"Ntar aja aku kirim gambarnya ke mama, ada di penthousenya pak Mahar." Jelasnya. Dia mencomot kue mentega yang ada di atas meja dan memakannya, kue jenis ini emang kesukaannya.
"Kamu darimana sayang?" Potong Bagas, dia menoleh menatap putrinya dengan sayang.
Wajah Sarah muda sangat mendominai Cia, putrinya pastilah jadi idola seperti istrinya dulu.
"Oh, jalan sama Laksa. Dia besok mau ke Amerika, jadi perpisahan gitu ceritanya." Jelasnya sambil mulut penuh kunyahan kue kering, dia juga menyeruput minuman dingin papanya.
Bagas mengangguk, "anaknya Utama?"
"Ya, dia pernah antar Cia terus di tawari mama makan." Bagas ngangguk lagi. Tentu dia ingat anak rekan bisnisnya itu.
"Dhika izin kan?"
Cia ngangguk, "izin kok, dari jauh-jauh hari Cia udah bilang dan dia harus kasi izin, nggak boleh ngekang terlalu ketat. Cia kan tau batasan."
Bagas tersenyum, "papa nggak ragu kalau sama kamu." Dia menepuk pelan kepala putrinya yang udah nyengir kuda dengan bangga.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com