webnovel

Ancaman

Sudah beberapa bulan berlalu sejak Meliodas mengunjungi Merlin, dan keadaan menjadi tenang kembali sebelum sebuah kabar mengejutkan sampai di telinganya.

Merlin sepertinya tidak terkejut saat mendapatkan kabar itu jika Kerajaan Danafor telah hancur, dan kehancuran itu bukan hal yang biasa, karena sebuah lubang besar dan dalam menganga di tempat yang seharusnya menjadi Kerajaan Danafor berada.

Merlin sudah mengetahuinya karena dia meminta Galla untuk mengamati Meliodas. Rupanya salah satu anggota Sepuluh Perintah Tuhan, Fraudrin, telah bangkit, dan berniat menumbalkan seluruh kerajaan untuk kebangkitan anggota lainnya.

Sayang sekali aksi itu gagal karena ada Meliodas dalam kerajaan itu, tapi sebagai gantinya Meliodas harus merasakan keputusasaan sekali lagi karena menyaksikan pacarnya Liz, terbunuh tepat di depan matanya sementara dia sendiri tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah mengetahui hal itu, Merlin menghela napas. Sepertinya rencana berikutnya harus segera dimulai karena Meliodas akan bergabung sebagai Ksatria Suci di Kerajaan Liones bersamanya.

"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk turun gunung. Meski begitu... aku harus menunggu Meliodas datang sendiri ke sini."

...

Beberapa hari kemudian.

Merlin dan Meliodas bertemu seperti yang sudah direncanakan, dan dalam waktu beberapa hari itu, mereka melakukan perjalanan sampai Kerajaan Liones.

Dan saat ini, mereka berdua sedang berada di ruang pertemuan untuk tamu di istana Kerajaan Liones.

"Meliodas-dono, jadi ini penyihir hebat yang Anda maksud." Bartra, yang mana menjadi raja dari Kerajaan Liones, langsung menyapa bocah pirang itu.

"Sudah kubilang, Bartra. Tidak perlu formal padaku." Meliodas bertingkah seperti teman akrab pada Bartra dan menepuk-nepuk punggungnya berulang kali.

"Cukup, cukup. Tubuh tua ini tidak sanggup lagi untuk bereaksi terhadap leluconmu, Meliodas."

"Hi hi...!" Meliodas hanya meringis.

"Senang bertemu denganmu, Raja Bartra. Aku Merlin, seorang Penyihir."

"Haha, sungguh sebuah kehormatan bertemu dengan Penyihir hebat sepertimu, Merlin-sama."

Merlin tersenyum, "Tidak perlu formal juga padaku."

"Ya, ya. Suatu kehormatan untukku bisa disetarakan oleh Penyihir hebat sepertimu."

"Anda terlalu merendah, Yang Mulia."

Setelah percakapan sejenak, Merlin tidak bisa menahan lagi untuk bertanya: "Aku mendengar kemampuan unikmu, sebuah kemampuan yang bisa memprediksi masa depan. Aku ingin tahu hal itu."

Bartra hanya tersenyum setelah mendengar keingintahuan seorang Penyihir yang sangat terang-terangan itu.

"Ya, aku terlahir dengan kemampuan «Vision», sebuah kekuatan yang memungkinkanku untuk melihat ke masa depan - melalui mimpi 'pertanda'." Bartra dengan senang hati menjelaskan secara umum kemampuan khususnya.

Merlin mengangguk dan bertanya lagi, "Sebelum kita membahas mengenai apa yang kamu lihat melalui visimu itu, aku berasumsi bahwa kamu sudah memprediksi kedatanganku dengan kekuatan itu."

"Seperti yang diharapkan dari seorang Penyihir hebat. Memang benar aku sudah melihat jika kamu akan datang ke Liones dan membentuk kelompok bersama Meliodas, tapi aku tidak bisa mengetahuinya secara pasti kapan kamu akan datang." Bartra menjelaskan sambil mengelus janggutnya.

"Bisa kamu jelaskan lebih lanjut tentang apa yang kamu lihat dalam visimu?"

Mendengar nada semakin penasaran dari Merlin, Baltra lalu menunjukkan ekspresi serius untuk pertama kali mereka bertemu hari ini.

"Sebenarnya, aku mendapat informasi secara berturut-turut. Pertama adalah kelompok pelindung kerajaan yang beranggotakan tujuh orang, dua orang dari kelompok tersebut adalah kalian berdua. Yang kedua, tujuh kejahatan umat manusia akan berkumpul di kerajaan ini dan akan berada di bawah pimpinanku, bukan, kurang tepat untuk mengatakannya, aku hanya memiliki sedikit pengaruh di dalamnya."

Merlin mengernyitkan alisnya saat mendengar informasi kedua yang Bartra katakan. Kejahatan umat manusia, Tujuh Dosa Mematikan, yang juga akan menjadi kelompok dimana dia berada.

Bartra melanjutkan, "Dan ketiga, meski apa yang kulihat ini tidak pernah terjadi sebelumnya karena Vision menuntunku untuk melihat jauh ke masa depan. Sebenarnya tidak terlalu jauh, mungkin antara 15-18 tahun di masa mendatang."

Merasakan keraguan dari perkataan Bartra yang mengisyaratkan jika dia masih mempertanyakan apakah akan mengatakan informasi itu atau tidak, membuat Meliodas dan bahkan Merlin sedikit cemas.

"A-Apa yang kau lihat pada waktu itu?" Meliodas bertanya dengan gugup.

"Kehancuran dunia."

!!!

Bartra menjatuhkan bom itu dengan teror di wajahnya, keringat yang sangat deras sudah membasahi kepalanya hanya dengan mengingat apa yang dia lihat dalam mimpinya.

"Aku melihat sebuah lubang besar akan muncul di Britannia. Itu bukan lubang di tanah, melainkan lubang hitam di kehampaan. Seolah sesuatu telah merusaknya dari luar, dan makhluk kolosal muncul dari sisi lain lubang." Bartra menggigil saat menceritakannya.

Sementara itu, Merlin mengerutkan alisnya lebih dalam. Dia menjadi semakin kagum dengan kemampuan «Vision» milik Bartra, dan jujur saja dia ingin memilikinya.

'Kemampuan yang sangat menakutkan!' Merlin berpikir sendiri dalam benaknya.

Semua kejahatan umat manusia yang disebutkan oleh Bartra pasti mengacu pada bola rune Tujuh Dosa Mematikan yang selalu Merlin bawa. Dia bahkan belum menyerahkan salah satunya pada Meliodas, dan Bartra sudah mengetahuinya secara samar-samar.

Mengingat bola rune Tujuh Dosa Mematikan merupakan peninggalan yang Asheel berikan kepadanya, dia sendiri tahu jika Asheel lah yang telah menciptakan ketujuh kejahatan itu.

Runeball Tujuh Dosa Mematikan bukan hanya simbol kejahatan, tapi juga berisi kemampuan yang mewakili dosanya masing-masing.

Seperti Kerakusan milik Merlin, setelah dia menyerapnya secara tak terduga di masa lalu, dia mendapatkan kemampuan «Glutonny», kekuatan yang mampu mereduksi materi apapun menjadi energi untuk pengguna.

Kemampuan yang sangat curang itu juga berasal dari Asheel. Sekali lagi mengingat bahwa runeball Tujuh Dosa Mematikan dari Asheel, sang Pencipta, sekaligus Dewa sebagai makhluk yang lebih tinggi.

Tidak seharusnya seorang manusia seperti Baltra bahkan mampu menyentuh keberadaannya. Untuk memprediksi benda yang diciptakan oleh Penguasa Kekacauan itu sendiri, karma yang dibutuhkan seharusnya sangat besar, bahkan mengorbankan karma seluruh makhluk hidup dari High Abyss masih tidak akan mampu untuk mengimbanginya.

Asheel memiliki banyak dosa dari apa yang dia perbuat di masa lalu, dan tidak ada karma di Omniverse yang mampu menanggungnya, bahkan jika semua makhluk memberikan karma mereka padanya. Jika Asheel masih terikat oleh hukum surga dan neraka, sudah dipastikan dia akan berada di lantai terbawah neraka.

Meski kedengarannya Asheel sangat jahat, tapi dia bukan Dewa Jahat. Masih ada banyak Dewa yang lebih jahat darinya, seperti pemimpin para Outer God saat ini, orang yang menuntun Asheel menuju Penguasa Kekacauan melalui kata-kata manisnya.

Meski begitu, Asheel tetaplah orang berdosa dan kejahatannya tidak akan pernah bisa diampuni. Itulah kenapa untuk memprediksi segalanya tentang Asheel akan membutuhkan karma yang sangat besar, bahkan untuk menyentuhnya.

Aneh sekali untuk Bartra, yang masih seorang fana sekaligus penghuni Alam yang lebih rendah untuk mengetahui apa yang seharusnya tidak dia ketahui.

Contohnya adalah informasi ketiga yang disebutkan Baltra. Sebuah lubang kekosongan yang muncul di kehampaan Britannia, sudah jelas itu adalah perbuatan para Dewa dari dunia luar.

Itu semakin memperburuk kekhawatirannya karena Merlin mengira sebelumnya jika dimensi ini terlindungi oleh sebuah penghalang yang bahkan membuat Ophis tidak bisa keluar.

Tapi ternyata tidak seperti itu.

Apa yang dilihat Bartra pasti terkait dengan Asheel, dan karena itulah Raja Liones itu mampu mengetahui apa yang seharusnya tidak dia ketahui.

'Aturan Dunia, ataukah Lady of the Lake...?' Merlin semakin merenung pada pikirannya. 'Tidak, Aturan Dunia sudah tidak berfungsi lagi akibat dekatnya kebangkitan sang Raja sejati, dan karena itu kemampuan «Vision» diperkuat oleh kekuatan misterius, apakah itu otoritas milik Asheel? Orang yang memiliki otoritasnya hanyalah dua orang, Lady of the Lake dan Oshiro-sama, dan kemungkinan tertinggi adalah Lady of the Lake. Lalu, mengingat Bartra mengatakan jika lubang itu diakibatkan oleh sesuatu dari luar, yang berarti....

'Akan ada Outsider yang lebih kuat dan akan menyerang dunia ini!'

Melihat ekspresi Merlin begitu ngeri saat ini, Meliodas dan Bartra tidak berani mengatakan sepatah kata pun ke udara.

Setelah menenangkan diri sejenak, Merlin akhirnya membuka mulutnya dengan ekspresi yang sangat serius: "Menurutku, apa yang kamu lihat dari «Vision»mu itu benar. Britannia akan dihancurkan di masa depan!"

Chapitre suivant