Kini yang tersisa di ruangan dengan didominasi warna putih itu hanya dua lelaki yang saling menatap satu sama lain.
"Gue bisa meluk lo, nggak?" tanya Firman pada Akbar dengan nada bergetar.
Air mata mulai tergenang di pelupuk matanya yang dalam satu kedipan akan tumpah ruah.
Akbar mendekat kemudian merentangkan tagannya, mendekap erat seorang Firman Afif. Air mata keduanya pun luruh tak terhentikan.
"Gue lemah, Bar. Gue lemah," keluh Firman dalam dekapan Akbar.
"Dan lo butuh Ayu untuk kuat, lo butuh dia," Firman semakin mengeratkan pelukannya kala mendengar ucapan Akbar.
"Gue nggak sepolos Ayu," ucapan Akbar lontarkan membuat kening Firman berkerut dalam. Dia mengurai pelukannya.
"Maksud, lo?" tanya Firman dengan polosnya.
Firman memang polos dan akan seperti itu sampai kisah mereka tamat.
"Gue tahu apa yang tidak Ayu ketahui selama ini," jelas Akbar.
Akbar tahu, kalau selama ini Firman tidak benar-benar pergi meninggalkan dirinya dan Ayu. Firman akan tetap ada di dekat para orang-orang yang dia sayangi.
Dia hanya tak punya cukup nyali untuk bertemu Ayu secara langsung setelah apa yang dia lakukan pada wanita yang diam-diam telah mencuri detak jantungnya. Di setiap hembusan nafas Firman hanya ada nama Suci Indah Ayu disana.
"Gue sakit, Bar. Gue ngak bisa dan nggak pantas untuknya," Firman kembali mengeluarkan keluh kesahnya pada Akbar karena hanya sahabatnya itulah yang paling bisa dia andalkan.
"Dan obat lo cuma Ayu dan ....,"
"Dia bukan milik gue, Bar," teriak Firman sambil menumpukan kepalanya di atas kedua lututnya.
"Seberapa yakin lo kalau dia bukan milik lo?" tantang Akbar.
"Yudi punya bukti yang kuat kalau dia bukan milik gue," kilah Akbar.
Akbar bukan tidak mau menyanggal, tapi dia tahu cara kerja semesta yang selalu mengejutkan. Biarlah masalah ini terkuak di waktu yang paling tepat.
KREK~~~
Pintu ruang perawatan Firman terbuka menampilkan sosok pria paru baya yang masih terlihat gagah di usianya yang telah memasuki 46 tahun.
Mata Akbar sontak memicingkan matamya melihat sosok yang memasuki ruangan Firman dengan ulasan senyum manisnya.
Firman mengerti kalau kedua lelaki yang sedang beradu pandang ini sedang meminta penjelasannya.
"Bar, ini atasan gue, Pak Agasa," jelas Firman
"Pak, ini sahabat saya Akbar," tambah Firman.
Agasa sontak mengangkat pangkal bahunya, mendengar penjelasan Firman dan lelaki itupun mengerti dengan reaksi atasannya.
Kedua lelaki yang terpaut perbedaan usia 22 tahun saling mengulurkan tangan dan menyebutkan kembali nama mereka masing-masing.
Akbar memanap jam rolex yang melingkar di pergelangan tangannya, "Gue harus balik ke kantor," ucap Akbar kemudian.
"Gue akan balik lagi kok entar malam," janji Akbar sebelum benar-benar meninggalkan Firman.
Hanya Agasa dan Firman saat ini. Lelaki yang berpofesi sebagai pengacara itu, kini mendaratkan bokongnya di kursi yang tadi diduduki oleh Akbar.
"Dia juga sudah kembali?" tanya Agasa to the point.
Tak ada rahasia antara om dan keponakan itu. Agasa di mata Firman adalah figur sempurna yang hampir menyamai Gunawan Adi Jaya sang ayah. Dan Firman di mata Agasa adalah sosok pengganti Angga Satya Wardana, bayi munggil yang telah berpulang 26 tahun silam.
Gumilang Adi Jaya, kakek Firman Afif adalah kakak kandung dari Mama Wulan Agustina. Itulah yang menjadikan Firman dan Agasa sangat dekat sampai saat ini.
Firman menjawab pertanyaan Agasa lewat anggukan kepala lemah.
"Sekarang kamu rengkuh dia kembali, jadikan dia penyempurna separuh agamamu," nasihat Agasa untuk Firman.
"Ngak, Om," jawab Firman tegas.
"Aku sakit," imbuh Firman.
"Kamu harus sembuh agar bisa merengkuhnya lagi," tegas Agasa.
Salah satu dari tanda-tanda dia jodoh kita adalah ketika orang-orang terdekat kita akan dengan mudahnya merestui hubungan ini.
Dan mungkin, ini memang jawaban dari semesta atas apa yang Firman panjatkan, tapi niat dan tekadnya harus dikuatkan terlebih dahulu.
"Aku tidak yakin akan bisa sembuh," keluh Firman.
"Aku akan mendonorkannya untukmu," mata Firman sontak terbelalak kala mendengar ucapan Agasa.
"Jangan pikirkan tentang kesehatanku, bukankah Om juga perlu donor?"
Sakit apakah kedua pengacara ini? Donor apakah yang mereka perlukan?
"Sembuhlah dan rengkuh penggenap jiwamu kembali, kamu berhak bahagia setelah banyak sakit yang kamu rasakan setelah ini," tegas Agasa lalu bangkit dari duduknya.
"Tugasmu untuk sementara waktu akan diambil alih oleh Atthar."
~~~
"Ayu, kamu mau kemana?" cegah Papa Galih saat melihat putri semata wayangnya itu dalam keadaan rapi seperti ingin keluar.
"Zaskia lagi sakit, dia butuh kamu," berbicara dengan nada tinggi adalah hal yang sangat jarang Papa Galih lakukan di hadapan Ayu.
"Tapi Zaskia juga butuh ayahnya, Pah," lirih Ayu.
Kening Papa sontak mengernyitkan dahinya kala mendengarkan ucapan Ayu.
"Ayah? Zaskia butuh Ayah? Kamu dan Zaskia tidak membutuhkan lelaki seperti dia untuk bahagia, Papa bisa mencarikanmu lelaki yang jauh lebih baik dari dia," Netra pekat milik Ayu membola sempurna. Mulutnya menganga dia bekap dengan sebelah tangannya. Sepertinya Ayu menyadari kesalahannya dalam berucap.
"Pa ....,"
"Satu kali saja kakimu melangkah keluar dari rumah ini Papa tidak akan menganggapmu sebagai anak lagi," Ultimatum keras kembali Ayu dapatkan dari orang yang berbeda.
Niat Ayu untuk kembali ke Rumah Sakit harus dia batalkan dulu. Padahal ada rindu yang hanya bisa terobati dengan temu.
"Ayu .... Besok kamu ke Firma Hukum Om Agasa!" titah Papa Galih.
Kemarin Ayu memang menolak tawaran dari Papa Galih untuk menjadikan Agasa sebagai sebagai Penasihat Hukumnya, tapi saat ini Ayu merasa kalau saran dari papanya memang tidak ada salahnya.
Ayu bisa menyerahkan urusan perceraiannya dengan Yudi sembari dirinya memperjuangkan cintanya untuk Firman.
Memang terdengar tidak logis, Ayu yang baru saja digugat cerai kini akan memperjuangkan cinta baru dengan lelaki lain. Tidak ada lagi cinta Ayu untuk Yudi, apapun kesalahaan lelaki itu Ayu akan selalu merentangkan tangan untuk kembali mendekapnya. Tapi tidak dengan perselingkuhan, tidak ada kata maaf untuk kesalahan tersebut.
Ayu bukan sok bersih dan tidak berlumur dosa, wanita berparas teduh nan ayu itupun juga memiliki dosa dalam pernikahan ini, karena yang Yudi nikahi hanyalah wanita biasa bukan malaikat.
"Iya, Pa. Besok aku akan ke Firma Hukum Om Agasa," senyum meneduhkan hati Ayu berikan pada lelaki yang juga memiliki sumbangsih besar atas kelahirannya di dunia ini.
"Ayu, maafkan Papa! Papa belum bisa memenuhi janji untuk menemukan dia untukmu," ucap Papa Galih penuh penyesalan.
Mendengar ucapan permintaan maaf dari sang papa, Ayu sontak menepuk jidatnya bagaimana bisa dia lupa memberikan tahukan Papa Galih tentang penemuannya.
Ayu mendekat dan berhambur masuk dalam dekapan sang papa, membuat pria paru baya itu keheranan sendiri.
"Pa, aku udah nemuin Firman, dia udah balik," sama halnya dengan Akbar tadi siang Papa Galih sulit mempercayai ucapan Ayu.
"Ka---mu yakin sudah ....,?
Bersambung....