Pukul 16:00, Marpuah mulai terbangun dari tidurnya, dan dia mendapati barang-barang yang ada di dalam rumahnya sudah berantakan.
Panci ada di atas kulkas, sepatu ada di dalam oven, piring, wajan, ember, semua sudah berada di atas lantai.
"Berarti, Pu'ah, tadi tidurnya lelap banget ya? Sampai gak denger kalau baru saja terjadi angin puting beliung?" tukasnya sambil garuk-garuk kepala.
Lalu di teras depan rumah Marpuah mendengar dua orang yang sedang bercumbuh.
"Papi, pelan-pelan dong sakit nih,"
"Ini, Papi, juga udah pelan-pelan, Mami sih dibilang jangan berantem masih ngajakin berantem juga,"
"Tapi, Mami, gak suka yang nanggung-nanggung, Pi!"
"Ya, tapi kalau berantem begini, jadinya gak enak, muka Papi juga jadi bonyok-bonyok, gak ganteng lagi dah!"
"Ih, Papi, tetap ganteng kok,"
"Masa sih?"
"Iya, di mata Mami, Papi, itu pria yang paling ganteng sedunia! Apalagi kalau bonyok-bonyok begini, jadi kesan maskulinnya dapet banget, Pi!"
"Ih, Mami, Papi jadi terharu!"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com