"Kami tunggu dimobil," ucap Dhika pada Cia sambil mengajak kedua anaknya. Lirikkan mautnya pada Andy membuat pria itu mengangguk kaku dengan senyum kikuk yang teramat sangat kentara takutnya.
Cia mengangguk, "ok."
Setelah suaminya keluar dari ruangan dengan menggandeng dua buah hatinya, secepat kilat dia melemparkan bantal sofa pada Andy. Pria itu gak sempat nangkis, jidatnya kena pukulan bantal, walau gak gitu sakit tetap aja terhuyung.
"Sorry Ci, gue gak maksud ngotorin pikirannya Kay, waktu itu gue kesudut banget sama rengekkannya." Tentu aja pembelaan diri itu gak di benarkan.
"Halah … bacot lo emang gak bisa di filter. Banyak alasan yang bisa lo kasi, makanya punya otak jangan mesum jadi gak kosong." Omel Aneth dengan gaya berkacak pinggang. Sekarang saatnya membalas Andy.
Alex mengangguk, "betol tu … udah tau anaknya Cia iq-nya tinggi, apapun yang di bilang langsung diserap, disimpan dalam otak. Kita yang dewasa kudu hati-hati."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com