Zalina menatap suaminya itu dengan perasaan haru sekaligus geli melihat lelaki gagah dan tampan yang ia cintai itu menangis sambil mengomel.
"Kau ini lucu, Mas. Aku baik-baik saja. Sini, lebih baik kau menciumiku seperti tadi," jawab Zalina dengan suara lirih sambil menahan nyeri di punggungnya.
"Sakit, sayang?"
"Pundakku nyeri, Mas."
"Tentu saja, kau ini terkena peluru. Lain kali, jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi."
"Lalu, apa aku harus diam saja melihat suamiku hampir celaka? Kalau kau mengatakan bahwa kau mencintaiku dan tidak mau aku celaka, aku juga mencintaimu, Mas. Dan,aku tidak mau suami dan ayah dari anakku celaka. Jadi, tolong jangan pernah lalai untuk menjaga dirimu sendiri."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com