"Masih marah?" tanya Dhika. Dia memberikan satu gelas susu coklat, Cia langsung meminum susu tersebut.
Cia mengedikkan bahu, "nggak." Setelah itu dia makan sarapannya. Dhika menghela napas pelan. Dia ikut sarapan dan setelah itu bersiap untuk pergi ke kantor. Cia tidak membantunya memakai dasi, Dhika memaklumi itu untuk hari ini.
Cia menghubungi papanya begitu Dhika pergi. Dia bicara di balkon sambil melihat seluruh barang milik kedua kucing yang akan tinggal bersamanya.
'Kamu yakin sayang?' Bagas sangat terkejut dengan permintaan putrinya yang tiba-tiba seperti ini.
"Hem …, lahir batin Cia yakin, papa pernah janji, ingat?'
'Tentu, tapi apa tidak terlalu terburu, tidak mau di pikirkan lagi?' tanya Bagas sekali lagi. Dia berharap putrinya ngelindur saat ini.
'Untuk sekarang Cia nggak bisa bedain yang mana buru-buru mana yang nggak, yang Cia inginkan sekarang papa mendukung Cia. Papa lebih kenal Cia lebih dari siapapun'
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com