webnovel

Bagian 17.

BB. 17

Sampai di rumah, Renata sudah berdiri di depan rumah sembari menunggu dua pasangan suami istri itu pulang. Mulai sekarang Fira tinggal di rumah mertuanya sampai dia melahirkan. Dalam kondisi hamil muda tidak mungkin Ervan bisa menjaga istrinya terus menerus. Apalagi dia juga akan mencari pekerjaan untuk kebutuhan keuangan calon anaknya nanti.

Ervan keluar dan membuka pintu untuk istrinya. Fira keluar dan membawa bingkisan di tangan. Renata menatap galak pada menantu tidak mau mendengar nasihat darinya. Entah sampai kapan bisa berubah untuk menantu satu ini.

"Dari mana saja?" Renata bertanya pada Ervan.

Ervan dengan cepat menjawab, "Bawa Fira jalan-jalan, Ma."

Renata sampai berkerut kening mendengar jawaban putranya. "Hah? Jalan-jalan sampai jam segini baru pulang? Kamu tau malam-malam keluar sedangkan istri kamu sedang hamil, keluyuran gak jelas begini, memang ngapain di luar?" ngomel Renata memarahi putranya.

"Fira ngidam, Ma. Wajar lah aku bawa dia keluar. Daripada dia bete terus di rumah, jadi gak masalah dia keluar juga gak seorang diri," jawab Ervan acuh.

Renata mengembuskan napas kasar kemudian mengarah ke menantunya. Fira menunduk sambil memeluk bingkisan kotak kue bolu tersebut.

"Kamu juga sama! Gak pernah mengkhawatirkan kondisi kehamilan kamu, ngelayap suka-suka. Kamu pikir makhluk halus tak kastamata itu gak doyan sama janin yang masih kecil? Banyak itu, sedang mengantri di belakang siap mengambil anak mu, apa kamu gak tau sekarang di bulan berapa? Bulan tujuh tanggal lima belas, banyak hantu berkeliaran di mana-mana. Pergilah sesuka kamu, jangan merengek, nangis kalau kandungan kamu itu hilang!" ngomel Renata panjang lebar sampai menyebutkan hal mistis yang tidak seharusnya di sebut.

"Mama! Kok Mama ngomong gitu sih, sama menantu sendiri, apa pun terjadi, Fira tetap sehat. Walau dia mau apa pun, aku selalu turuti, wajar kan seorang suami kalau istri ngidam sesuatu?" sergah Ervan dan membantah ucapan negatif soal Fira.

"Ngidam, kamu bilang? Memang ada wanita hamil ngidam yang serba mahal? Bahkan masakan aneh-aneh seperti itu? Terus keluar pun diam-diam. Kamu pikir Mama gak bisa lihat dengan mata kepala sendiri? Kelakuan istri kamu bukan Fira yang Mama kenal?!" ucap Renata makin membesarkan suara, hingga Kevin dan Rinda turut keluar.

"Namanya juga hamil, memang harus sama terus sikapnya? Memang Mama dulu hamil aku tidak ada hal kayak gitu?" bantah lagi Ervan semakin hari, dia semakin enek lihat sikap Mamanya terus menjelekan istrinya.

"Hamil juga gak harus terus keluar cari makan terus kan? Memang di rumah, banyak makanan apa gak bisa di makan? Apa harus cari makan di luar terus? Kamu pikir beli makan itu gak pakai uang? Ngidam pun aneh-aneh, kamu gak kerja, tapi bisa beli makanan gak lebih dari harga murah?" sanggah Renata bertubi-tubi dia beri pertanyaan pada Ervan.

Renata sudah dari awal mencurigai keanehan rumah tangga putranya. Bahkan kasus menimpa putra atas pekerjaan hampir meminta bayar kerugian miliaran rupiah itu, uang mana yang bisa dibayar dengan dalam waktu seminggu. Apalagi Renata semakin mencurigai menantunya setelah mendapat uang sebanyak itu untuk membebaskan suaminya yang hampir kritis karena orang yang kerja di sana akan memukulnya habis-habisan.

"Mama curiga, kehamilan Fira itu bukan darah daging kamu?" lanjut Renata kemudian, hingga membuat Fira mendongak setelah apa dia dengar dari mulut ibu mertua tersebut.

Renata semakin menajamkan tatapan pada Fira. Renata tentu tidak bisa dibohongi, sampai kapan pun Renata meyakinkan pada firasat, bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh menantunya ini.

"CUKUP MA! Cukup! Jangan pernah meng-fitnah Fira yang bukan-bukan. Kalau pun kehamilan Fira bukan darah daging ku, aku tetap tanggung jawab sebagai seorang suami. Sampai kapan pun Mama mau benci Fira, dia tetap juga istri aku, Ma! Mama tidak berhak memutuskan semena-mena atas apa yang ucap tadi?!" tegas Ervan sekali lagi pada Renata.

Baru sekarang Renata melihat kedua mata putranya begitu marah atas ucapannya tadi. Tetap saja Renata tidak akan membiarkan wanita licik itu mengelabui putranya.

"Ayo, Sayang. Jangan dimasukan ke hati soal perkataan Mama tadi, kita makan di kamar saja, ya," ucap Ervan membawa Fira meninggalkan tempat itu dan memilih ke kamar tanpa peduli ada Kevin dan istrinya menonton sikap saat membentak ibunya sendiri.

Renata mengepal tangannya hingga urat pun keluar, Renata sangat kesal dan jengkel atas sikap putranya terus membela istrinya itu.

"Mama ingin lihat, sampai kapan kamu membela istrimu, setelah apa yang Mama katakan tidak pernah lagi Mama tarik. Mama buktikan kamu akan jauh lebih menyesal setelah apa yang akan terjadi terhadap istrimu itu!" ucap Renata pada dirinya sendiri.

****

Di kamar Fira duduk sambil ngemil kue bulo di pangkuannya. Ervan baru saja habis mandi, setelah apa mereka cari sudah didapatkan. Melihat istrinya begitu lahap dengan kue itu. Ervan pun duduk di sebelah nya. Masih teringat kata-kata ibunya sendiri.

Ervan tidak peduli seberapa besar ibunya benci pada Fira. Ervan tetap akan menjaga hakekat sebagai suami yang benar-benar bisa melindungi keluarganya sendiri. Meskipun dia sosok pria pengangguran sekalipun, tetap saja dia akan berjuang bisa mendapatkan pekerjaan untuk anaknya nanti.

"Ada apa?" Fira bertanya pada Ervan sedari tadi dia melihat suaminya melamun.

"Hah? Gak apa-apa, enak?" sahut Ervan lalu bertanya pada Fira atas kue dia makan.

Fira mengangguk, kemudian dia berikan sepotong kue kepadanya. Tapi Ervan menolak. "Kamu saja yang makan, kalau aku makan nanti adek di sini merengek," ucapnya sembari memegang perutnya Fira.

Fira tau, Ervan mencoba menyembunyikan rasa sedih pada dirinya atas apa yang dikatakan oleh ibu mertua nya tadi. Cepat atau lambat Ervan akan tau semua tentang hal ini. Meskipun sampai sekarang Fira belum bisa mengungkapkan yang sebenarnya.

"Kalau kandungan ini bukan anak kamu, apa kamu tetap akan menerimanya?" Fira berkata pada Ervan. Mungkin sudah waktunya Fira memberitahu sesungguhnya sebelum hal itu terjadi, mungkin Fira akan menerima semua kebencian dalam diri Ervan.

Ervan diam tidak menjawab langsung atas pertanyaan dari istrinya. Dia bersih kuat untuk tidak bertindak sesukanya. Selama masa kehamilan Fira masih awal-awal, tetap saja dia akan menerima dengan tangan terbuka.

"Kalaupun kandungan ini memang bukan anakku, dia juga manusia gak luput menjadi anak yang dewasa dan disayangi oleh orang tua," kata Ervan menunduk, hingga kini dia masih kesal kepada ibunya. Entah tujuan ibunya pada Fira apa.

Fira menyingkirkan kotak kue ke samping lalu meraih tangan Ervan. Ervan menatap wajah istrinya. Fira mengerti tidak selamanya kebahagiaan itu harus dimiliki bersama. Fira bahagia dan salut memiliki seorang suami yang sangat bertanggungjawab.

"Jika suatu saat nanti dia benar-benar bukan anakmu, apakah kamu masih tetap mencintaiku, dan menerima diriku seperti pertama kamu datang meyakinkan almarhum kedua orang tuaku? Mungkin sekarang kamu mengatakan tetap akan menyayanginya, tapi...."

"..., aku tetap akan mencintaimu, sampai kapan pun. Bukankah aku sudah berjanji di atas saksi Tuhan? Aku akan melindungi dirimu sampai kapan pun apalagi konflik yang terus datang, aku tetap akan menjaga, membina, dan mempertahankan benteng yang kuat," sambung Ervan menyentuh wajah Fira.

Sampai sekarang Ervan masih percaya istrinya tidak mungkin berselingkuh, walau memang di kandungannya bukan darah daging nya. Bagi dia, Fira adalah masa depan hidupnya.

Chapitre suivant