan bersama Werewolf lain. Alasan yang pasti hanya satu, karena Caroline tidak nyaman.

Walau begitu Luis ingin Caroline merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan "apakah kau tidak suka?" tanya Luis menghentikan langkahnya menatap Caroline yang terlihat pucat.

Caroline memang adalah anak yang suka berbuat seenaknya dan tidak pernah peduli akan ucapan dan tatapan orang lain. Tapi dia paling benci mendengar dan melihat hal itu di waktu yang harus membuatnya tenang. Dan sebab itu dia menolak untuk ikut perjamuan selama ini.

"Maaf.. aku tidak akan memaksamu" ucap Luis lagi menunduk takut saat melihat manik biru itu yang bergetar.

Caroline menggeleng "aku hanya kurang nyaman dengan situasi seperti itu, apalagi aku tidak mau orang lain terganggu hanya karena kehadiranku"

Caroline sangat sadar, dirinya yang di abaikan dan di anggap tidak berguna itu. Dia tidak akan marah karena ini hanyalah bentuk dari sebuah kesalahan, ini bukan salah mereka tapi keadaan yang membuat mereka melakukan hal ini. Intinya Caroline hanya terlalu malas berhadapan dengan hal seperti itu.

"Aku mengerti.."

Raut wajah sedu Luis membuat Caroline tertawa kecil, dia bisa melihat bagaimana Luis yang mengkhawatirkan dirinya. Bagaimanapun selama ini dia makan hanya dari makanan yang tersisa di perjamuan dan Luis merasa bersalah karena dia bisa menikmati makanan yang layak sedangkan Caroline tidak.

Walau begitu sebenarnya Jennifer sering memberikan berbagai macam roti dan kue untuknya. Tapi Caroline memang tidak pernah mengatakan soal hal itu pada Luis "bagaimana jika kau ikut makan denganku" ucap Caroline melihat Luis yang mengangguk senang.

Keduanya langsung pergi meninggalkan tempat itu untuk bisa sampai di gerbang asrama perempuan berada "tunggu di sini oke" ucap Caroline berlari pergi meninggalkan Luis yang mengangguk.

Luis menunggu menatap punggung Caroline dari kejauhan, dia tersenyum kecil sebelum melihat siluet yang dia kenal. Pria dengan warna rambut perak itu mendekatinya dengan sebuah tatapan datar "kau sepupu Caroline bukan?"

Luis mengangguk menatap bangsawan utara itu yang sepertinya memiliki sesuatu untuk dia katakan padanya. Entah apa itu, tapi Luis penasaran jika hal itu menyangkut sepupunya.

Aku kembali...

Park_Keyzacreators' thoughts
Chapitre suivant