Hari berlalu dengan salju pertama turun di sana, Caroline bisa melihat jelas bagaimana butiran salju itu menghiasi langit. Manik biru Caroline terlihat berkedip beberapa kali dengan sebuah senyuman kecil yang terlihat di bibir merahnya.
Di sebelahnya ada Luis yang menemaninya berjalan-jalan sore ini, mengingat hanya di waktu sore saja Luis memilih waktu luang. Tentu itu karena Luis mendapatkan pelatihan sebagaimana seorang Alpha.
Caroline jelas tau untuk apa pelatihan itu, jelas Luis akan di masukkan ke tim pemburu, tim yang paling penting untuk menjaga sekitar asrama dari Rogue atau hal lain. Tapi Caroline juga sedikit khawatir akan Luis jika nantinya dia akan di masukkan ke tim itu.
Walau begitu Caroline hanya bisa berharap semoga saja Luis baik-baik selama bertugas nanti. Dan dia juga akan kesepian walau memang ada Jennifer yang kadang menghampirinya. Luis menoleh menatap Caroline yang terus menghela nafas kasar.
"Kau kenapa?"
"Kapan kau masuk ke tim?" tanya Caroline menatap Luis yang tersenyum lebar.
"Apa sekarang kau penasaran dengan pekerjaanku?"
Luis terkekeh menatap Caroline yang mendengus kesal, tapi bukannya berhenti Luis semakin keras tertawa.
"Ya kalau kau tidak mau mengatakannya, lupakan saja!"
Caroline kesal, dia langsung berbalik menatap ke arah lain selain wajah Luis. Dan Luis masih saja tertawa, dia jelas merasa terhibur dengan sikap kekanak-kanakan Caroline yang jarang gadis itu tunjukkan apalagi sikap khawatir yang sangat menggemaskan itu.
Bahkan Luis jelas ingat terakhir kali Caroline menunjukkan sikap imutnya ini. Jika tidak salah itu saat mereka masih berumur tiga belas tahun, dan itu jelas sudah lama sekali. Merasa sudah cukup tertawa Luis langsung menyentuh kedua bahu Caroline.
Tubuh Caroline dia gerakkan supaya mengahadap padanya, bisa Luis lihat wajah cemberut Caroline yang sangat menggemaskan "apakah kau Caroline yang aku kenal, oh.. di mana raut wajah datar dan dingin sahabat kecilku ini"
Jelas sekali Luis hanya bercanda dan Caroline langsung menginjak kaki Luis tanpa pikir panjang Luis berteriak keras merasakan sakit di kaki kirinya. Luis jelas tau jika Caroline kesal, dia tidak akan pernah memikirkan orang yang membuatnya kesal.
Bahkan dia pernah di pukul sampai memar hanya karena menggoda Caroline satu tahun lalu. Ini masih untung dia hanya di injak walau Luis yakin kakinya tengah memerah sekarang.
"Hei.. ya.. ini sakit tau! Apa kau tidak bisa lebih lembut sedikit padaku" Luis menunjukkan raut wajah kesakitan dengan nada suara yang dia buat imut.
Caroline tertawa kecil melihat bagaimana tindakan Luis yang selalu saja bisa merubah moodnya dengan cepat. Rasanya menyenangkan dan Caroline sangat menyukainya. Jika di ingat Luis masih belum menemukan Matenya. Dia jadi berpikir apakah Matenya tidak ada di asrama ini, atau Matenya belum memasuki usia dewasa.
Ah.. memikirkan soal Mate, Caroline jadi memikirkan soal Matenya. Dia membenci Alpha selama ini kecuali Luis, lalu bagaimana bisa dia menerima seorang Alpha yang begitu dia benci menjadi Matenya. Entah kenapa Caroline tidak bisa memikirkan dirinya yang harus hidup bersama Alpha lain.
Dia jelas membenci Alpha karena ayahnya yang begitu kejam dan melakukan hal buruk padanya. Jika saja ayahnya tidak bersikap begitu akankah dia tidak membenci Alpha. Tapi selama ini dia selalu saja melihat sikap Alpha yang selalu sama. Sikap kasar dan kejam lalu selalu memandang rendah semua Omega.
Memikirkan hal itu membuat Caroline semakin muak untuk berpikir akan menerima Mate-nya nanti. Jika saja dia terlahir sebagai Alpha sama seperti Livina pasti dia tidak harus memikirkan hal memuakkan seperti ini. Ah.. dia jadi merasa pusing karena memikirkan hal seperti itu.
Apalagi dia bukankah Omega biasa, jadi tidak ada yang bisa membuat Caroline harus menyetujui Mate-nya bukan. Walau begitu Caroline jelas tau akibat dari penolakan akan Mate. Tapi Caroline tetaplah Caroline dan dia tidak akan dengan mudah menerima Mate-nya nanti.
Tunggu!! Kenapa dia jadi memikirkan soal Mate, ah.. sudahlah dia jadi semakin pusing sekarang. Caroline menggeleng membuat Luis kebingungan, melihat hal itu membuat Luis menyentuh kedua pipi Caroline dan Caroline menatapnya "kau itu kenapa? Apa ada hal yang mengganggumu?"
Luis terlihat khawatir tapi dia mencoba tenang berbeda dengan Caroline yang terlihat gelisah sekarang. Dia jelas tidak bisa mengatakan bahwa dia akan menolak Mate-nya nanti, pasti Luis akan menentangnya mengingat resiko yang akan Caroline dan Mate-nya terima.
Tapi Caroline tidak akan dengan mudah mengatakan hal itu, dia tersenyum menatap manik Luis "aku jadi memikirkan bagaimana Matemu akan bahagia bisa hidup denganmu"
Luis terkejut, dia bukan menolak fakta jika dirinya akan bertemu dengan Mate-nya. Hanya saja dia melupakan satu fakta bahwa Caroline membenci Alpha, sekarang dia berpikir bahwa Caroline jelas akan menolak Mate-nya nanti.
"Apa kau akan menolak Matemu?"
Luis sedikit berhati-hati dengan pertanyaan ini, tapi raut wajah Caroline jelas terlihat datar dengan tatapan tajam.
"Ternyata kau tau!" jawab Caroline dengan suara pelan.
Luis kebingungan, dia pikir Caroline akan marah padanya tapi kenapa Caroline terlihat lesu. Dia bahkan menunduk dengan kedua tangan yang saling menggenggam satu sama lain.
"Maaf.. aku seharusnya tidak menanyakan hal ini tapi Caroline kau harus percaya bahwa Matemu adalah orang yang baik. Aku tau memang tidak banyak Alpha yang baik tapi aku berharap kau mendapatkan orang yang baik, jangan pernah meragukan Moon Goddess"
Luis bukan menyuruh Caroline untuk menerima Mate-nya hanya saja dia ingin mengatakan bahwa tidak semua Alpha sama seperti ayahnya. Dan Luis berharap Caroline mendapatkan Alpha yang mencintai Caroline apa adanya.
'Tapi Luis ini bukan soal Alpha itu baik atau tidak. Aku bukan Omega biasa'
Caroline melamun dan Luis menjadi semakin khawatir, apakah ucapannya sudah menyakiti Caroline. Entah kenapa Luis merasa bersalah sekarang.
"Apa aku terlalu memaksamu?"
Caroline menoleh menatap manik Luis yang terlihat bersalah "tidak tapi apa kau percaya jika aku bisa menunjukkan wujud Werewolfku?"
Luis terkejut tapi dia langsung mengangguk karena sejak awal dia percaya dengan Caroline yang bisa menjadi Werewolf sempurna. Tapi kenapa Caroline malah bertanya soal wujud Werewolf miliknya. Entah hanya perasaannya saja atau memang Caroline tengah menyembunyikan sesuatu padanya.
Melihat hal itu, Caroline langsung tersenyum menunjukkan perasaan bahagianya.
"Jika saat itu tiba, aku mau kau yang pertama kali melihatnya. Karena kau adalah sahabat dan saudara paling berharga untukku"
Caroline tidak bisa mengatakan semua kegelisahannya tapi dia akan mengatakan semuanya nanti, di saat wujud Werewolfnya muncul dan saat itu dia tidak menjamin dirinya akan menjadi Caroline yang sama.