Beberapa saat yang lalu.
Setelah Albedo pergi dan Demiurge yang sedang memasang penghalang, Asheel dan yang lainnya mengenakan yukata dan akan pergi ke festival serta menonton kembang api.
Berpikir dalam benaknya bahwa dia harus membawa Albedo ke sisinya dengan cepat karena dia juga ingin melihatnya mengenakan yukata.
Berjalan di festival, mereka menyadari bahwa suasanya sangat ramai. Banyak lentera yang digantung di langit-langit. Kios-kios pun semakin sibuk dengan banyaknya orang disini.
"Aku ingin makan Takoyaki," Sera menatap Asheel sambil memeluk lengannya.
"Ya, festival tanpa Takoyaki rasanya kurang lengkap." Asheel menanggapi.
Mereka berdua lalu mencari kios yang menjual Takoyaki meninggalkan semua orang setelah pamit, dan setelah beberapa saat berkeliling, mereka menemukannya.
Asheel sebagai pria sejati tidak akan membiarkan istrinya sendiri mengantri, jadi harus dia yang melakukannya. Sementara itu Sera terus mengeluh karena lamanya Asheel mendapatkan Takoyaki-nya.
"Dua bungkus untuk Takoyaki!"
"Siap, tunggu sebentar lagi."
Asheel mendapat gilirannya, kemudian dia segera membayarnya setelah mendapatkan bagiannya. Dia lalu berjalan menuju Sera yang sedang duduk dengan cemberut. Melihatnya seperti itu, dia segera mencoba mencari alasan.
"Aku harus mengantri lama untuk mendapat apa yang sedang kamu makan." Asheel meneteskan keringat padanya karena jika dihitung lama dia mengantri, itu hanya membutuhkan waktu lima menit.
Sera tidak mempedulikan alasan Asheel dan langsung merebut bungkusan itu dari tangannya. Dia melihat Sera yang makan dengan gembira dan menjadi berkeringat. Berpikir dalam benaknya bahwa dia tidak bisa membiarkan Sera yang anggun dan anggun menjadi seorang foodie.
Mereka berdua duduk bersebelahan, mencoba memanjakan diri mereka sambil mencoba melupakan masalah yang ada.
"Tapi, penghalang itu mencolok sekali. Aku ingin sekali menghancurkannya."
Sera melihat ke atas sambil merasakan penghalang yang baru saja dipasang, padahal itu sama sekali tidak bisa mempengaruhinya.
Asheel terkekeh dan hanya bisa menghiburnya, "Yah, itu pekerjaan Demiurge. Walaupun tidak bisa dibandingkan dengan yang kamu punya, mengingat ini adalah Low Abyss, hal itu sudah bagus untuknya yang juga menjadi spesialisasinya."
Sera memandang Asheel dan menatap wajahnya lama yang membuat dia sendiri berkeringat mencoba melihat apa yang sedang wanita ini pikirkan.
Akhirnya pun dia mengungkapkannya, "Membicarakan hal itu, apakah kamu tahu arti dari keberadaan Low Abyss?"
Sera menatapnya dengan ekspresi serius yang membuatnya bingung, Asheel pun menjawabnya dengan linglung.
"Itu adalah tingkatan Abyss paling rendah, dan hal itu ada dikarenakan Ayah kita membagi Abyss menjadi tiga tingkatan. Low Abyss hanyalah dunia yang dia ciptakan dari Bumi Utama sebagai referensi, yang juga menjadi pelampiasan imajinasinya."
Sera masih memandang Asheel dalam beberapa waktu sebelum menggelengkan kepalanya.
"Jadi kamu belum tahu, ya? Yah, hal itu memang benar tapi bukan itu inti masalahnya. Sebenarnya ada hubungannya denganmu tapi... ahhh lupakanlah! Kamu akan tahu saat bertemu Ayah."
Mengabaikan Asheel yang bingung, Sera berdiri dan melangkah menuju kerumunan. Asheel hanya melihat punggungnya dan memikirkan beberapa hal dipikirannya.
"Kenapa malah mencoba bertingkah misterius..." Asheel bergumam saat dia mengejar Sera. Dia mempunyai beberapa spekulasi tapi dia tidak bisa memastikannya, mungkin itu kebenaran yang cukup mengejutkan baginya, atau itu berhubungan dengan asal usulnya.
Asheel tidak memikirkannya lebih jauh. Dia sadar kembali tapi saat melihat sekitarnya, dia tidak menemukan Sera dimanapun. Dia pun mencoba menemukan Sera tapi wanita itu tidak meninggalkan jejaknya sama sekali. Yah bukan karena Sera ingin menjauh darinya tapi karena dia berpikir terlalu lama sebelumnya.
Menemukannya sangatlah mudah karena Sera tidak benar-benar menyembunyikan dirinya, dia hanya perlu menyebarkan indera spiritualnya. Dia berjalan menuju ke tempatnya berada setelah menemukannya dan dia sampai di tempat yang jauh dari kerumunan.
Saat bertemu dengannya lagi, dia terkejut saat melihat Sera yang sedang menggendong anak kecil. Anak kecil itu mungkin baru berumur tiga tahun, dan dia juga bisa merasakan anak itu memiliki hubungan dengan orang yang dia kenal. Melihat anak itu lalu ke Sera, dia memutuskan untuk sedikit bercanda.
"Sera... kamu?! Siapa anak itu? Apa kau menyembunyikannya dariku selama ini?" Asheel mengatakannya dengan ekspresi terkejut dan terdapat kepanikan di nadanya.
Sementara itu, Sera hanya tertawa kecil saat menatapnya. "Berhentilah bertingkah bodoh, aku sudah lelah bermain denganmu."
Asheel hanya tertawa setelah itu sambil menggaruk kepalanya, ekspresinya berubah drastis seolah keterkejutan dan kepanikan tadi tidak pernah terjadi padanya.
"Apakah kamu baru saja memungutnya? Apakah kamu sebegitu inginnya mempunyai anak?"
"Hmpph, walaupun itu salah satu penyesalanku tapi bukan itu masalahnya saat ini. Lihatlah baik-baik telinga ini dan ekornya."
Sera membuat isyarat untuk menyuruh mendekatinya, lalu dia menunjuk ke kepala dan bagian belakang pinggang tubuh anak itu.
Asheel yang penasaran pun mendekatinya, dia terkejut saat melihat apa yang ditunjuk Sera. "Telinga dan sembilan ekor rubah? Apakah ini anak Yasaka atau apa?"
Asheel jelas-jelas tahu bahwa anak itu merupakan kitsune sejak telinga dan sembilan ekornya terlihat seperti rubah. Tapi itu mempunyai kemiripan dengan milik Yasaka yang beberapa saat yang lalu mereka temui.
"Begitu, aku akan memastikannya."
"Bagaimana?" Asheel memiringkan kepalanya dan bertanya-tanya bagaimana Sera akan melakukannya.
Sera menatap ke anak itu dan melihat wajah lucunya. Mencoba menyodok pipinya, dia tidak bisa tidak berseru dalam benaknya. 'Aku mungkin memiliki titik lemah terhadap anak-anak yang lucu.'
Mencoba untuk mengalihkan pikiran itu, dia lalu mencoba memanggil. "Kunou?"
Melihat reaksinya dengan seksama, Sera memperhatikan bahwa anak itu menoleh ke arahnya sambil tersenyum.
"Ma.. ma?"
Bibir kecil anak itu terbuka dan menutup saat berusaha mengucapkan satu kata itu.
"Woah, dia sangat lucu !!!"
Sera tidak bisa menahan seruan saat wajahnya memerah. Dia lalu memeluk anak itu erat-erat seolah-olah berusaha melindunginya.
"Yosh, yosh. Walaupun aku bukan mamamu tapi aku akan berusaha memperlakukanmu sama," Sera berkata dengan penuh kasih sayang.
Asheel memandangnya dengan aneh yang membuatnya mengenang sesuatu. Sera sepertinya memperhatikan tatapannya dan menjadi cemberut kepadanya.
"Apa? Pasti kamu berpikir aku aneh?!"
"Tidak, hanya saja aku menjadi mengingat saat kamu masih bayi, kamu sangat lucu saat itu. Entah kenapa, rasanya aneh saat melihatmu seperti itu."
Sera tersipu saat mendengarnya dan berseru, "Apakah aku sangat imut saat itu?! Hei, hei, aku yang sekarang masih imut kan?"
Asheel hanya menatapnya tanpa ekspresi, 'Wanita dewasa yang mencoba bertingkah imut ternyata sangat imut!'
Dia lalu menggelengkan kepalanya dan bertanya, "Haruskah kita menemukan ibunya? Tapi Yasaka sedang mengurus masalahnya. Sepertinya situasinya agak gawat dan mungkin saja anak itu sedang diincar. Apakah kamu menemukan petunjuk saat memungut anak itu?"
"Jangan bilang aku memungutnya!" Sera menatapnya dengan kesal sebelum melihat ke arah Kunou. Setelah itu ekspresinya melembut dan dia terus tersenyum. "Aku menemukannya di pelukan orang itu!"
Asheel mengarahkan pandangannya ke arah Sera menunjuk dan melihat orang sekarat yang sedang tergeletak di tanah.
"Dia? Dia sepertinya sudah mati, aku tidak menemukan hawa kehidupan apapun padanya. Tapi mati dengan senyuman, ya? Perjuangan untuk melindungi anak itu membuatnya mati tapi dia tetap tersenyum? Benar-benar penyayang, ataukah dia hanya setia?"
Asheel melangkah ke mayat itu dan berjongkok di depannya. Dia mengulurkan tangannya lalu menutup matanya yang masih terbuka. Posisi mayat itu juga dibetulkan, setelah itu dia menyimpannya di dimensi sakunya.
"Setidaknya kamu berhasil membuat anak itu tetap hidup."
Asheel berbalik lalu menatap Sera, "Ayo kita beri akan itu makan, lalu pikirkan langkah selanjutnya."
Sera mengangguk dan mengikutinya sambil membawa Kunou yang terlihat gembira di tangannya.