"Puah, kok dikubur sih?" tanya Jeng Oktaf. Dia tampak heran kenapa Marpuah malah mengubur bibit-bibit tumbuhan kesayangannya itu, harusnya, 'kan di tanam?
"Iya, Mi! Semua tanaman ini tidak layak untuk ditanam, makanya Puah, kubur aja!" jawab Marpuah.
"Hah?! Maksudnya bagaimana sih?!" tanya Jeng Oktaf.
"Ini, Mi! Tanamannya banyak di makan ulat, daunnya pada bolong, jadi Puah, kubur aja, soalnya kasian kalau di tanam terus hidupnya menderita, karna kita ini harus mengubur dalam-dalam semua hal yang membuat kita menderita? " jelas Marpuah yang bertingkah sok bijak sana.
"Hah?!" Jeng Oktaf melebarkan cuping hidungnya.
"Jadi semua tanaman yang ada di dalam polibeg itu adalah tanaman yang tidak layak tanam?!" tanya Jeng Oktaf lagi.
"Iya, Mi" jawab Marpuah sambil menganggukkan kepalanya.
Jeng Oktaf tampak menyesal karna sudah melakukan hal yang tidak berfaedah tadi.
Dengan susah payah dia mengubur tanaman yang telah ia rusak, agar Marpuah tak marah karna mengetahuinya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com