webnovel

Ucapan Mereka Benar

Benar yang dikatakan Akbar, bahwa tidak ada pembenaran diatas kesalahan. Benar juga yang dikatakan Papa Galih, maaf tidak bisa menghapuskan luka di masa lalu.

Sudah cukup Ayu memperbudak dirinya atas nama cinta,  time is up untuk Yudi Eka Setiawan. Seharusnya Ayu tetap memegang teguh prinsip yang dia dapatkan dari Firman Afif.

"Jangan pernah membaca novel, dengan judul yang sama secara berulang karena endingnya akan tetap sama," ucap Firman Afif 6 tahun yang lalu.

Tapi Ayu seolah menutup rapat telinganya, tak ingin mendengar nasihat yang diberikan sahabatnya.

Yudi Eka Setiawan adalah lelaki pertama yang mengenalkan Ayu tentang cinta, tapi jalinan kasih antara keduanya tidaklah berlangsung lama.

Setahun berpacaran dengan putri mahkota Angkasa Group, Yudi harus secara tegas mengakhiri hubungan mereka. Bukan karena bosan apalagi tak cinta, tapi ada kesalahan yang harus Yudi pertanggung jawabkan.

Yudi harus bertanggung jawab atas anak yang berada dalam rahim Cindy Desi Anggraini.

"Ma, Pa," ucap Ayu lirih memanggil kedua orang tuanya.

"Aku mau keluar sebentar, aku titip Zaskia dulu, yah!" Ayu meraih punggung tangan orang tuanya untuk dia cium tanda berpamitan.

Rasa sakit dan kecewa yang ditorehkan Yudi sungguh membunuh jiwa dan raganya. Membakar sukmanya. Seolah-olah dirinyalah yang paling menderita.

Mobil Honda yang dibandrol dengan harga termahal milik Ayu terus melaju membelah jalanan ibu kota.

Dia mencengkeram setiran kemudi kuat-kuat, rahangnya mengencang, dan bola matanya nampak memerah. Atensinya terus tertuju pada jalanan di hadapannya dengan tatapan tajam, seakan ingin menerkam mangsa yang berada tepat di depannya.

"TEGA, KAMU MAS!' teriak Ayu.

Ayu terus mempercepat laju mobilnya, untuk segera sampai ke tempat yang dia tuju.

Tak butuh waktu lama, mobil Ayu kini telah berada di depan gerbang rumah sederhana.

TIIIIIIN

"Keluar kamu, Yudi!" teriakan Ayu sontak mengalihkan atensi tuan rumah dan para tamu.

Tubuh Yudi membeku sempurna, kali ini kiamatlah yang datang, bukan lagi kesialan semata.

Tapi Yudi berusaha menutupi keterkejutannya, tatapan tak kala tajamnya dia layangkan untuk wanita yang masih berstatus istri sahnya itu.

"Mau apa kamu kesini?" tanya Yudi sambil mencengkeram sebelah lengan Ayu.

Tidak ada lagi sosok lemah lembut seorang Suci Indah Ayu, yang ada hanya emosi yang siap untuk dia luapkan.

Di sini, di tempat ini, di hadapan pasangan yang telah mematahkan hatinya secara telak.

Ayu menghempaskan cekalan tangan Yudi, berjalan dengan anggun memasuki kediaman sederhana tempat diselenggarakannya aqiqah untuk bayi kembar Yudi dan Bella.

"Ayu, jaga batasanmu!" tegur Yudi.

Ayu berbalik dengan paras licik sambil memperlihatkan deret gigi putihnya. Perawakan Ayu yang seperti itu membuat siapapun yang mengenalnya terpelongo tak percaya. Ada apakah dengan wanita yang senantiasa berparas teduh ini?

"Jaga batasan? Batasan apa yang harus aku jaga, hah?" tanya Ayu sambil berkacak pinggang.

"Aku ke sini cuma ingin bertemu dengan para adik Zaskia," jelas Ayu kemudian kembali menyisiri sudut rumah itu.

"SUCI INDAH AYU!' teriak Yudi.

Tubuh Ayu terpaku saat melihat dekorasi acara aqiqah si baby twins.

Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya, tapi dia kesini bukan untuk menangisi garis takdir yang menyakitkan ini. Dia harus kuat, harus tegar.

Ratu harus tetap menegakkan kepalanya agar mahkotanya tak jatuh.

"Ayu .... Kamu mau apa?" cicit Bella.

"Ayu, cukup! Selangkah lagi kamu mendekati anak-anakku aku pastikan hidupmu tidak akan tenang," ancam Yudi.

Hati Ayu bagaikan teriris ribuan belati, sakit? Sudah pasti, tapi ini bukan saatnya untuk mengeluh apalagi menyerah.

"Yu, mau kamu kesini? Aku rasa surat dari Pengadilan Agama sudah kamu terima?" tanya Bella dengan nada menantang.

Tapi Ayu bukanlah wanita yang bisa diadu dengan Bella, perbedaan mereka bagaikan jarak Merkurius ke Neptunus, JAUH.

"Sudah, dan disini aku ingin mempertegas hubungan kami," jelas Ayu.

Sudah waktunya untuk Ayu dan Yudi menyudahi garis perjodohan mereka, sudah terlalu banyak luka yang Yudi berikan pada Ayu. Ayu menyerah tapi bukan berarti dia kalah.

"Ini," Ayu memberikan Yudi amplop coklat yang lumayan tebal.

Kedua manik mata Yudi membola ketika melihat amplop itu justru berisi uang yang dalam jumlah fantastis.

"Aku melepaskanmu, Mas. Kamu salah, dan tidak ada pembenaran diatas kesalahan. Memberikanmu kepada dia tidak akan melemahkanku," tegas Ayu dengan rahang mengeras.

"Terima kasih sudah menjadi patah hati pertama untuk putriku, Zaskia Azzaahra Khumairah," tambah Ayu.

Suci Indah Ayu, adalah putri mahkota sekaligus pewaris tunggal Angkasa Group perusahaan iklan terbesar di Indonesia. Dia harus menjadi sosok yang kuat dan tahan banting. Karena, perang yang sesungguhnya belumlah dimulai.

"Aku memang bersalah, tidak akan ada akibat tanpa didahului oleh penyebab, Yu," Yudi berusaha membela dirinya.

"Jelaskan semuanya di Pengadilan, Mas," kini Ayu pergi meninggalkan sejumlah uang yang masih berada di genggaman Yudi.

Andai Ayu ingin, dia akan membalas lukanya dengan luka yang tak kala perihnya. Tapi Ayu berbeda, jika Ayu melakukan itu, apa bedanya dia dengan Yudi?

~~~

Sepeninggal Ayu dari kediaman Yudi dan Bella dia tak lantas pulang ke rumah Papa Galih, lalu kemanakah wanita malang itu?

Dan disinilah kaki Ayu berpijak, rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan rumah tangganya bersama Yudi.

Rumah yang selalu dia pijaki dengan hati bahagia kini berubah suasananya menjadi begitu mencekam. Terlihat begitu banyak figura yang membingkai potret kebersamaan Ayu dan Yudi dari masa berpacaran hingga menikah kemudia menghadirkan Zaskia Azzahra Khumairah di tengah-tengah mereka.

Setiap sudut mempunyai kenangannya masing-masing.

"Apa sebaiknya rumah ini aku jual aja?" batin Ayu.

Desah nafas panjang mengisyaratkan keraguan Ayu atas niatnya barusan.

Ayu membawa langkah menuju kamar utama, tempatnya melepas penat bersama Yudi, dulu.

Wanita berusia 24 tahun itu menatap sendu figura besar yang berada di atas tempat tidur berukuran extra king itu.

Meremas kain berlapis di depannya, kenapa ini begitu sakit untuk Ayu lewati? Dosa apakah yang sedang dia tanggung sampai Allah memberinya cobaan yang begitu berat?

Tapi, Ayu bukan lagi yang sosok yang akan mengeluh ketika disakiti, karena dia sadar sebaik-baiknya tempat mengeluh hanya kepada-Nya.

Rumah ini memanglah tak jauh dari mesjid hanya berjarak beberapa meter, seruan adzan terdengar merdu di kuping Ayu.

Dia lekas mensucikan diri terlebih dahulu sebelum melakukan kewajibannya sebagai seorang muslimah.

Melakukan gerakan sholat dengan sempurna, kemudian ditutup dengan mengadahkan kedua tangannya memohon ampun, dan meminta kekuatan agar kuat mejalani cobaan ini.

"Ya Allah, kalau memang garis perjodohan dengan Mas Yudi memang telah usai tolong berikan aku kekuatan untuk melepaskannya," pinta Ayu dengan air bening yang terus menganak sungai dari ujung matanya.

Bersambung...

 

Chapitre suivant