webnovel

Menyembuhkan Christ

Berada pada jarak yang dekat seperti ini dengan roh Christ membuat bulu kuduk Liza meremang. Gelatuk persediannya sampai bergetar hebat karena rasa takut Liza yang menguasai seluruh tubuhnya. Apalagi saat tatapan mereka bertemu, ada gelenyar aneh yang membuat perut Liza merasakan geli yang tak dapat dijelaskan oleh kata-kata.

"Katakan dengan jujur!!" bentak Christ yang kesal karena tidak kunjung mendapatkan jawabannya.

Sedikit gentar, tapi Liza berusaha memberanikan diri untuk bersuara.

"Sungguh, aku hanya manusia biasa. Aku tidak sengaja menarik monster itu kesini. Mau sampai kapanpun kau memaksaku untuk jujur, aku juga tidak bisa menjawab bagaimana aku bisa mendapatkan kekuatan ini. Aku pun juga masih mencari tahu."

Kelopak mata Christ masih memicing. Mencari setitik kebohongan di raut wajah Liza. Tapi melihat ekspresi kebingungan Liza, Christ tahu kalau Liza tidak berbohong.

"Kalau kau memang tidak tahu apa-apa ... seharusnya kau tidak boleh bertingkah bodoh seperti tadi! Membuka gerbong gaib sembarangan tempat, kau bisa menarik Jin liar yang kebetulan berada di tempat kau membuka gerbang!"

Liza baru tahu satu fakta itu. Awalnya dia mengira kalau pembukaan gerbang bisa memanggil arwah saja. Nyatanya tidak demikian.

Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang ... Apakah dulu Liza hanya kebetulan bisa menarik arwah Raul dari dimensi astral? Dan bagaimana cara Liza bisa memanggil arwah yang ingin ditemuinya lagi?

Ditengah lamunan pikirannya, sekatika Liza menyadari ada sesuatu yang menyilaukan matanya. Sontak sepasang manik dark purple Liza meluncur kebawah. Tampak sebuah kristal cahaya berwarna keemasan di bagian dada pria yang dihadapannya ini.

Seperti manusia pada umumnya, ternyata Christ juga punya kristal cahaya gaib di bagian dadanya. Walaupun wujud Christ berupa roh, ternyata Liza juga bisa melihat kristal cahaya itu. Warna kristalnya sama dengan Liza, kuning keemasan. Namun agak cenderung berwarna putih perak.

Tapi jika dilihat dari bentuk kristalnya ... Seperti ada yang aneh ...

Untuk memastikan penglihatannya tidak salah, Liza kembali mengedipkan kelopak matanya sebanyak tiga kali agar kekuatan penglihatannya aktif kembali selama tiga menit.

Sekilas, Liza masih melihatnya sebagai kristal cahaya yang normal. Tapi yang membuat Liza merasa aneh adalah ... Tidak ada lekukan pola kristal sama sekali di kristal cahaya milik Christ.

Permukaan kristal cahaya tiap manusia biasanya akan selalu dihiasi oleh lekukan pola-pola yang khas. Dan itu biasanya akan tampak jelas di penglihatan Liza. Tapi hal itu tidak ditemukan pada kristal cahaya milik Christ.

'Aneh. Permukaan kristal pria ini sangat buram, seperti gambar pecah yang memiliki resolusi rendah. Aku sama sekali tidak bisa membaca pola kristalnya. Bagaimana mungkin? Apa memang ada manusia yang seperti ini?' batin Liza menggumam tanya.

Sebenarnya Liza ingin menanyakan hal itu pada Christ. Melihat Christ bisa membaca mantra dan melakukan astral projection seperti ini, dugaan Liza langsung mengatakan kalau pria itu juga bukan manusia biasa.

"Sial!"

Tiba-tiba Christ mengumpat sebelum Liza mengutarakan pertanyaannya. Terlihat pria itu sedang mengamati rantai merah di kakinya yang mulai memudar.

"Sebaiknya kau cepat kembali! Kalau tidak, rohmu benar-benar terlepas dari raga dan kau tidak bisa kembali--"

"Uhuk uhuk! Hoeeekkk!"

Betapa terkejutnya Liza saat melihat roh pria itu mendadak batuk-batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Apalagi ini?

"Astaga!! Apa yang terjadi padamu??" panik Liza dengan bola mata berkaca-kaca.

Christ menggeleng kuat-kuat sembari mengelap bekas darah di bibirnya.

'Sial! Apa ini hukuman dari Raja Devilaro karena aku nekat menemui perempuan ini lagi? Darimana dia tahu kalau aku ada disini? Padahal aku sudah memasang barrier dalam tubuhku!' Christ membatin dalam hatinya.

Adalah Devilaro, Raja dari kaum Iblis terkuat di tanah Eropa. Raja yang sampai saat ini belum pernah bertatap muka dengan Christ karena alasan suatu hal. Dan Raja yang memiliki kedudukan diatas Raja Jin, Leon.

Beberapa waktu yang lalu, Raja Leon memang sempat memanggil memanggil Christ ke Istananya di dimensi astral. Christ memenuhi panggilan beliau dan datang dalam wujud roh.

Yang Christ kira ada perlu apa, ternyata Raja Leon meminta Christ untuk fokus melanjutkan pengambilan energi jiwa manusia seperti biasa. Christ tahu, kalau beliau meminta seperti itu atas dasar perintah dari Raja Devilaro.

Entah mengapa dua pemimpin itu melarang Christ untuk mengejar Liza. Padahal Christ mengatakan dengan yakin kalau Liza adalah perempuan yang memiliki energi jiwa yang besar yang akan membuatnya kenyang. Namun sayangnya dua pemimpin itu tetap tidak memperbolehkan Christ memburu energi satu manusia saja dengan alasan apapun.

Tapi dasarnya Christ, semakin ditentang dia pun bertambah penasaran. Dan tanpa menghiraukan larangan itu, Christ rela menentang perintah itu diam-diam. Demi rasa kenyang, Christ tetap nekat mengikuti Liza. Bahkan hingga saat ini.

Namun apa yang terjadi sekarang, Raja Devilaro malah mengiriminya hukuman berupa 'serangan magis' yang menyerang roh jiwanya.

"A--aku harus pergi ..."

"Tunggu!"

Christ menoleh, dan kali ini tubuhnya semakin menunduk karena merasakan sakit di perutnya. "Apa?"

"Dimana tubuhmu? Pasti tidak jauh dari sini, kan?"

Kalau Liza tidak salah menebak, roh seseorang tidak akan bisa bepergian jauh dari raganya. Berdasarkan pengalaman Liza saat tidak sengaja melakukan astral projection, Liza menyimpulkan bahwa semakin jauh dan lama roh pergi dari raganya, maka rantai penghubung akan semakin memudar.

"Memangnya kenapa?" tanya Christ sengit.

Liza mengembuskan napasnya panjang. "Aku berhutang budi padamu karena telah menolongku. Jadi aku akan membantumu--"

"Tidak usah sok peduli!" bentak Christ.

Sebelum Liza menyanggah bentakan Christ, roh pria itu tiba-tiba tertarik keluar dengan cepat keluar, seperti ada yang menarik paksa. Dan terlihat roh itu menuju salah satu unit di bangunan apartemen seberang.

Lalu tanpa banyak kata lagi, Liza segera mencari-cari buku sihir yang sempat terlempar gegara monster tadi. Yang ternyata buku itu tergeletak di lantai teras luar. Untung tidak sampai jatuh.

Dengan tergesa Liza membolak-balik buku itu dan menemukan satu gerakan dan mantra untuk membangkitkan cakra jantung. Kemudian membatasi halaman itu dengan pembatas buku. Baru setelahnya Liza bergegas mengganti pakaian untuk pergi ke gedung apartemen seberang. Mendatangi unit apartemen tempat Christ berada.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Nona?"

Liza disambut ramah oleh seorang pria pirang yang pernah bersama Christ waktu di Innsbruck kemarin. Itu Jeremy.

"Saya ingin menemui--"

BRAK!

Suara debaman pintu apartemen yang sengaja dibuka kasar itu pun sontak mengagetkan Liza dan Jeremy. Dan Christ sudah berdiri dengan wajah meringis menahan sakit. Namun nyalang matanya tetap melirik tajam kearah Liza.

"Kau ..."

Jeremy yang melihat Tuannya kesakitan itu sontak panik. "Tuan Christ? Apa yang terjadi pada Anda?"

"Bagaimana keadaanmu? Aku kesini ingin--"

Tanpa aba-aba, Christ langsung menarik Liza masuk ke unitnya. Meninggalkan Jeremy yang mematung bingung.

"Jangan bahas apapun tentang sihir kalau ada Jeremy. Dia hanya manusia biasa yang tidak tahu apa-apa," peringat Christ seraya menarik Liza untuk duduk di sofa tamu.

Liza mengangguk samar. "Lalu ... bagaimana keadaanmu?"

"Uhuk! Uhuk!" Christ kembali batuk-batuk. Namun kali ini tidak mengeluarkan darah. "Ugh ... Seperti yang kau lihat," katanya dengan suara parau.

Christ lantas mendudukkan diri di sebelah Liza karena sudah tidak kuat untuk berdiri. Napas pria itu terengah-engah, sedangkan katup matanya menutup rapat. Terlihat sangat kesakitan dengan tangan yang memegangi perutnya.

"Aku akan mencoba membantumu."

Liza mencoba berfokus untuk mempelajari serta menghafalkan setiap gerakan dan mantra di buku sihirnya. Pelan-pelan mempraktekkan dengan khidmat agar cakra jantungnya benar-benar aktif dan terbangkitkan dengan sempurna.

"Vyzdorovleniye ..."

Seiring gerakan dan mantra yang telah terucap, seketika kristal cahaya di dada Liza semakin bersinar cerah.

Dan saat Liza mulai memejamkan mata, ia pun merasakan aliran energi yang mengalir dari alam, energi tumbuh-tumbuhan yang merasuk dalam diri Liza. Lalu energi itu pun merambat pelan sampai di telapak tangan Liza yang kini sudah menyentuh perut Christ. Dalam hati Liza pun turut berdoa semoga usahanya ini membuahkan hasil.

'Hijau untuk penyembuhan.'

Itulah sepenggal kalimat pendek yang sempat dibaca oleh Liza di buku sihir itu.

Mungkin kalau disimpulkan akan seperti ini : 'Untuk bisa mendapatkan kemampuan penyembuhan, maka Liza harus mengaktifkan cakra jantung untuk bisa menyerap energi dari alam dan tumbuhan yang identik dengan warna hijau.'

Sedikit banyak, Liza sudah cukup mengerti maksudnya.

Dan beberapa menit setelah proses itu berlangsung, Liza tiba-tiba merasakan desakan energi dari perut Christ, yang ternyata itu berasal dari energi jahat yang berhasil dikeluarkan Liza. Energi itu keluar dan melebur seperti debu. Syukurlah, itu tandanya percobaan pertama Liza berhasil.

Terbukti, rasa sakit di perut Christ berangsur-angsur hilang. Membuka kelopak mata, ia mendapati Liza yang menatapnya dengan cemas.

"Kau sudah baikan? Syukurlah!" ucap Liza senang.

Christ hanya membalas dengan anggukan samar.

Untuk beberapa saat mereka saling diam. Menyelami pikiran masing-masing. Menenangkan diri dari semua insiden gaib yang baru saja mereka lalui.

Hingga Liza melihat Christ sudah cukup tenang, ia pun melayangkan pertanyaan pembuka.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu barusan?"

**

To Be Continued.

Chapitre suivant