Patricia mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan Ernest. Ia tau bagaimana rasanya. Pasti sakit dikhianati seperti itu, terlebih dengan saudara sepupu sendiri.
"Kau pasti sakit hati sekali," ujar Patricia.
"Ya,itulah sebabnya aku ke Anyer bersama teman-temanku.Entah mengapa saat kau memecahkan kacamata itu aku mendadak emosi sekali. Bukan harganya ...."
"Biar aku tebak, kacamata itu pasti memiliki kenangan bersama Silvana."
Ernest menganggukkan kepalanya.
"Iya, aku membelinya ketika kami berlibur di Singapura. Dia yang memilih kacamata itu, dan entah kenapa aku selalu suka memakainya. Waktu kau memecahkannya, aku merasa bahwa semua kenanganku bersamanya sudah benar-benar habis tak bersisa. Tapi, kemudian aku menyadari bahwa aku tidak bisa terus menerus tinggal dalam kenangan dan bayangan tentang Silvana. Aku menyesal sekali waktu itu sudah membentakmu."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com