Pintu ruangan di ketuk tanpa menunggu jawaban yang ngetuk main masuk aja. Dhika sedang sibuk dengan berkas-berkas yang ada di atas meja, aroma vanila yang sangat di kenalnya membuat dia tidak jadi menegur orang yang lancang masuk tanpa izin.
"Sudah tidak marah?" Tanyanya. Cia tersentak kaget, celingak-celinguk, mencari orang yang sedang ngomong dengan Dhika namun tidak ada siapa pun kecuali mereka berdua. Dia melihat telinga Dhika, tidak ada earphone yang terpasang.
"Bapak ngomong sama saya?" Tanya Cia bodoh.
"Kamu pikir? Apa ada orang lain diruangan ini." Dhika masih fokus sama kerjaannya.
"Oh, sebenarnya saya masih marah, tapi ya udahlah, capek juga maen emosi. Cepet tua jugakan? Kerutan makin banyak, sia-sia perawatan." Cia duduk di depan Dhika, melihat apa yang di kerjakan pria itu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com