webnovel

Seseorang yang Berharga

Kabar soal Caroline yang di bebaskan tersebar, banyak orang yang membicarakan sikap buruk Caroline sejak berada di sana. Semuanya seperti mengejek Caroline dengan kata cacat dan buruk, rumor mulai tersebar bahwa Caroline adalah satu-satunya Werewolf yang harus mereka hindari.

Tapi Caroline sendiri tidak peduli, sejak awal sikapnya memang seperti ini. Dia yang selalu masa bodoh dan selalu mengatakan apa pun yang dia pikirkan adalah dirinya. Dan Caroline tidak pernah menyesal bahwa dirinya akan di cap sebagai sesuatu yang buruk.

Kedua telinganya mendengar bahwa dia tengah di ejek, tapi Caroline hanya mengabaikan semuanya. Dia terus melangkahkan kedua kakinya menuju sebuah pintu. Pintu asrama miliknya, dengan hembusan nafas kasar Caroline membuka pintu kamar itu.

Menatap Sena yang tengah menatapnya dengan tatapan tidak suka. Lagi-lagi Caroline menghela nafas dan langsung masuk mengabaikan Sena yang menatapnya tajam. Jika di ingat hubungan keduanya memang tidak baik dan Caroline tidak punya niatan untuk berhubungan baik dengan orang yang tidak menyukainya.

"Kau sudah kembali?" ucap Sena menatap Caroline yang bersiap untuk mandi.

Caroline hanya melirik Sena sebentar sebelum mengambil handuk dan langsung masuk ke kamar mandi. Sena mendengus dengan tubuh yang dia baringkan, jika di ingat ini adalah hari terakhir dia berada di kamar ini. Prediksi masa Heatnya sudah dekat, dan Sena harus bersiap untuk pindah malam ini.

Masa Heat adalah masa yang di nantikan oleh para Omega, apalagi Heat pertama tapi Heat tanpa Mate adalah satu hal yang paling di benci oleh para Werewolf Omega. Itu semua karena tidak akan ada yang membantu para Omega untuk menuntaskan hasrat seks mereka.

Dan Sena adalah salah satu dari Omega yang akan Hate tanpa Mate. Sena menghela nafas dengan manik menatap Caroline yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kau akan menggunakan kamar ini sendirian selama seminggu" ucap Sena menatap Caroline yang langsung menatapnya.

Tanpa Caroline menjawab pun Sena tau jika Caroline tengah kebingungan akan apa yang baru saja dia katakan "ini masa Heat pertamaku, kau bebas menggunakan kamar ini tapi kau harus menjaga kebersihan dan jangan pernah menyentuh barang-barang ku!"

Sena kembali berucap menatap Caroline yang mendengus dengan manik menatap malas akan penjelasan Sena "tanpa kau bilang aku akan melakukannya"

Sena mengangguk dan kembali menatap langit-langit kamarnya yang akan dia tinggalkan selama seminggu ini. Pikirannya bercabang sampai dia ingat akan satu hal, satu hal yang membuatnya begitu penasaran.

"Kau pergi ke mana kemarin?"

Caroline menggenggam handuknya kuat dengan manik menatap Sena yang masih fokus pada langit-langit kamar.

"Kau tidak perlu tau!" jawaban Caroline mampu membuat Sena menoleh menatap teman satu kamarnya yang selalu saja dingin padanya.

Walau penasaran tapi Sena langsung mendengus dan memilih untuk mengambil ranselnya "sudahlah, aku pergi!"

Pintu tertutup dengan Caroline yang terkejut, sepertinya dia tidak menemukan hal yang menyebalkan dari Sena. Padahal dia ingat jelas Sena yang selalu mencari ribut padanya dan tidak akan mau kalah setiap mereka ribut.

Tapi Sena berubah, tidak ada drama yang biasanya Sena ciptakan. Seperti ada yang mengubah sikap Sena walau tatapan tidak suka padanya masih sama. Merasa tidak menemukan jawaban Caroline hanya mengangkat bahunya malas dan kembali fokus pada kegiatannya.

Setelah selesai menggunakan sepatu Caroline langsung keluar kamar untuk mencari Jennifer yang sekarang menjadi temannya. Jelas itu karena kejadian yang terjadi tadi, kejadian yang menyebabkan hukumannya di ganti. Dia di hukum untuk membantu pekerjaan Jennifer sebagai seorang Half.

Manik biru Caroline bisa melihat Jennifer yang tengah sibuk dengan tugasnya, Jennifer yang berbeda di taman membuat Caroline berlari menuju ke arah wanita itu.

"Apa tugasku?"

Jennifer terkejut, dia terlonjak menatap Caroline yang terlihat tidak peduli akan dirinya "kau tidak tau aturan ya!" ucap Jennifer merasa kesal akan sikap Caroline yang tidak peduli.

"Ya.. maaf" jawab Caroline dengan sebuah senyuman tipis sebelum duduk tenang di bangku yang tersedia.

Jennifer menghela nafas dan kembali menatap ke arah taman yang begitu indah di sore hari "kau hanya perlu mengikutiku mengamati pelindung di asrama ini"

Caroline langsung menatap Jennifer dengan raut wajah lebih cerah, sepertinya Caroline telah menemukan sesuatu yang mampu menaikkan moodnya sekarang.

"Baiklah, ayo berangkat!" sahut Caroline dengan sudut bibirnya yang terangkat menunjukan sebuah senyuman penuh kagum akan hal yang akan dia lakukan.

Jennifer tertawa kecil memiliki untuk mengikuti Caroline yang sudah lebih dulu bangkit. Keduanya berjalan beriringan melihat bagaimana sebuah dinding pelindung yang di jaga Jennifer selama ini. Dinding yang mampu menjaga mereka dari para Rogue yang selalu berkeliaran di hutan.

Waktu terus berjalan dengan Caroline yang bisa melihat jelas sihir yang dia tidak pernah lihat sebelumnya. Jennifer adalah seorang Half, setengah Werewolf dan penyihir dan itulah yang membuat Jennifer menjadi salah satu dari Werewolf penting di sana.

Ibu Jennifer yang seorang penyihir, dia meninggal setelah melahirkan Jennifer dan Jennifer di rawat ayahnya yang sudah meninggal akibat para Rogue. Dan Jennifer adalah satu-satunya penyihir di tempat itu membuat pemimpin mengandalkannya untuk menjaga wilayahnya.

"Bagaimana dengan perkembangan mimpimu? Apa kau masih belum mendapatkan jawaban atas siapa dirimu sebenarnya?" Jennifer menatap Caroline yang terlihat menghela nafas kasar.

Mengingat soal itu membuat Caroline jadi ingat jika dirinya bukanlah seorang Omega murni. Ada seorang Alpha di dalam tubuhnya dan itu sangat tidak masuk akal walau akhirnya memang ada di dalam dirinya.

"Tidak tau" jawab Caroline menatap Jennifer yang kecewa akan jawabannya.

"Apa tidak ada cara lain selain fakta bahwa kau seorang Alpha di kehidupanmu yang dulu"

Jennifer bukan bertanya, dia lebih ke memikirkan hal yang baru saja dia ucapkan itu. Dia seperti begitu tertarik akan masalah Caroline tapi tidak tau bagaimana menyelesaikan masalah itu.

"Jika aku tau mungkin aku tidak akan di anggap cacat" Caroline bergumam namun Jennifer masih bisa mendengarnya.

Tatapan Jennifer langsung terlihat khawatir, dia bisa melihat ada setitik perasaan hancur di dalam diri gadis muda itu. Tapi dia hanya seorang pendatang baru di hidup Caroline dan Jennifer tidak mau membebani Caroline nantinya.

"Kau tidak cacat!" hanya itu yang bisa Jennifer katakan tapi ternyata mampu membuat sebuah senyuman terukir di bibir Caroline.

Senyuman yang biasanya dia tunjukan pada Luis, kali ini dia tunjukan pada Jennifer. Orang asing yang ternyata membantunya dalam mencari jawaban atas takdir aneh yang mengikat dirinya sekarang, dan Caroline merasa bahwa Jennifer akan menjadi seseorang yang berharga baginya nanti.

ada yang masih nunggu gak nih, aku mau up banyak tapi belum punya ide buat lanjut. tapi kalau udah waktunya bakal up banyak nih cerita, tunggu aja ya..

Park_Keyzacreators' thoughts
Chapitre suivant