Semua senjata sudah siap, sekarang saatnya untuk mulai misi penyelamatan. Mereka akan menjelajahi hutan belantara untuk mencapai target, Violetta sudah siap dengan alat tempurnya. Dia lebih menyukai dinamit dan bom karena itu bisa mengeluarkan suara yang memacu adrenalinnya.
Mobil sudah siap, ada dua motor yang tersedia. Nisrina, Rosmalia dan Zetta memilih menggunakan mobil yang bisa melintasi hutan sedangkan Violetta dan Fahira lebih memilih menggunakan sepeda motor. Mereka mulai pergi menuju lokasi yang sudah di tentukan.
Mereka sudah memasuki area hutan, mobil masih bisa berjalan tidak begitu lama Zetta menghentikan mobilnya. Sebab sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Zetta pun menutupi mobilnya dengan baik agar tidak ada orang yang menemukannya.
Fahira dan Violetta menghentikan motornya, mereka pun memutuskan untuk menyimpan motornya sedikit jauh dari mobil dan menyembunyikannya. Mereka pun memutuskan untuk berjalan kaki, hanya Zetta yang menggendong tas ransel dan isinya adalah senjata milikinya.
"Kalian harus berhati-hati!" ucap Fahira.
"Siap, Flower 1!" jawab mereka berempat.
Perjalanan mereka semakin memasuki dalamnya hutan, hanya binatang melata yang sering mereka temui. Fahira memberi tanda, jika dia mendengar sesuatu dan itu adalah beberapa orang yang sedang bercakap-cakap.
Fahira memberi tanda agar mulai bersiap-siap untuk menghadapi yang hal yang berbahaya. Dia pun mulai bergerak, menurutnya lebih baik untuk berpencar.
"Kita berpencar!" perintah Fahira.
Nisrina pun bergerak sendiri hanya Zetta yang mengharuskan selalu bersama dengan Rosmalia karena mereka berdua bisa saling melindungi. Begitu pula Violetta yang memutuskan untuk berjalan sendiri.
Dengan berjalan perlahan Fahira mencari sumber suara orang yang sedang bercakap-cakap. Benar saja, dia melihat tiga orang pria sedang bercakap-cakap. Entah apa yang mereka bicarakan tetapi bila di simak dengan saksama mereka membicarakan tentang seorang wanita yang menjadi sandera. Dia bisa menebak bahwa wanita itu adalah Kazumi Aoki.
"Angkat tanganmu!" perintah seseorang dari belakang pada Fahira.
Dengan perlahan dia menuruti apa yang di suruh oleh pria yang menodongkan senjata padanya. Dia berbalik untuk melihat siapa yang sudah mengancamnya. Dilihatnya hanya beberapa orang pria dan bisa terlihat dengan jelas mereka bukan penduduk asli Kalimantan. Jika dilihat dari wajahnya mereka adalah warga negara Jepang.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya seseorang dengan logat yang khas.
"Mencari bos kalian," jawab Fahira dengan sembari tersenyum tipis.
"Kita bawa dia ke markas ... bisa jadi dia yang dibutuhkan untuk menyelamatkan wanita itu!" ucap seseorang dengan yakinnya.
"Baik. Kita bawa dia ke markas—biar bos yang memberikan pelajaran pada wanita ini!" jawab pria yang menodongkan senjatanya pada Fahira.
Dalam benak Fahira merasa bahwa para penjahat ini begitu bodoh, mengapa dengan mudah membawanya ke tempat persembunyian. Apakah mereka tidak takut jika dirinya bisa menghancurkan sarang mereka dengan dentuman bom.
Fahira menekan sebuah tombol di bagian jamnya, dia memberikan sinyal pada yang lainnya. Agar mereka berempat bisa mengetahui posisinya saat ini, mereka pun tahu jika dirinya memberi sinyal itu artinya dia sedang menuju target. Nisrina, Rosmalia, Zetta dan Violetta menerima sinyal yang diberikan oleh Fahira, mereka langsung menuju target.
Brugggg!
Pria yang menodongkan senjata pada Fahira mendorongnya dengan kuat dan melucuti semua senjata yang menempel di tubuhnya. Di ruangan itu dia melihat seorang wanita, benar wanita itu adalah target yang dicari olehnya. Dia adalah Kazumi Aoki.
"Penjahat bodoh—mempertemukan aku dengan targetku dengan sangat mudah!" gumam Fahira dengan senyum samarnya.
Kazumi menatap dengan sorot menyelidiki, dia merasakan jika wanita yang ada di hadapannya adalah anggota Flower Girls. Entah mengapa dia merasa seperti itu.
Namun, dia tidak bisa percaya begitu saja dengan wanita yang ada di hadapannya itu. Kazumi harus tetap berhati-hati sebab dia takut jika semua ini adalah jebakan baginya untuk mendapatkan semua informasi yang ada padanya.
Dia pun tidak bisa sembarangan dalam mengajak bicara orang di dekatnya. Karena di dalam ruangan ini terdapat kamera pengintai untuk mengawasi setiap gerak-geriknya.
Fahira melihat Kazumi selalu menatapnya tetapi ada rasa waspada yang dikeluarkan olehnya. Itu wajar sekali jika dia adalah seorang agen rahasia dan menyimpan informasi penting yang diinginkan banyak orang. Dia melihat mata Kazumi melirik suatu titik, dengan perlahan Fahira melihat yang ditunjukkan olehnya.
Dia tersenyum lalu berdiri dan mendekatkan dirinya pada kamera tersembunyi itu. "Katakan pada bos kalian—aku ingin bertemu!" Dengan mengatakan semua itu dia ingin melihat apa yang akan terjadi.
"Kau—apa yang kau lakukan?!" tanya Kazumi pada Fahira.
"Aku harus tahu dulu yang menjadi mangsaku kali ini," jawabnya dengan santai dan menepuk pundak Kazumi.
Tidak berapa lama pintu terbuka, seorang pria dengan senjata lengkap menyuruh Fahira untuk mengikutinya. Dengan berjalan santai dia mengikuti pria itu menuju mangsanya yang akan habis sebentar lagi.
"Siapa kau sebenarnya?!" tanya seorang pria yang sedang duduk bersama kedua wanita yang berdandan menjijikkan bagi Fahira.
"Seharusnya kau sudah bisa menebaknya dengan baik!" jawab Fahira dengan tatapan ingin menghancurkannya dengan cepat.
Fahira merasa jijik dengan pria yang ada di hadapannya itu karena dia adalah pria yang sudah banyak membuat kekacauan dan membuat para wanita menderita. Dia adalah pemasok senjata ilegal dan juga seorang yang selalu mencemarkan gadis kecil tanpa dosa. Namanya adalah Oskar.
Dia sudah memburu pria ini sejak lama dan akhirnya dia bertemu juga dengan mangsanya ini. Dalam benaknya berkata, jika Rosmalia melihat pria ini makan dia akan merasa senang bisa langsung menghabisinya tanpa ampun sedangkan Violetta akan menyiapkan ledakan yang akan menjadi tanda kemenangan karena sudah menghabisi pria menjijikkan ini.
"Flower 1 ... itu kau, 'kan?!" ucap seorang wanita yang baru saja masuk, dia tak lain adalah Hinata.
"Tidak aku sangka kau cukup pandai kali ini," Fahira berkata dengan nada merendahkan.
Hinata ingat dengan logat itu karena dia tidak akan melupakan siapa orang yang telah berani menghinanya. Dan dia pun tidak berhasil menghabisi orang yang telah menghinanya itu.
"Kau ...," Hinata dengan cepat mendekat, dia melihat dengan jelas siapa wanita yang ada di depannya itu sembari mengingat dengan pasti wanita yang menyusup di rumah Aoki. Namun, dia menghempaskan semua pikiran itu sebab tidak mungkin itu terjadi dengan kebetulan.
"Apa aku mengingatkanmu tentang sesuatu?!" Fahira kembali bertanya.
"Kau bukan tandinganku—lebih baik kau tutup mulutmu itu!" pekik Hinata sembari menarik kain yang menutupi kepala Fahira.
Prok! Prok! Oskar yang tadinya duduk itu berdiri sembari menepuk kedua telapak tangannya. Dia berkata sangat menyukai wanita yang sangar seperti harimau yang akan menerkam siapa saja untuk melindungi dirinya sendiri.
"Untuk apa kau datang kemari, Hinata?!" tanya Oskar dengan suara menyelidiki.
"Aku ingin melihat wanita itu!" Hinata berkata sembari duduk dengan manis.
Oskar itu menyeringai lalu menyuruh anak buahnya untuk membawa apa yang diinginkan oleh Hinata. Sedangkan Fahira hanya memperhatikan saja orang-orang yang akan hancur di tangannya kali ini.
Bruggg!
Kazumi terjatuh karena di dorong dengan cukup keras oleh anak buah Oskar. Terlihat jelas saat dia melihat Hinata tidak ada rasa terkejut karena dia tahu dengan pasti dibalik penculikan ini adalah dia. Namun, Kazumi belum mengetahui siapa sebenarnya Hinata.
Hinata beranjak lalu berjalan mendekat pada Kazumi lalu dia berkata, "Bagaimana kabarmu kakakku yang baik hati!?"
"Adik?" Kazumi begitu terkejut sebab yang dia tahu adiknya sudah tewas saat menjalankan misi bersamanya.
Plak! Plak! Dengan sekuat tenaga Hinata menampar kedua pipi Kazumi, dari sorot matanya terlihat kebencian yang begitu besar. Ada rasa ingin membunuh yang sangat besar pula.