webnovel

EVERLAST 4

Satu bulan kemudian.

Wang Yibo sudah pulih sepenuhnya. Kini dia kembali berseragam polisi, berdiri di depan Xiao Zhan yang tampak gusar menatap depat padahal dia tersenyum begitu bahagia.

"Kenapa, Ge?"

Xiao Zhan menoleh kepadanya. "Kau sendiri tidak sedih?"

"Untuk apa?"

"Hubungan pertemananmu jadi hancur," kata Xiao Zhan. "Maksudku, pelakunya adalah ayah temanmu. Dan temanmu pasti sangat membencimu sekarang..."

Diam-diam, Wang Yibo menggenggam tangan Xiao Zhan. "Itu pantas..." katanya. "Dia sudah banyak bermain-main dengan Gege. Dia bisa berhenti dan belajar menjadi manusia lebih manusia mulai sekarang."

"Tapi, bagaimana pun, temanmu—"

"Dia tetap akan dihukum karena menyembunyikan kebenaran. Tapi tenang saja. Aku akan bicara beberapa hal agak dia mendapatkan balasan yang sesuai."

Xiao Zhan pun diam dan mengangguk. "Aku mengerti."

Wang Yibo kembali menatap depan saat itu. Detik-detik Wang HaoXuan, temannya didorong ke dalam mobil kepolisian yang sirine-nya menyala.

Selama di rumah sakit, Wang Yibo memang tidak mengatakan apa-apa. Hingga dia benar-benar sembuh... Dia baru mengungkap segalanya.

Mungkin Wang HaoXuan berpikir dia tak akan ketahuan karena wajahnya masih tertutupi sesuatu saat itu, namun Wang Yibo justru melihat kartu sesuatu terjatuh di tanah tepat setelah dia menghilang.

Kartu kunci. Atau bisa juga kartu identitas masuk ke gedung kepolisian khusus dengan foto wajah lelaki bermata tajam itu. Wang Yibo yakin itu benar-benar Wang HaoXuan meskipun sudah mendapat salinannya.

Singkatnya, kasus itu sudah selesai. Dan Wang HaoXuan meninggalkan lirikan mata penuh kebencian sebelum masuk mobil itu.

Sampai kini, Xiao Zhan sendiri masih tidak mengerti mengapa Wang HaoXuan menyembunyikan fakta itu... pun kenapa ayah Wang HaoXuan sempat menjebak ayahnya dua tahun lalu. Hanya Wang Yibo yang tahu. Dan dia percaya kepada lelaki itu.

"Nanti kalau pulang kuberitahu semuanya."

Xiao Zhan memandangi wajah itu. Dan Wang Yibo balik menatapnya.

Xiao Zhan, "Terima kasih..."

Dengan senyuman, dan mata yang terbelalak karena Wang Yibo sempa mencuri kecupan di bibirnya dalam sedetik tak terasa.

"Tidak butuh."

Di depan semua orang. Dan untungnya orang-orang di sekitar terlalu sibuk memperhatikan mobil kepolisian itu semakin pergi daripada perilaku mereka berdua.

"K-Kau..."

Wang Yibo berbisik. "Aku akan cerita sambil melakukan itu."

"Apa?"

"Gege setuju?"

"Tidak..."

"Tidak boleh ada penolakan..."

Wang Yibo mengulas senyum tipis, menghiraukan Xiao Zhan dan kembali menatap ke depan.

Xiao Zhan tanpa sadar mengeratkan genggamannya kepada Wang Yibo. "Ya Tuhan... dia benar-benar pintar..." desahnya pelan.

.

.

.

"Ahhh..."

Xiao Zhan mencakar punggung Wang Yibo.

Malam itu, pukul 9. Xiao Zhan ingin merutuki dunia meskipun tidak mungkin. Wang Yibo benar-benar mengurasnya. Di atas meja makan yang baru dia bersihkan itu... lelaki ini tidak mengenal ampun.

"Yibo... tunggu... tunggu..." keluh Xiao Zhan. "Bisa kita pindah sekarang? Aku sudah tidak bisa lagi..."

Xiao Zhan berpegangan ke leher Wang Yibo ketika lelaki itu membimbingnya duduk. Wang Yibo menggesek hidung ke hidungnya dan memeluk pinggulnya lembut.

Xiao Zhan terengah-engah. Dia memejamkan mata dengan pipi meremang merasakan sesuatu mengalir dari bawah sana. Sesuatu yang ditinggalkan Wang Yibo. Seperti biasanya.

"Gege mau pindah sekarang juga?"

"Iya. Kalau bisa. Jangan disini..." kata Xiao Zhan. Matanya masih terpejam saat itu. "Ini memalukan..."

Wang Yibo tertawa. "Bukankah hanya aku? Ge?"

Xiao Zhan memukul bahunya. "Justru itu... dasar bodoh!" katanya kesal. "Kalau orang lain kenapa aku harus repot-repot malu! Menjengkelkan—"

"Benarkah? Aku?"

Mereka lalu bertatapan saat itu.

Wang Yibo terlihat seperti Jianguo sekarang. Manik itu berbinar-binar. Tapi bedanya memiliki hal yang lebih dalam kepada Xiao Zhan melebihi siapapun.

"Ya... siapa lagi..." kata Xiao Zhan. Wajah dibuat-buat kesal. Dia tak menatap Wang Yibo untuk berikutnya. "Lihat di sekitar... ulahmu... aku tidak pernah telanjang di tempat seperti ini..."

"Tapi menantang bukan?"

"Bodoh..."

"Sesekali apa Gege tidak penasaran melakukannya di sofa juga—"

"Aku tidak dengar!" sela Xiao Zhan dengan raut panik. "Aku benar-benar tidak dengar..."

Wang Yibo pun tertawa. Dia lalu memeluk pinggul Xiao Zhan dan berbisik kepadanya. "Kalau begitu berpegangan... aku akan angkat Gege kesana, oke?"

"Hmm..."

"Bagus... aku akan pelan-pelan."

Melambung, Xiao Zhan membuka mata dan menatap Wang Yibo lagi. Dia tak menyangka lelaki ini benar-benar bisa mengangkat tubuhnya semudah itu. Jadi ketika dia direbahkan di atas ranjang, dia baru bertanya...

"Kau sudah menggendongku sejak awal," kata Xiao Zhan. "Benarkah aku... tidak berat?"

Wang Yibo terkekeh. "Tentu saja berat. Apalagi jika harus bersaing untuk mendapatkan Gege dari temanku sendiri."

DEG

"Apa?"

Xiao Zhan pucat seketika.

"Itu benar..."

Entah kenapa Wang Yibo terlihat menjengkelkan saat ini.

"Apa maksudmu?"

Wang Yibo menggeleng dan menciumnya. "Tidak apa-apa..."

"Heh! Tidak! Kau harus mengatakan sesuatu! Bukankah kau sudah janji—upph..."

Wang Yibo justru tertawa dan melanjutkan sentuhannya.

Malam itu Xiao Zhan benar-benar telak. Dia tidak bisa melawan lelaki ini sedikit pun. Wang Yibo lebih semangat menyentuhnya seperti baru saja memenangkan sesuatu. Dia tak mengerti apapun hingga pagi harinya, terbangun dengan jemari yang digenggam erat diantara jemari Wang Yibo sendiri.

"Gege sudah bangun?" tanya Wang Yibo meski dia sudah tahu.

Xiao Zhan bergumam. "Hmm..."

Wang Yibo menatapnya dan berkata pelan. "Sekarang dengarkan baik-baik. Aku akan katakan semuanya."

"..."

Xiao Zhan diam saja saat Wang Yibo membisikinya sesuatu. Pelan-pelan dan membuka rahasia appaun yang selama ini dia simpan. Tentang Wang HaoXuan.

Wang HaoXuan adalah teman Wang Yibo. Gay, dan hanya menyembunyikan orientasinya selama ini. Dia sering bercerita hanya kepada Wang Yibo. Tentang seorang dokter yang membuatnya jatuh cinta suatu hari. Yang tidak bagus, semakin dia suka seseorang, semakin dia ingin menjahilinya. Pertama mengikuti kemana pun dokter itu pergi, tapi tidak bermaksud apa-apa.

Hingga hari berikutnya, ayah Wang HaoXuan yang semula tinggal di luar kota mengetahui hal itu. Singkatnya, dendam pribadi diantara ayah lelaki itu dan ayah Xiao Zhan menjadi masalahnya.

Chapitre suivant