Sean dan Gita berpamitan pada kedua orang tua Sean. Sepanjang jalan menuju bandara, Sean terus tersenyum bahagia sembari menggenggam erat tangan wanita yang dicintainya itu.
"Kak, tangan aku pegal kamu pegang kuat terus!" Gita mengeluh kesakitan pada tangannya. Serasa kebas sudah karena sejak menaiki taksi Sean selalu mendekap tangannya.
"Ya udah, sini aku pijitin biar nggak pegal. Tapi jangan bilang aku nggak boleh gandeng tangan kamu lagi, ya?" jawab Sean yang seakan menolak melepaskan tangannya.
"Terserah kamu, deh. Aku nurut aja," sahut Gita sembari tersenyum.
"Iya, dong. Habisnya sekarang aku cuma boleh pegang tangan. Aku janji, deh, habis nikah nanti aku nggak lama-lama pegang tangan. Aku mau pengen yang lain aja, hehe!" sambung Sean yang mulai nakal.
"Shuut! Kamu ngomong nakal gitu nggak malu apa? Ada orang lain selain kita, loh! Ish, kamu ini kebiasaan banget, Kak!" omel Gita setengah berbisik setelah mencubit bibir Sean yang terus berucap nakal.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com